Mohon tunggu...
RAUF RAFI RAMANDANI
RAUF RAFI RAMANDANI Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Ilmu Komunikasi Angkatan 2022 | Universitas Komputer Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Book

Novel Sang Keris Perjalanan Magis dengan Bumbu Sejarah Indonesia

13 Oktober 2024   21:41 Diperbarui: 13 Oktober 2024   22:45 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://ebooks.gramedia.com

Judul: Sang Keris

Pengarang: Panji Sukma

Penerbit: Gramedia, Jakarta

Cetakan: I, Februari 2020

Jumlah Halaman: 110 hlm.

ISBN: 978-602-06-3856-0

Sinopsis

Sang Keris menceritakan Riwayat dari sebuah keris. Novel ini diceritakan dengan alur dan narasi yang menurut saya, memang unik. Sehingga bahkan untuk saya sendiri, cukup kesulitan untuk menyusun sinopsis ini. Pada intinya, Sang Keris digambarkan memiliki pemikiran, kehendak, dan berkontribusi terhadap takdir sejarah.

Dalam dunia sastra Indonesia, muncul sebuah karya yang menggemparkan para pecinta novel sejarah dan fantasi. "Sang Keris", karya Panji Sukma, mahasiswa doktoral Program Studi Kajian Budaya Universitas Sebelas Maret, Surakarta, berhasil meraih posisi runner-up dalam Sayembara Novel Dewan Kesenian Jakarta 2019.

Panji Sukma, menghadirkan cerita yang terbagi dalam 16 bab dengan alur nonlinier yang menantang. Tokoh utamanya, Kanjeng Kyai Karonsih, adalah sebilah keris sakti yang menjelajahi berbagai era penting dalam sejarah Indonesia. 

Perjalanannya dimulai dari kelahiran mistis di kahyangan dalam kosmologi Jawa, berlanjut ke masa kerajaan Jawa kuno Hindu-Buddha. Panji Sukma berhasil memberikan "kehidupan" pada Sang Keris. 

Benda pusaka ini tidak hanya menjadi saksi bisu sejarah, tetapi juga memiliki emosi, gengsi, bahkan ambisi pribadi. Ia bisa menolak dicabut dari warangka di saat genting atau bahkan memilih untuk berkhianat demi ambisinya. 

Perjalanan Sang Keris melalui berbagai zaman menjadi katalis bagi peristiwa-peristiwa penting, mulai dari perebutan harta, tahta, hingga wanita.

Sang Keris adalah tokoh utama, novel ini juga menghadirkan karakter-karakter manusia yang memperkaya narasi. Salah satunya adalah Eli, seorang peneliti naskah kuno dari Prancis yang menjadi istri seorang dalang Surakarta. 

Karakter-karakter ini menjadi pengikat cerita, menghubungkan berbagai peristiwa sejarah yang dilalui Sang Keris. 

Panji Sukma berhasil memberikan "kehidupan" pada Sang Keris. Benda pusaka ini tidak hanya menjadi saksi bisu sejarah, tetapi juga memiliki emosi, gengsi, bahkan ambisi pribadi. Ia bisa menolak dicabut dari warangka di saat genting atau bahkan memilih untuk berkhianat demi ambisinya. Perjalanan Sang Keris melalui berbagai zaman menjadi katalis bagi peristiwa-peristiwa penting, mulai dari perebutan harta, tahta, hingga wanita. 

Novel ini juga menyinggung konsep "ratu adil", tokoh yang sering muncul dalam setiap pemilihan pemimpin politik di Indonesia. Meskipun tak mengisahkan secara langsung tentang Diponegoro dan Tjokroaminoto yang dikenal sebagai ratu adil, novel ini menyentuh sedikit tentang Bung Karno, murid dan menantu Tjokroaminoto.

Strategi penceritaan Panji Sukma yang unik membuatnya mampu menyajikan kisah epik dalam jumlah halaman yang tidak terlalu tebal. Namun, hal ini juga menjadi tantangan tersendiri bagi pembaca. 

Mereka yang kaya akan pengetahuan sejarah mungkin akan merasa ada beberapa peristiwa penting yang terlewatkan, sementara pembaca dengan pengetahuan sejarah terbatas mungkin akan merasa sedikit kebingungan.

Kekurangan Novel Sang Keris

Novel ini juga menghadirkan tantangan dalam hal aksesibilitas. Pembaca dengan latar belakang pengetahuan sejarah dan budaya Jawa yang terbatas mungkin kesulitan mengikuti cerita, sebagai pembaca novel ini saya merasakan beberapa bagian yang kurang digali secara komprehensif. 

Perpaduan antara elemen sejarah, mistis, dan fiksi, meskipun menarik, berpotensi menciptakan kebingungan dalam membedakan fakta sejarah dari elemen fiksi dalam narasi.

Mungkin beberapa pembaca merasa kurang puas akan kedalaman eksplorasinya. Terakhir, penggunaan istilah-istilah Jawa kuno dan konsep-konsep budaya yang mungkin tidak familiar bagi semua pembaca bisa menjadi hambatan dalam memahami cerita sepenuhnya.

Namun, penting untuk dicatat bahwa banyak dari aspek yang bisa dianggap sebagai kekurangan ini juga merupakan keunikan yang membuat novel "Sang Keris" menarik dan inovatif dalam konteks sastra Indonesia kontemporer.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun