Hal ini dikarenakan keadaan yang berbeda antara masa nabi dan masa sekarang. Ummat terdahulu adalah kaum yang ummi yakni tidak bisa baca tulis dan berhitung sehingga melihat hilal langsung lebih memberikan penjelasan.
Berbeda halnya dengan ummat sekarang yang sudah menguasai ilmu tersebut maka berhitung akan lebih sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Apalagi Alquran juga menyebutkan bahwa baik matahari maupun bulan itu peredarannya bisa dihitung.
So Keduanya memiliki landasan dalil masing masing, tidak sepatutnya kita menyalahkan salah satunya.
Sebagai informasi tambahan juga terjadi perbedaan awal bulam ini juga dikarenakan adanya sedikit perbedaan landasan penentuan syarat ketinggian hilal.
Standar yang ditetapkan pemerintah itu harus mencapai 3 derajat sedangkan bagi yang menggunakan metode hisab jika ketinggian hilal sudah mencapai satu derajat maka sudah dianggap memasuki bulan baru.
Yang jadi pertanyaannya kenapa derajatnya bisa beda? Karna jika kita memantau hilal langsung dengan ketinggian hilal dibawah 3 akan sulit terlihat dengan mata karna cahaya hilal masih kalah dengan cahaya mega.
Kalau hisab kan cuma menghitung saja, maka ketinggian satu derajat pun sudah dianggap sudah memadai.
Jika ditanya mana yang lebih baik?
Jawabanya keduanya sama sama baik. Namun saya pribadi lebih cenderung ikut pemerintah dan tetap menghormati mereka yang menggunakan hisab
Kenapa saya ikut pemerintah?
Karna status saya adalah masyarakat biasa yang harus mentaati ulil Amri selama bukan dalam perkara maksiat.Â
Jika kita ikut pemerintah walaupun pada akhirnya keputusannya kurang tepat kita tidak dihukumi dosa dan memiliki hujjah taat kepada pemerintah.