Umar bin Abdul aziz mengatakan "siapa yang beramal tanpa ilmu maka apa yang ia rusak lebih besar dari apa yang ia perbaiki"
Kemudian sekolah hendaknya juga mengatur kurikulum dengan pendidikan berbasis fitrah, terutama fitrah keimanan. Memanfaatkan waktu-waktu strategis dalam menanamkan pokok2 keimanan dan kebaikan kepada anak didik. Misalkan menyediakan waktu sepuluh atau lima belas menit setiap pagi guna memberikan pelajar aqidah atau akhlak secara sistematis dan berkesinambungan. Bagi sekolah umum maka hendaknya menambah porsi jam pelajaran agamanya bagi anak didik. Selain waktu pagi, waktu sesudah sholat adalah waktu yang sangat bagus untuk menyampaikan nilai- nilaidan ajaran Islam, karena selesai sholat hati seseorang lebih lunak dan mudah tersentuh. Bagi pondok pesantren setelah setiap sholat lima waktu sangat memungkinkan untuk dimanfaatkan dengan mengkaji kitab-kitab aqidah ataupun akhlak. Dan untuk sekolah atau madrasah non boarding maka biasanya waktu selesai sholat zuhur dan ashar bisa dimanfaatkan. Â Semua yang disampaikan hendaknya dibuatkan kurikulumnya dan diujikan agar siswa mau tidak mau harus hadir dan mendengar serta memahami apa yang disampaikan. Lihatlah di daerah-daerah, atau Negara-negara yang nilai-nilai keagamaannya bagus dan hidup, para pengajarnya baik di sekolah-sekolah atau di perkantoran sekalipun mereka memanfaatkan waktu setelah sholat berjamaah untuk menyampaikan dakwah, ajaran agama.
Pengawasan pun hendaknya dilakukan dengan maksimal dan fasilitas yang mendukung, seperti cctv yang dipasang di tempat strategis, sehingga siswa benar-benar terawasi dengan maksimal.
Dan dalam bimbingan konseling pun atau ketika anak melakukan kesalahan hendaknya kita sentuh fitrahnya, minta ia berkata jujur, tumbuhkan keimanannya tumbuhkan rasa bahwasanya ia selalu diawasi Allah subhanahu wataala. seperti "ingat nak! Allah maha melihat, Allah tidak tidur" atau perkataan semisalnya.
Reward dan punishman juga mempunyai peran yang penting dalam membangun karakter dan fitrah siswa, karena fitrah kita suka dengan imbalan takut dengan hukuman. Bagaimana alquran dan sunnah menyebutkam keutamaan suatu amalan dan adzab konsekuensi dari suatu dosa, karena memang Allah menciptakan kita dengan fitah suka dengan imbalan atau penghargaan, takut dengan hukuman.
Itu adalah rangka dari bagaimana kita sebagai pendidik atau manajer pendidakan dapat merencanakan dan menerapkan pendidikan berbasis fitrah. Dan perincian serta prioritas apa saja yang akan dilakukan itu butuh ilmu dan pengkajian yang dalam. Karena segala sesuatu yang dilakukan tanpa ilmu tanpa langkah yang jelas maka hasilnya tidak akan maksimal. Semoga tulisan yang singkat ini dapat bermanfaat dan penulis menerima tambahan ataupun kritik dari siapapun yang membacanya.
 Ditulis oleh Rayhan Ali Arifin, pengajar di Mahad TI Dar El Ilmi Payakumbuh, mahasiswa pasca sarjana di IAIN Batusangkar, Sumatra Barat.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI