Allah perintahkan mereka "Kalian sembelih satu ekor sapi betina dan ambil salah satu bagian dari tubuhnya baik itu tangannya, tulangnya, ekornya, atau bagian lainnya. Â ambil salah satu bagian dari tubuh itu, pukulkan kepada orang yang meninggal maka dia akan bangun.
Perintahnya sangat sederhana. Potong sapi, ambil salah satu bagian tubuhnya, pukulkan kepada orang yang meninggal dunia. dia akan bangun kasih tahu siapa yang membunuh dia dengan izin Allah.
Apa kata kaumnya Nabi Musa?
Engkau hendak menjadikan kita bahan cemoohan? Mau menertawakan kita? Apa hubungannya sapi betina dengan seorang lelaki yang terbunuh? Bagaimana dia bisa menghidupkan orang mati, setelah orang itu meninggal dunia?
Mereka menggunakan nalar mereka. Sedangkan kita nih, ketika disuruh yang harus digunakan adalah kesetiaan kita apalagi status nabi Musa sebagai seorang nabi maka tidak mungkin seorang nabi memutuskan sesuatu itu sesuka hatinya melainkan atas petunjuk dari Yang Maha Kuasa.
Bukankah ditempat kerja saja kita menunjukkan loyalitas kita kepada atasan kita, kalau kita kerja di sebuah perusahaan. Misalnya Disuruh besok masuk jam 6, kita masuk jam 6. Besok pakai baju warna coklat, Â kita akan memakai warna coklat. Besok jangan lupa pakai sepatu, kitapun akan memakai sepatu. Kenapa? Ya sudah diperintahkan, jalankan.
Enggak perlu banyak tanya, karena akan merepotkan kita. Besok ke kantor pakai sepatu ya. Lalu kita bertanya "Maaf Pak, sepatunya warnanya apa, Pak?" Akhirnya dikasih tahu, Â Warnanya putih sepatunya.Â
Lalu nanya lagi "Mereknya apa, Pak?" Oh mereknya ini disebutkan, enggak punya akhirnya dia. Kalau dia melaksanakan perintah sesuai dengan yang diperintahkan, besok pakai sepatu, pakai sepatu, selesai.
Di sini Bani Israil terlalu banyak bertanya. Lalu Apa kata Nabi Musa 'Alaihissalam lagi?
"Aku berlindung kepada Allah agar tidak menjadi orang-orang jahil."
Karena orang jahil-lah yang membuat orang melakukan tindakan-tindakan bodoh.
Tatkala orang-orang dari kalangan Nabi Musa tahu Nabi Musa jujur dengan apa yang beliau bicarakan, mereka bertanya lagi. Nabi Musa tentunya jujur, enggak berbohong. Mereka tanya lagi
Â
Tolong mintakan buat kami, engkau mintakan kepada Rabbmu buat kami, agar menjelaskan kepada kami, sapinya itu yang kayak apa, sapi betinanya itu yang seperti apa?
Mereka mempersulit diri mereka, akhirnya Allah pun menyulitkan  mereka. Udah dikasih tahu sapinya itu enggak tua, enggak muda, mereka tanya lagi, warnanya kayak apa. Kasih tahu warnanya, sehingga makin sulit mereka mendapatkan sapi betina sesuai kriteria yang disebutkan bahkan harganya sangat mahal karna kriterianya itu yang sangat langka.