Apalagi Islam menganjurkan Rukun Islam dan Rukun Iman dalam Beberapa Kitab Kuning Karya Ulama yang memiliki kesamaan Ketuhanan yang maha esa. Baru seterusnya sampai akhiran syarat sah yang harus dipenuhi. Ada banyak hal lain meningkatkan spiritualitas yakni : Sholat, Puasa, Zakat, Haji bagi yang mampu dan keimanan-keimanan lain.
Orang-orang zaman dahulu memanfaatkan keimanan mengunakan metode Khalwat untuk membersihkan diri dari iri dengki seperti Sunan Kalijaga selama 3 tahun dan seterusnya. Orang-orang Nahdlatul Ulama atau NU bisa juga sering melakukannya dengan mengadakan : Istiqosah, Rotibul Hadad, Tahlilan, Ziarah Kubur, Ngaji Kitab ataupun Qur'an dan masih banyak lagi.
B.Intlektualitas
Zaman sekarang sangat mudah sekali belajar diberbagai tempat tergantung pilihan masing-masing. Jika anak ingin belajar agama bisa dipondokkan pesantren, bila anak ingin meningkatkan bakatnya bermain bola bisa disekolahkan sepak bola, dan masih banyak pendidikan formal maupun non formal lainnya. Perlu disadari belajar tidak cukup hanya numpang sekolah habis itu tidur dirumah, tetapi biasakanlah membaca dan menulis untuk lebih paham lagi tentang pengetahuan.
Tempat hanya memudahkan anak untuk fokus dalam materi belajar, namun tidak menjamin kualitas anak mencari ilmu kalau prosesnya saja males-malesan. Ngapain sih membaca dan menulis itu penting? Agar anak bisa meningkatkan daya nalarnya dalam menyampaikan materi apa yang ia pelajari selama ini.
Dalam ilmu pesantren misalnya ada yang namannya sorogan kitab kuning atau sorogan Qur'an. Sorogan mempunyai arti murid berhadapan langsung dengan guru secara personal, tanpa melibatkan orang lain. Sehingga metode ini sangat ampuh untuk mencari ilmu sebanyak-banyaknya.
Bisa dilakukan juga orang-orang non pesantren seperti sorogan pelajaran umum disekolah dengan mengulangnya bersama orang tuannya atau temannya. Maka dari itu Guru sangat penting dalam membimbing siswannya untuk belajar setiap saat.
C.Profesionalitas
Profesionalitas sangat penting bagi setiap orang apapun usianya. Dengan begitu orang tidak mau meremehkan setiap pekerjaannya yang sering kali dipahami seseorang hanya mudah dijalankan. Misal dipasrahkan menjadi ketua panitia dalam kegiatan organisasi kampus.Â
Ia dengan mudah menyuruh semuannya bekerja dibidangnya, kalau ada sie yang salah, ia akan marah-marah dan menjelekannya, seakan-akan tidak berguna dalam apapun. Itu salah satu bentuk ketidak profesioanlitas terhadap bidangnya. Seharusnya ketua panitia terlebih dahulu mengoreksi kesalahan anggotanya apa, lalu dia terjun langsung dan mengarahkan sesuai anak buahnya kerjakan.
Itu salah satu hal kecil sering diremehkan dalam profesinalitas terhadap teman organisasi. Begitu juga dalam diri sendiri yang menyelesaikan tanpa menyalahkan satu sama lain walau masalahnya sama.