Mohon tunggu...
Rawanda Cumur
Rawanda Cumur Mohon Tunggu... Musisi - Musisi/Solois

Asal pesisir Bangka Belitung, Pangkalpinang. Seorang solois yang juga magang di sebuah band (Cos Mic Rocket). Malam adalah waktu terbaik

Selanjutnya

Tutup

Music Pilihan

"Tren Musik di 2025: Apa yang Bisa Kita Ekspetasi?"

31 Januari 2025   04:43 Diperbarui: 31 Januari 2025   04:43 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Sumber: https://www.instagram.com/life.at.ide/)

Setiap tahun, musik terus bergerak, berevolusi, dan terkadang mengambil arah yang tak terduga. Genre yang sempat tenggelam bisa kembali naik, teknologi mengubah cara kita mengonsumsi musik, dan kebiasaan pendengar pun ikut berubah. Lalu, apa yang bisa kita harapkan dari industri musik di tahun 2025? Apakah tren yang sudah terlihat di 2024 akan semakin menguat, atau ada kejutan baru yang bakal muncul?


(Sumber: https://www.masuksini.com/detail-blog/972578)
(Sumber: https://www.masuksini.com/detail-blog/972578)
Musik Buatan AI: Alat atau Ancaman?

Tahun 2024 sudah memperlihatkan bagaimana kecerdasan buatan (AI) masuk ke industri musik---dari membantu produksi hingga menggubah lagu secara otomatis. Di 2025, AI kemungkinan akan semakin memainkan peran besar, baik dalam penciptaan maupun distribusi musik. Algoritma akan semakin canggih dalam merekomendasikan lagu berdasarkan kebiasaan mendengar pengguna, sementara musisi bisa memanfaatkan AI untuk mempercepat proses produksi, entah dalam mixing, mastering, atau bahkan menciptakan melodi dan lirik.

Namun, pertanyaan besarnya: apakah AI akan menggeser peran musisi? Sejauh ini, AI hanya berfungsi sebagai alat bantu, bukan pengganti kreativitas manusia. Meski AI bisa menyusun progresi akor atau lirik yang terdengar "aman," sentuhan personal dan emosi tetap datang dari manusia. Justru, musisi yang bisa memanfaatkan AI tanpa kehilangan identitas kreatifnya akan lebih unggul di era ini.

Genre Hybrid: Musik yang Tak Lagi Berbatas

Genre musik makin kabur batasannya, dan tren ini akan terus berlanjut di 2025. Campuran antara hyperpop, drill, R&B, city pop, bahkan unsur musik tradisional dari berbagai negara mulai sering bermunculan. Berkat globalisasi musik lewat platform seperti TikTok dan YouTube, genre-genre lokal punya peluang lebih besar untuk dikenal secara internasional.

Musisi yang ingin tetap relevan bisa mencoba pendekatan lebih eksperimental dalam menciptakan lagu. Tidak lagi terpaku pada satu gaya, tetapi berani menggabungkan unsur-unsur yang mungkin belum pernah dicoba sebelumnya. Lagu dengan aransemen unik atau nuansa yang sulit dikategorikan bisa jadi lebih menarik bagi pendengar yang mulai bosan dengan formula musik mainstream.

Konser Langsung vs Pengalaman Virtual

Setelah pandemi memaksa industri musik beradaptasi dengan konser virtual, kini pengalaman digital mulai berkembang ke arah yang lebih interaktif. Di 2025, teknologi seperti VR (Virtual Reality) dan AR (Augmented Reality) mungkin akan lebih sering digunakan untuk menghadirkan konser imersif, di mana penonton bisa menikmati pertunjukan dari sudut pandang yang lebih dekat tanpa harus berada di venue.

Namun, ini bukan berarti konser langsung kehilangan daya tariknya. Justru, ada indikasi bahwa pengalaman menonton langsung semakin dihargai, terutama setelah era digital yang serba instan. Musisi independen bisa memanfaatkan momentum ini dengan membuat konsep pertunjukan yang lebih intim, eksklusif, atau bahkan menggabungkan elemen digital agar bisa diakses oleh lebih banyak audiens.

TikTok, Reel, dan Cara Baru Memasarkan Musik

TikTok masih menjadi faktor utama dalam membentuk tren musik. Banyak lagu yang tiba-tiba viral bukan karena rotasi di radio atau playlist streaming, tetapi karena digunakan sebagai backsound di ribuan video pendek. Instagram Reels dan YouTube Shorts juga semakin memengaruhi cara musik didistribusikan.

Di 2025, format video pendek ini mungkin akan semakin berkembang, baik dari segi algoritma maupun cara interaksi pengguna. Musisi yang ingin lagunya mendapat lebih banyak perhatian perlu memahami cara membangun narasi di media sosial---bukan sekadar mengunggah lagu, tetapi menciptakan konsep yang bisa menarik audiens untuk berpartisipasi, entah lewat tantangan, remix, atau storytelling.

Label vs Independen: Siapa yang Lebih Kuat?

Musisi independen kini punya lebih banyak alat untuk merilis musik tanpa bergantung pada label besar. Platform distribusi digital, promosi berbasis media sosial, hingga layanan pemasaran otomatis memungkinkan mereka untuk membangun karier dengan kendali penuh.

Namun, label besar juga tidak tinggal diam. Mereka mulai menerapkan strategi baru yang lebih fleksibel, menawarkan kontrak kerja sama yang tidak lagi mengikat seperti model lama. Kemungkinan besar, di 2025 kita akan melihat lebih banyak skema kolaborasi antara label dan musisi independen, di mana musisi tetap punya kebebasan kreatif, tetapi bisa memanfaatkan jaringan dan sumber daya yang dimiliki label.

Siapkah Musik di 2025?

Tahun 2025 akan membawa banyak perubahan dalam cara kita menikmati dan menciptakan musik. AI akan semakin kuat, genre semakin cair, konser akan lebih beragam formatnya, dan media sosial tetap menjadi pusat dari strategi pemasaran musik.

Bagi musisi, tantangannya bukan hanya mengikuti tren, tetapi memahami bagaimana tren tersebut bisa dimanfaatkan tanpa kehilangan identitas. Yang jelas, musik selalu bergerak, dan mereka yang bisa beradaptasi akan tetap punya tempat di industri yang terus berubah ini.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun