Ibarat anak sekolah yang sebentar lagi mau ujian kelulusan, maka mau tidak mau dan siap tidap siap, Anak harus mengikuti apa yang sudah dijadwalkan. Sistem kebut semalam, tentunya masih lebih baik dibandingkan dengan anak yang sama sekali tidak mempersiapkan diri menghadapi ujian tersebut. Tujuannya cuma satu : LULUS. Masalah nilai dan ilmu menjadi prioritas belakangan. Demikian halnya dalam menjawab tantangan AFTA 2015. Indonesia sebagai peserta dalam Organisasi Asean, mau tidak mau dan siap tidak siap harus mengikutinya sesuai Jadwal. Kita, harus siap menghadapinya. Masalah kita berhasil atau gagal itu urusan belakangan. Yang penting kita harus Optimis, kita harus SIAP (titik).
AFTA 2015 telah melalui sejarah yang sangat panjang, jika dirunut ASEAN yang berdiri sejak 1967 telah melakukan beberapa kali konferensi. Dan pada awalnya, yang menjadi agenda utama adalah kerjsama ekonomi. Namun demikian kemudian berkembang ke hal-hal lainnya. Sejalan dengan perkembangan jaman, era tahun 80-an, dimana Era perdagangan bebas mulai didengung-dengungkan di beberapa belahan dunia, maka Asean juga memikirkannya.
Saat itu, ketika saya baru masuk Kuliah di Bandung sekitar 1992, pada Konferensi Tingkat Tinggi Asean yang ke-5, dicanangkan cikal-bakal AFTA atau singkatan dari Asean Free Trade Area. AFTA memberikan impikasi dalam bentuk pengurangan dan eliminasi tarif, penghapusan hambatan-hambatan non-tarif, dan perbaikan terhadap kebijakan-kebijakan fasilitasi perdagangan. Dalam perkembangannya, AFTA tidak hanya difokuskan pada liberalisasi perdagangan barang, tetapi juga perdagangan jasa dan investasi. Ditandai dengan bebasnya aliran barang, jasa, investasi, tenaga kerja terampil dan perpindahan barang modal secara lebih bebas.
Berikut ini merupakan hal-hal yang menjadi bagian yang diintegrasikan dalam AFTA:
- Produk-produk pertanian,
- Otomotif,
- Elektronik,
- Perikanan,
- Produk-produk turunan dari karet,
- Tekstil dan pakaian,
- Produk-produk turunan dari kayu,
- Transportasi udara,
- e-ASEAN (ICT),
- Kesehatan,
- Pariwisata, dan
- Jasa logistik .
Sampai di sini, maka saya kembali ke analogi siswa yang akan menghadapi Ujian tadi. Ada 12 Mata Pelajaran yang harus disiapujikan. Maka penilaian saya tentang kesiapan Indonesia menghadapi AFTA juga terhadap 12 faktor tersebut:
Produk-produk pertanian, menurut kompas (14,11,2013) Kementerian Pertanian (Kementan) mengklaim neraca perdagangan dari sektor pertanian masih ada yang positif. Namun, diakui baru subsektor perkebunan saja yang merajai, sementara komoditas hortikultura masih banyak importasi. Neraca perdagangan hasil pertanian masih surplus didorong empat komoditas, yaitu kelapa sawit, karet, cokelat, dan kopi. Ini Berarti untuk hasil pertanian yang lain, Kita boro-boro bisa menjual, terkadang untuk memenuhi kebutuhan sendiri saja masih minus. Contohnya, Beras.Tidak perlu saya bahas kiranya, bahwa kita pernah mengimpor beras dari Vietnam atau negara lainnya.
- Produk Otomotif, Indonesia masih bergelut dengan politik praktis. Proyek pengadaan Mobil nasional hanya menjadi basi di sisi pembicaraan saja. Praktenya, Jepang menguasai Indonesia dengan proyek Mobil nasional dengan iming-iming muatan lokal. Padahal nama dan pemiliknya masih jepang punya. Proyek Mobnas karya Putra pak harto tinggal kenangan, belakangan Jokowi dan Dahlah Iskan pun tinggal sisa isapan jempol. Kita rupanya masih suka menghargai hasil karya orang lain, daripada hasil sendiri walaupun masih jelek kalau tidak bisa dibilang harus dilakukan penyempurnaan. Bagaimana kita bisa bergelut dibidang otomotif, proyek mobnas saja tidak jelas juntrungannya.
- Elektronik, Indoensia masih menjadi pasar potensial di bidang ini. Produk China sangat membabi buta yang mengakibatkan lumpuhnya pasar domestik. Harga pasar China yang sangat murah, tidak mampu bersaing dengan buatan dalam negeri. Walaupun kita masih harus berbangga dengan produksi dalam negeri yang masih bisa ekspor produk eletronik kita seperti : Sepeda Polygon, Ban Mobil Achilles, Corsa dan Strada, Polytron dan Batere ABC.
- Perikanan. Indonesia harus bersyukur, diberikan Laut yang maha luas. Kekayaan lautnya juga sangat melimpah. Namun kita baru bangga dengan ikan tuna produksi jawa timur dengan ekspor yang bagus ke daerah Arab. Saya belum mencatat produksi perikanan lainnya yang akan kita ekspor dan diperdagangkan di ASEAN. Semoga brand Indonesia untuk produksi perikanan, seperti yang dicanangkan kementerian kelautan bisa segera terlaksana, sehingga kita bisa swasembada dan ekspor dari sumber ini.
- Produk-produk turunan dari karet. Indonesia termasuk negara produsen karet terbesar di Dunia, bersamaan dengan Malaysia dan Tahiland. Dalam hal produksi dari hasil karet, seperti : Ban, komponen lainnya Indonesia Harus berani unjuk Gigi.
- Tekstil dan Pakaian. Nilai ekspor pakaian jadi non rajutan menunjukan pertumbuhan yang baik, namun demikian dengan seiring mahalnya tenaga kerja di Indonesia yang seringnya Demonstrasi Buruh terhadap peningkatan Upah dan tingginya biaya "siluman" di dalam negeri, telah memaksa para investor untuk mengalihkan investasinya ke negara-negara Asia lainnya yang Tenaga Kerjanya murah. Ini akan menjadi bumerang, karena sekali lagi kita akan menjadi pasar potensial untuk urusan ini, mengingat jumlah penduduk kita paling banyak. Jika pemerintah tidak segera menangani konflik of interest ini, bukan tidak mungkin kita hanya menjadi pemain cadangan atau pemeran pembantu dalam drama penjualan tekstil dan pakaian.
- Produk-produk turunan dari kayu, Beberapa produksi kayu dan turunannya cukup menggembirakan Indonesia. karena kita diberikan kekayaan hutan yang sedemikian hebat. Namun dengan adanya illegal logging dan illegal trading, telah mencoreng kebanggan ini. Semoga Pemerintah dan para pelaku sadar dengan hal ini, dan menjadi alasan bagi kita untuk mempersiapkan AFTA menjadi bagian dari proses perubahan yang sangat besar.
- Transportasi udara, Dalam hal ini. Moda transfortasi udara Indonesia, harusnya menjadi Raja di kawasan ASEAN. Indonesia punya PT DI. Sayang seribu sayang, Tata kelola dan perhatian yang salah dari elemen bangsa, menjadikan potensial ekonomi menjadi potensial cost politics. Maka beberapa maskapai penerbangan dari Malaysia, malah datang dan berinvestasi di Indonesia. Dan seakan, pemerintah malah bangga dengan kehadiran mereka. Sungguh hal yang aneh.
- e-ASEAN (ICT), dalam hal Information and Comunications Technology, Sebagai pengguna teknologi terbanyak kayaknya Indonesia. Sebagai pemain, kita juga banyak perusahaan yang sudah siap bersaing. PT Telkom Indonesia, sebagai kebanggaan nasional milik bangsa telah mendapatkan bagus di Dunia Internasional. Rencana Telkom untuk membuka market di 10 Negara Asing patut diberikan acungan jempol. Dan semoga kita bisa menjadi Penguasa di bidang IT ini. Walaupun, Negara lainnya seperti Malasya dan Singapore memiliki modal yang sangat besar untuk hal ini.
- Kesehatan, Untuk masalah kesehatan, Dokter, tenaga medis, obat-obatan baik kimia maupun herbal, kita memiliki banyak. Lulusan Akademi kedokteran setiap tahun meningkat, lulusan Akademi perawat juga banyak. Jika masih kurang dalam bidang keperawatan, kita masih punya banyak dukun dan tukang pijit plus-plus. hehehe...
- Pariwisata, luasnya samudera, banyaknya suku dan adat istiadat, serta budaya yang sangat menarik seharusnya menjadi tujuan pariwisata yang menakjubkan buat Indonesia. Jangan menjadi bangga karena sudah jalan-jalan di KL, namun kita harus bangga ketika orang melayu bisa jalan-jalan bukan hanya di Jakarta, namun jalan-jalan ke Cirebon sekali-kali... misalnya. Harus menjadi primadona kita dalam hal pariwisata ini. dan terakhir
- Jasa logistik. Kiranya harus menjadi catatan penting bagi para pelaku, jangan menjadi penonton. Karena Jasa Logistik dari luar yang sangat profesional, segera akan datang. Jika tidak mempersiapkan diri, siap-siap untuk gulung tikar.
Dalam perkembangan selanjutnya, memang tidak hanya membahas tentang 12 hal tersebut di atas. Juga membahas tentang Bio enegry, dan juga UKM.
Namun secara umum, saya hanya ingin berdoa saja. Semoga pada saatnya Bel berbunyi, tanda diberlakukannya AFTA. Kita sudah SIAP.
Dilihat dari kacatama lain, tentang kesiapan Indonesia:
- Kita pemilih jumlah penduduk yang paling tinggi di ASEAN, yakni lebih dr 240 Juta. Dan ini jika kita ekspor baik sebagai tenaga kerja terdidik maupun tidak, akan menjadi momok yang sangat menakutkan bangsa-bangsa di ASEAN. Kiranya kita perlu belajar kepada China. Dimana semua sektor ekonomi Indonesia, hampir semuanya dipegang oleh Etnis China. China, sudah sangat berhasil mengekspor penduduknya ke hampir belahan wilayah di Indonesia, maka ke depan Indonesia harus berhasil menguasai perdagangan dengan orangnya dulu, bukan dagangannya saja.
- Dalam hal IPM, kita memang masih lebih rendah dibandingkan dengan SIngapura dan Bruinei. Indonesia harus siap mengalahkan negara tersebut, walaupun jika dibandingka denga luas wilayah da jumlah penduduknya. Indonesia masih juara dibandingkan negara asean lainnya.
- Perdagangan bebas, masih akan menjadi bantu ganjalan tatkala TIDAK ADA BAHASA PENGHUBUNG yang menjadi acuan bersama. Sebagaimana diketahui, kita bahasa Indonesia, Vietnam berbahasa Vietnam, Kamboja berbahasa Kamboja. Yang masih bisa diajak komunikasi standar adalah melayu, seperti Brunei dan Malaysia. Untuk negara lainnya Inggris pun masih harus sama-sama belajar. Oleh karena itu, sebaiknya dijadian sebagai bahan kesepakatan untuk menjadikan Bahasa "...." sebagai pengantar.
- Nilai mata uang Rupiah yang sangat rendah, harus dijadikan momentum untuk berpikir ulang tentang pemberlakuan mata uang yang sama di region ASEAN. Seperti halnya EURO.
Terima kasih.
Cirebon, 2 Maret 2013
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H