Dokter klinik sering dianggap hanya bisa menangani penyakit-penyakit ringan, seperti influenza atau diare. Sedangkan dokter rumah sakit dianggap bisa menangani penyakit ringan dan berat, serta kondisi gawat darurat.Â
Padahal, masyarakat salah mengerti tentang peran dokter klinik. Dokter klinik melayani kesehatan primer masyarakat, menangani masalah kesehatan dasar sebelum pasien dirujuk ke rumah sakit. Fokus dokter klinik adalah meningkatkan kesadaran kesehatan masyarakat (promotif) dan mencegah terjadinya penyakit (preventif).Â
Sebenarnya dokter klinik bisa menangani penyakit-penyakit berat, tetapi masyarakat tidak pernah melihatnya secara langsung. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan fasilitas klinik. Klinik biasanya tidak memiliki ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) atau teknologi penunjang medis tertentu, seperti peralatan operasi besar. Dokter klinik juga seringkali menangani medis secara cepat dan praktis karena mengatasi banyaknya antrean pasien.Â
Kompetensi dokter seringkali disetarakan dengan besaran biaya berobat. Sebagian masyarakat cenderung meragukan kompetensi dokter klinik karena biaya berobat di klinik lebih murah dibandingkan dengan rumah sakit.Â
Padahal, biaya rumah sakit yang mahal bisa disebabkan oleh penggunaan teknologi medis yang canggih, seperti peralatan untuk perawatan atau operasi. Biaya rumah sakit juga bisa menjadi lebih mahal karena penggunaan obat dengan merek dagang tertentu.
Harapan untuk Masyarakat Â
Stereotip yang berkembang di masyarakat tidak berdasar pada kebenaran. Masyarakat perlu mengevaluasi agar tidak memiliki pemikiran yang keliru terhadap dokter. Sesungguhnya dokter yang kompeten adalah dokter yang memegang sumpah jabatan dan menerapkan prinsip etika kedokteran.
Stereotip masyarakat tidak memudarkan semangat dokter dalam mengemban tugas mulia demi kesehatan masyarakat. Oleh karena itu, masyarakat seharusnya mengapresiasi dedikasi dokter. Masih banyak dokter klinik yang berperan multifungsi sebagai petugas administrasi atau pengelola obat karena keterbatasan staf di klinik. Masih banyak dokter klinik yang melayani banyak pasien setiap hari, tetapi gajinya masih kurang sepadan.Â
Masyarakat memiliki hak untuk berobat di klinik atau rumah sakit sesuai kebutuhan kesehatan. Akan tetapi, masyarakat tidak memiliki hak untuk menilai kompetensi dokter hanya berdasarkan jenis penyakit, fasilitas, teknologi klinik atau rumah sakit.Â
Biodata:Â Â
Penulis: Ravando Immanuel, mahasiswa Fakultas Kedokteran, Universitas Airlangga SurabayaÂ