Mohon tunggu...
raya anggita
raya anggita Mohon Tunggu... -

Di pinggir Danau Kinanti

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Panggung Agatha

16 Oktober 2014   19:25 Diperbarui: 17 Juni 2015   20:46 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Malam ini akan menjadi malam terbaikku. Orang-orang akan menatapku dan mereka tidak akan pernah berhenti berdecak kagum hingga pertunjukan malam ini usai. Aku yakin mereka yang mencemooh mimpiku akan menangis sedih. Mereka akan menyesali mengapa tidak mendukungku dari dulu. Kemenanganku dan tepuk tangan penonton di seluruh penjuru negeri akan menyiksa kalian selamanya.

Agatha memasuki panggung pertunjukan kontes musik terbesar di Italia. Lampu sorot terpasang dimana-mana. Kursi penontong yang bertingkat-tingkat semakin menambah kesan megah pertunjukan malam ini. Agatha tidak sia-sia menghabiskan masa remajanya mengikuti berbagai macam kursus bernyanyi. Agatha ingin menjadi penyanyi terkenal, namun orang di sekitarnya menertawakan mimpi itu. Agatha tidak lebih hanya dipandang sebagai pekerja keras saja, bukan seseorang yang berbakat. Tapi apakah benar demikian? Malam ini Agatha akan membuktikannya.

Malam ini pertarungan semakin sengit, kontes bernyanyi yang diselenggarakan sebuah studio musik ternama di Eropa akan memilih yang terbaik diantara kedua kontestan yang berhasil melewati rangkaian seleksi yang panjang. Agatha pun melalui itu semua dengan penuh penderitaan. Saat penentuan finalis dua besar, berita kematian ayah angkatnya sengaja tidak diberitahukan hingga sekarang. Panitia penyelenggara tidak ingin menanggung risiko besar apabila konsentrasi kontestan mereka terganggu. Acara ini tidak boleh gagal, keuntungan acara ini sudah terlampau besar, kegagalan mereka di tahun pertama hanya akan menjadi kenangan dan acara ini tidak akan pernah didanai lagi oleh "kalangan atas" di industri musik Itali.

"Kontrak besar sudah menantiku, peluang menangku lebih besar dibanding Elizabeth. Aku tidak percaya dengan gadis itu. Mengapa Elizabeth harus ikut audisi bersamaku? Bukankah dia putri seorang konglomerat pemilik perusahaan elektronik terbesar di negeri ini? Dengan bantuan orangtuanya, tanpa seleksi dan audisi, Elizabeth pasti bisa jadi penyanyi. Aku pernah membaca kata-kata bijak jika orang sukses akan diuji dengan banyak rintangan. Aku calon orang sukses itu dan aku diuji dengan lolosnya Elizabeth putri konglomerat di kontes ini."

(Musik pengiring segera dimainkan, malam ini Agatha akan menyanyikan lagu Parla Piu, salah satu lagu favoritnya. Agatha menantikan malam ini untuk menyanyikan lagu yang dipercaya Akan membuat juri terkesan dengan suaranya). Agatha tidak pernah tahu kalau dirinya ada di panggung itu hanya karena kepentingan bisnis, mana ada orang yang secara sungguh-sungguh ingin menemukan bakat bernyanyi? Bukankah di luar sana orang-orang yang sudah memenangkan kontes seperti ini hanya bertahan hingga satu album saja? Itupun album kompilasi.

Orang-orang dibalik bisnis pencarian bakat ini akan meraup untung yang banyak selama proses eliminasi, hingga malam final ini selesai. Setelah itu pemenang kontes akan mencari jalannya sendiri-sendiri, mereka akan menentukan takdir sendiri di tengah arus pendatang baru yang tidak kalah menariknya. Ya kesuksesan yang lahir dari skenario orang lain terkadang tidak bertahan lama, karena kita hanya mengikuti perintah saja, tidak benar-benar menunjukkan bakat secara profesional.

Agatha memulai malam ini dengan sempurna, tepuk tangan penonton membahana di dalam ruangan yang ukurannya sama besar dengan lapangan sepak bola di daerahnya. Gedung konser itu sangat besar dan kursi penonton sudah terisi penuh, hanya untuk melihat pertarungan gadis miskin dan putri kaya di jagat tanah para pelakon seni dunia, Italia.

Suasana kembali hening saat Agatha memulai nada pertamanya, lagu Parla Piu yang dinyanyikannya membuat penonton di rumah merinding menyaksikan penampilan Agatha. Kebanyakan mereka yang mengagumi Agatha adalah kelompok masyarakat ekonomi menengah ke bawah. Mereka mengagumi Agatha karena bagi kaum minoritas ini orang miskin hampir tidak pernah punya mimpi. Mereka hanya hidup untuk menunggu kematian saja, beruntung Agatha masih bisa keluar dari doktrin itu.

Agatha mulai merasakan semangat kemenangan, di tengah lagu dia kembali memainkan nada tinggi suaranya untuk memukau penonton. Suara sopran yang dimiliki Agatha begitu serasi dengan lagi Parla Piu yang dinyanyikannya. Dia pikir seisi ruangan akan memuji penampilannya, padahal sebaliknya. Kursi penonton itu hanya di isi kalangan "atas" Orang-orang Itali, kalangan yang sangat menghargai seni dengan cara yang elegan, mereka tidak mudah percaya dengan cerita gadis miskin atau gadis buruk rupa yang berhasil meraih mimpi. Bagi mereka orang-orang dari kalangan bawah ini hanya pekerja keras, bukan penikmat seni. Apa yang diketahui orang miskin soal musik orkestra? Makan saja mereka kesulitan apalagi sekadar membeli kaset orkestra yang mahal itu? Bagi orang miskin itu hobi yang konyol.

"Kau lihatlah bagaimana bebek kampung itu beraksi di panggung mahal ini"? Dia pikir dirinya sudah hebat menyaingi Elizabeth. Suara bisik-bisik di bawah panggung itu terdengar sangat tidak manusiawi. Mereka penikmat seni yang sangat elegan, tapi caci maki mereka tidak kalah elegannya pada orang-orang yang hanya memanfaatkan pengalaman hidup sebagai jalan menuju panggung seni di Itali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun