Mohon tunggu...
RAUF NURYAMA
RAUF NURYAMA Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pemerhati Masalah Media, Sosial, Ekonomi dan Politik.

Sekjen Forum UMKM Digital Kreatif Indonesia (FUDIKI); Volunteer Kampung UKM Digital Indonesia; Redaktur : tinewss.com

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Budi Itu Sangat Jahat

14 Februari 2015   07:39 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:12 1431
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sungguh sebuah ironi. Jika Politik Balas Budi, menjadi Komoditi. Budi dalam arti kebaikan, bukan berarti harus dibalas dengan kebaikan yang sama. Dengan tidak mengangkat dan mengajukan Budi Gunawan sebagai Calon Kapolri, mungkin nama beliau tidak akan seperti ini dan tidak akan jadi tersangka oleh KPK. Namun jika Budi (baca: kebalikan dari kebaikan) seperti halnya KPK yang selama ini sering mengusik para Koruptor yang notabene kebanyakan para Politikus, maka KPK sudah membuat Budi tidak baik. KPK wajar tidak ada yang membela dari Pihak DPR. Coba bayangkan. PPP Ketua Umumnya dijadikan Tersangka. Partai Demokrat, Ketua Umumnya dijadikan tersangka. PKS, Presidennya dijadikan Tersangka. Golkar, Banyak pengurusnya dijadikan Tersangka. Denger-denger, Orang KPK melakukan perbuatan baik kepada kader PDIP, agar hukumannya diringankan. Konon karena ini pula, maka dia menuntut untuk balas budi dengan mencalonkan menjadi Capresnya Capres PDIP. Namun karena, Budi dibalas dengan Tuba. Akhirnya KPK membalas Tuba dengan Tuba. Yang akhirnya rusak susu sebelanga. KPK menjadi Rusak. Rusak, karena ulah sendiri. Rusak karena orang dalamnya membocorkan rahasia, bahwa untuk menetapkan tersangka seseorang, terkadang sesuai pesanan. Rusak karena pernah memberikan status tersangka, padahal dua alat bukti belum tersedia. Rusak karena Pesanan untuk menghutangkan Budi kepada yang lainnya.

Semoga Presiden Kita saat ini, bisa bekerja dengan maksimal untuk kepentingan Rakyat. Karena seberapa besarnya pun, Presiden punya Hutang Budi ke Partai, Ke Konglomerat yang mendanai kampanye, ke Pers yang memberitakan beliau secara membabi buta, satu-satunya syarat menjadi Presiden adalah Jumlah pendukung yang melebihi 50% Plus 1. Artinya jika kita membandingkan hutang budinya pak Jokowi kepada Budi Gunawan, Megawati, Surya Paloh, Parpol pendukung, dan siapapun orang-orang besar disana. Tidak lebih besar hutang budinya Jokowi kepada Rakyat yang memilihnya.

Pernyataan ini saya sampaikan, jika memang benar Jokowi punya Hutang Budi. Lah kalau tidak, kenapa Ragu?

Pesan moral yang ingin saya sampaikan dalam tulisan ini adalah Marilah kita berbuat kebaikan untuk mendapatkan kebaikan. Berbuat baik kepada orang tertentu, jangan pernah berharap mendapatkan sesuatu dari orang tersebut. Karena membantu membuat orang lain itu biarlah Tuhan yang akan membalasnya. Baik, bukan berarti kita memberikan Hutang yang setiap saat harus dibayar oleh mereka.

Jangan sampai, Hutang Budi itu menjadi sesuatu yang sangat Jahat. Karena dia bisa mengorbankan segala sesuatu, bahkan sampai Lupa, bahwa masih banyak yang harus dipikirkan dan diperhatikan. Bukan hanya masalah Budi.

Salam kompasiana.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun