Strategi penceritaan Panji Sukma yang unik membuatnya mampu menyajikan kisah epik dalam jumlah halaman yang tidak terlalu tebal. Namun, hal ini juga menjadi tantangan tersendiri bagi pembaca.Â
Mereka yang kaya akan pengetahuan sejarah mungkin akan merasa ada beberapa peristiwa penting yang terlewatkan, sementara pembaca dengan pengetahuan sejarah terbatas mungkin akan merasa sedikit kebingungan.
Kekurangan Novel Sang Keris
Novel ini juga menghadirkan tantangan dalam hal aksesibilitas. Pembaca dengan latar belakang pengetahuan sejarah dan budaya Jawa yang terbatas mungkin kesulitan mengikuti cerita, sebagai pembaca novel ini saya merasakan beberapa bagian yang kurang digali secara komprehensif.Â
Perpaduan antara elemen sejarah, mistis, dan fiksi, meskipun menarik, berpotensi menciptakan kebingungan dalam membedakan fakta sejarah dari elemen fiksi dalam narasi.
Mungkin beberapa pembaca merasa kurang puas akan kedalaman eksplorasinya. Terakhir, penggunaan istilah-istilah Jawa kuno dan konsep-konsep budaya yang mungkin tidak familiar bagi semua pembaca bisa menjadi hambatan dalam memahami cerita sepenuhnya.
Namun, penting untuk dicatat bahwa banyak dari aspek yang bisa dianggap sebagai kekurangan ini juga merupakan keunikan yang membuat novel "Sang Keris" menarik dan inovatif dalam konteks sastra Indonesia kontemporer.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H