Mohon tunggu...
Raudhatul Ilmi
Raudhatul Ilmi Mohon Tunggu... Freelancer - Content Writer & Script Writer

Jangan Pernah Protes pada Proses

Selanjutnya

Tutup

Love

Resesi Seksual, Hal yang Tidak Masuk Akal

24 Desember 2022   11:55 Diperbarui: 24 Desember 2022   12:02 336
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi keluarga/sangpencerah.id

Akhir-akhir ini kita dihebohkan oleh Resesi Ekonomi yang diprediksi akan terjadi di tahun 2023 mendatang. Sehingga kita sebagai smart people harusnya punya persiapan untuk menghadapinya.

Resesi adalah istilah dalam ilmu ekonomi Yaitu suatu keadaan ketika pertumbuhan ekonomi minus dua Kuartal berturut-turut.

Kondisi keuangan pun menjadi hal yang mengkhawatirkan. Bahkan tak heran Suku bunga pun terus di naikkan oleh Bank Indonesia selaku Bank Sentral demi menekan inflasi agar tak berujung resesi.

Namun tahukah anda ternyata resesi tidak hanya ada di ilmu ekonomi tapi juga dalam kehidupan percintaan. Terlihat dramatis memang, tapi tidak dipungkiri bahwa Indonesia diprediksi akan mengalami yang namanya "resesi seksual"

Resesi seksual sepertinya terlihat tidak masuk akal, namun faktanya hal ini sudah terjadi diluar negeri.

Biar ga menjadi pertanyaan mari kita kenalan dulu dengan istilah yang satu ini.

Dikutip dari salah satu artikel di website kompas, Resesi seksual adalah keengganan dari pasangan yang sudah menikah untuk memiliki anak atau mencukupkan hanya memiliki sedikit anak.

Hal ini sudah terjadi di berbagai wilayah kawasan Asia lainnya yakni Korea, Jepang bahkan China.

Ngomongin kenapa bisa terjadi hal demikian, ini tentunya harus dikembalikan lagi ke pribadi masing-masing orang.

Jika melihat secara umum, menurut penulis pribadi, Ada beberapa faktor yang menghadirkan fenomena diatas, antara lain:


1. Tidak suka punya anak

Hal ini sebenarnya sudah kita dengar sebelumnya. Seorang menikah hanya ingin sebatas menyalurkan hasrat seksual atau "making love" kalau istilah anak zaman sekarang tanpa ingin terganggu dengan anak keturunan.

Entah karna pengen selalu berdua aja atau alasan yang paling sering dikemukan itu karna tidak ingin ribet ngurusin anak keturunan.

Padahal kalau kita fikirkan secara umum, memiliki anak keturunan adalah salah tujuan dari akad sakral pernikahan.yang mana keturunanlah yang akan mewarisi orang-orang diatasnya.

Jika resesi seksual terjadi karna alasan tidak ingin punya anak maka pembaharuan generasi pun akan terhenti.

2. Tidak siap Akan Tangung Jawab Tambahan

Ketika awal menikah itu hidup serasa dipenuhi oleh cinta, dunia pun seakan milik berdua sehingga menjadi bebas melakukan apa saja dengan si dia yang istimewa tanpa terganggu dengan hal lainnya.

Hal ini jauh berbeda ketika di dalam hubungan cinta sudah ada "orang ketiga". Orang ketiga yang dimaksud disini adalah anak.

Ketika si anak mulai lahir ke dunia membuat hubungan yang sebelumnya hanya sebatas Romansa menjadi bertambah tanggung jawabnya.

Ilustrasi keluarga/sangpencerah.id
Ilustrasi keluarga/sangpencerah.id

Tak hanya tangung jawab yang bertambah tapi juga pos pos pengeluaran yang ikut bertambah apalagi jika anaknya sudah dua tiga dst.

Hal itulah yang membuat sebagian orang enggan memiliki anak, ia tidak siap dengan tanggung jawab ganda ditengah kesibukannya. Karna ia merasa banyaknya tanggung jawab yang sudah melekat kepadanya membuat ia tidak bisa menikmati hidup seperti sediakala karna sudah tidak sebebas biasanya.

Melihat dua faktor tadi, sungguh miris rasanya. Menurut penulis pribadi resesi seksual tidaklah masuk akal bagi manusia normal.

Manusia yang masih diatas fitrah yang benar tentunya akan menerima buah hati dengan sepenuh hati bahkan dengan rasa bahagia karna anak adalah amanah dari Yang Maha Kuasa yang dititipkan padanya serta bisa menjadi penyejuk mata bagi orang tua.

Selain itu tanggung jawab tambahan bukanlah masalah besar, bahkan itu adalah tantangan yang harus dimenangkan. 

Hidup ini kurang seru kalau hanya menjalani kisah yang statis. Hidup dinamis membuat segalanya menjadi terasa lebih bermakna. So tantangan yang menghinggapi harusnya dihadapi bukan malah dihindari

Semoga kita semua bisa menjadi orang tua ataupun calon orang tua yang siap menghadapi tantangan di dunia keluarga

Salam semangat, semoga bermanfatat

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun