Melihat topik pilihan yang diberikan oleh kompasiana saya jadi tertarik untuk menceritakan salah satu pengalaman saya tempo dulu yang ada kaitahnya dengan exposure.
Masa itu kalau tidak salah terjadi antara tahun 2020/2021. Yang mana booming sebuah aplikasi yang konon katanya bisa mendapatkan uang hanya dengan menonton iklan bahkan banyak sudah membernya yang sudah jadi jutawan.
Namun sistemnya agar cepat naik peringkat diharuskan untuk meggaet member. Dan kalau dipikir pikir itu tidak jauh beda dengan bisnis Multi Level Marketing (MLM)
Sisi yang membedakan itu ya tidak ada barang yang diperjual belikan melainkan hanya mengajak orang menonton iklan.
Awalnya saya sih tidak tertarik,namun tiba tiba tetangga dekat rumah ngajak ikutan dan beliau sudah pernah mencairkan uang walaupun hanya Rp.100 ribuan aja.
Namun hal itu bisa jadi rujukan kalau menonton iklan ini memang di bayar. Yasudah saya pikir kenapa saya tidak coba aja. Lagian untuk mendaftarkan jadi member pun kita tidak perlu membayarnya.
Diawal saya memakai aplikasi itu, banyak istilah yang saya tidak paham sehingga saya sering menanyakan kepada orang orang yang levelnya diatas saya.
Diantara istilah tersebut ada yang namanya istilah personal exposure dan member exposure.
Pada akhirnya saya paham bahwa baik personal exposure itu dipengaruhi oleh jumlah bintang yang kita miliki. Jadi semakin tinggi bintang kita dan bintang member kita maka peningkatan eksposure juga akan semakin tinggi.
Jika exposure tinggi maka potensi poin juga semakin tinggi yang membuat kita mengaktifkan bintang bintang selanjutnya. Bahkan saya kala itu sudah mendapatkan peringkat Bronze.
Namun otak saya seakan kecuci pengen lebih lebih lagi sehingga poin saya kumpulkan saya prioritaskan untuk membuka bintang selanjutnya bukan mencairkannya menjadi uang.
Namun nasib baik tidak berpihak kepada saya. Karna tiba tiba peraturan perusahaannya malah berubah dan menambah vitur yang mengharuskan member membeli obat seharga tertentu, kalau tidak poin dan exposure yang kita kumpulkan akan menjadi nol dan peringkat kita akan hilang.
Dari situ saya langsung paham, ternyata embel embel awal nonton iklan dibayar itu adalah trik mendapatkan member yang banyak setelah itu baru bisnis sebenarnya akan dimulai.
Melihat fakta ini saya mengembalikan diri ke prinsip awal yakni kan hanya coba coba sebab gratis. Kalau diharuskan bayar saya juga ogah dan pada akhirnya saya memilih untuk tidak lanjut lagi.
Sebenarnya saya merasa rugi, yakni rugi waktu karna sudah membuang banyak waktu untuk menyelesaikan misi nonton iklan setiap harinya.
Namun itu tidak seberapa dibandingkan orang lain yang juga rugi uang. Karna ada yang lebih rugi dari saya akibat terlalu serius memperjuangkan peringkat. Dan memang ada sistem disitu jika ingin cepat naik level bisa membayar uang jutaan rupiah per levelnya yang lebih dikenal dengan istilah fastrack
Bayangkan saja apa tidak jadi beban tambahan bagi  orang menempuh jalur tersebut dan ketika sistem diubah otomatis dia galau harus lanjut beli obat atau berhenti.
kalaupun dia berhenti maka uang dia sebelumnya tidak akan kembali. Dengan demikiabmn trauma pun menjadi tidak bisa dihindari
Dari kisah diatas dapat disimpulkan bahwa jangan terlalu serius memperjuangkan hal hal yang tidak jelas apalagi sampai mengorbankan uang anda.
Kalaupun tidak ada urusannya sama uang lebih baik tidak usah buang buang waktu yang pada akhirnya justru tidak mampu memberikan benefit apa apa sedangkan waktumu sudah banyak terbuang sia-sia
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H