Sejauh ini, kita telah menjelajahi alasan-alasan umum di balik tabu menstruasi. Namun, ada alasan yang lebih mendalam di balik mengapa menstruasi tidak diperbolehkan di tempat ibadah. Ibadah melibatkan aliran energi ke atas, sementara menstruasi adalah aliran energi ke bawah. Energi atau “prana” mengalir ke seluruh tubuh yang memberikan kehidupan dan kesehatan. Dalam doa, fokus dilakukan pada cakra mahkota di bagian atas kepala. Ini adalah titik masuk untuk hubungan kita dengan alam semesta. Namun, selama masa menstruasi, aliran energi mengalir ke bawah. Tempat-tempat ibadah membutuhkan fokus ke atas secara kolektif, dan adanya aliran ke bawah dapat berbahaya bagi orang tersebut, menyebabkan ketidakseimbangan energi.
Siklus bulanan seorang perempuan disebut “ritu” dalam bahasa Sanskerta, sebutan yang sama digunakan untuk pergantian musim. Tubuh dipandang sebagai cerminan alam semesta, dan dengan demikian siklusnya meniru alam di sekitar kita. Masa menstruasi adalah siklus kehancuran, dan oleh karena itu dianggap berbahaya. Sama seperti perempuan yang dapat memelihara dan melahirkan kehidupan, yang digambarkan sebagai Dewi Uma yang keibuan, mereka juga dapat menjadi penyebab kehancuran besar, yang digambarkan sebagai Dewi Kali yang menakutkan. Dalam praktik Yoga Tantra, kekuatan kreativitas dan kehancuran ini digunakan untuk memajukan kemajuan spiritual seseorang. Namun, sifat destruktif dari suatu periode, berbahaya bagi orang lain, terutama bagi masyarakat dan pria. Karena ketakutan inilah, para perempuan diasingkan dari masyarakat, terutama selama beberapa hari pertama dari masa menstruasi mereka. Dan ini juga yang menyebabkan mengapa perempuan yang sedang haid dilarang untuk masuk ke dalam kegiatan-kegiatan keagamaan dan sosial.
Alasan di balik mengapa perempuan tidak diizinkan untuk menghadiri acara-acara keagamaan Hindu, baik di India maupun di Bali, memang merupakan tindakan patriarki. Namun, hal ini berakar pada kebijaksanaan dari energi ke atas dan ke bawah, serta siklus penciptaan dan penghancuran. Terdapat perbedaan pendapat mengenai feminisme di semua masyarakat, namun tujuan dari agama Hindu dan agama-agama Dharma lainnya adalah keseimbangan dan keharmonisan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H