Mohon tunggu...
Raudhatul Ilmi
Raudhatul Ilmi Mohon Tunggu... Freelancer - Content Writer & Script Writer

Jangan Pernah Protes pada Proses

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Binasa karna Terlalu Banyak Bertanya

21 Maret 2023   06:52 Diperbarui: 21 Maret 2023   07:26 684
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi mikir/istock

Ada sebuah pepatah yang sering kita dengar yakni "Malu bertanya sesat dijalan". Dalam artian jika kita tidak memahami sesuatu ada baikknya bagi kita untuk menanyakan agar tidak salah jalan.

Namun dalam hal tertentu kita justru dilarang banyak bertanya apalagi jika perkara tersebut sudah sangat jelas bagi kita.

Kenapa Nabi melarang kita banyak bertanya? Karena Nabi cinta kepada kita. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam tidak ingin memberatkan umatnya. Bahkan sebagian yang Beliau sukai, Beliau tidak kerjakan karena takut nanti membebani umatnya, merepotkan umatnya.  

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam sering kali mengatakan Andai kata aku tidak takut memberatkan umatku, aku akan suruh umatku melakukan ini, aku akan kerjakan ini.

Rasul juga pernah mengatakan bahwa yang menyebabkan orang-orang sebelum kalian itu binasa adalah banyak pertanyaan mereka, menanyakan hal-hal yang tidak perlu ditanyakan.

Kita tentunya masih mengingat kisah Al-Baqarah yang cukup terkenal di dalam Alquran. Surah Albaqarah sendiri adalah surat terpanjang didalam Alquran yang mengandung 286 ayat. dinamakan surah Al-Baqarah karena di situ ada kisah sapi betina.

Ilustrasi Alquran/shutterstock
Ilustrasi Alquran/shutterstock

Sebenarnya apa masalahnya?

Di masa Nabi Musa 'Alaihissalam, ada orang yang tewas dibunuh namun tidak diketahui siapa pembunuhnya. Akhirnya terjadilah kekacauan di antara dua kabilah. Karena orang itu terbunuh, namun pembunuhnya meletakkan jasadnya di tempat kabilah lain.

Kalau sekarang umpamanya orang itu dibunuh di Malang, tapi jasadnya diletakkan di kota lain. Maka ributlah dua kabilah ini. Akhirnya mereka meminta kepada Nabi Musa  untuk menyelesaikan masalah ini. Allah mewahyukan kepada Nabi Musa  agar memerintahkan mereka menyembelih baqarah (sapi betina).

Allah perintahkan mereka "Kalian sembelih satu ekor sapi betina dan ambil salah satu bagian dari tubuhnya baik itu tangannya, tulangnya, ekornya, atau bagian lainnya.  ambil salah satu bagian dari tubuh itu, pukulkan kepada orang yang meninggal maka dia akan bangun.

Perintahnya sangat sederhana. Potong sapi, ambil salah satu bagian tubuhnya, pukulkan kepada orang yang meninggal dunia. dia akan bangun kasih tahu siapa yang membunuh dia dengan izin Allah.

Apa kata kaumnya Nabi Musa?
Engkau hendak menjadikan kita bahan cemoohan? Mau menertawakan kita? Apa hubungannya sapi betina dengan seorang lelaki yang terbunuh? Bagaimana dia bisa menghidupkan orang mati, setelah orang itu meninggal dunia?

Mereka menggunakan nalar mereka. Sedangkan kita nih, ketika disuruh yang harus digunakan adalah kesetiaan kita apalagi status nabi Musa sebagai seorang nabi maka tidak mungkin seorang nabi memutuskan sesuatu itu sesuka hatinya melainkan atas petunjuk dari Yang Maha Kuasa.

Bukankah ditempat kerja saja kita menunjukkan loyalitas kita kepada atasan kita, kalau kita kerja di sebuah perusahaan. Misalnya Disuruh besok masuk jam 6, kita masuk jam 6. Besok pakai baju warna coklat,  kita akan memakai warna coklat. Besok jangan lupa pakai sepatu, kitapun akan memakai sepatu. Kenapa? Ya sudah diperintahkan, jalankan.

Enggak perlu banyak tanya, karena akan merepotkan kita. Besok ke kantor pakai sepatu ya. Lalu kita bertanya "Maaf Pak, sepatunya warnanya apa, Pak?" Akhirnya dikasih tahu,  Warnanya putih sepatunya. 

Lalu nanya lagi "Mereknya apa, Pak?" Oh mereknya ini disebutkan, enggak punya akhirnya dia. Kalau dia melaksanakan perintah sesuai dengan yang diperintahkan, besok pakai sepatu, pakai sepatu, selesai.

Di sini Bani Israil terlalu banyak bertanya. Lalu Apa kata Nabi Musa 'Alaihissalam lagi?
"Aku berlindung kepada Allah agar tidak menjadi orang-orang jahil."

Karena orang jahil-lah yang membuat orang melakukan tindakan-tindakan bodoh.

Tatkala orang-orang dari kalangan Nabi Musa tahu Nabi Musa jujur dengan apa yang beliau bicarakan, mereka bertanya lagi. Nabi Musa tentunya jujur, enggak berbohong. Mereka tanya lagi
 
Tolong mintakan buat kami, engkau mintakan kepada Rabbmu buat kami, agar menjelaskan kepada kami, sapinya itu yang kayak apa, sapi betinanya itu yang seperti apa?

Mereka mempersulit diri mereka, akhirnya Allah pun menyulitkan  mereka. Udah dikasih tahu sapinya itu enggak tua, enggak muda, mereka tanya lagi, warnanya kayak apa. Kasih tahu warnanya, sehingga makin sulit mereka mendapatkan sapi betina sesuai kriteria yang disebutkan bahkan harganya sangat mahal karna kriterianya itu yang sangat langka.

Maka di sini Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam menyebutkan, yang menyebabkan umat-umat sebelum kalian itu jadi binasa, jadi hancur, jadi berat hidup mereka, gara-gara mereka banyak bertanya untuk perkara yang seharusnya mereka tidak menanyakannya.

Lalu Rasulullah memberikan sebuah arahan buat para sahabatnya dan buat kita.
"Kalau aku melarang kalian melakukan sesuatu, maka tinggalkan"

Enggak perlu terlalu banyak mikir. Dilarang, tinggalkan. Tapi kalau aku menyuruh kalian dengan sesuatu, kalian kerjakan sesuai dengan kemampuan kalian.

Jadi, meninggalkan larangan itu tidak sesuai dengan kemampuan, karena  semua orang bisa meninggalkan larangan, kalau dia mau. Umpamanya dikatakan jangan merokok, ada tulisan "Dilarang merokok". Mungkinkah ada toleransi buat orang merokok di tempat itu? Enggak ada. Di dalam kereta, ada orang merokok, langsung diturunkan di stasiun terdekat.

Berbeda halnya dengan perintah, Karena bertindak melakukan sesuatu itu memerlukan energi serta memerlukan adanya kesempatan kita mengerjakan hal itu. Kadang kala energi ada, kesempatan enggak ada. Energi ada, kesempatan ada, fulusnya enggak ada. 

Tapi kalau meninggalkan ibaratnya Jangan berangkat ke tempat maksiat, ya udah engga usah jalan, duduk di rumahnya.

Sekian dari sata semoga bermanfaat ya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun