Tersingkirnya timnas Jerman di babak penyisihan grup piala dunia menuai banyak kecaman dari berbagai pihak.
Mengingat skuad der panzer memulai laga perdana piala dunia dengan menutup mulut mereka sebagai bentuk protes kepada tuan rumah dan juga FIFA karena larangan penggunaan ban kapten "one love"
Ban kapten one love sendiri adalah kampanye mendukung lesbian, guy, biseksual dan transgender (LGBT) yang pertama kali didengungkan oleh Belanda yang kemudian di ikuti oleh negara barat lainnya.
Menariknya Belanda yang tak lain adalah sang pelopor aksi one love bersikap biasa saja dengan larangan dari tuan rumah.
Justru Jerman yang merupakan follower dari aksi yang dicanangkan Belanda memilih berada dalam barisan paling depan dalam menunjukkan pembelaan terhadap kebebasan kaum pelangi.
Akan tetapi sungguh ironi terlalu fokus dengan kaum pelangi membuat timnas Jerman seakan kehilangan jati diri.
Ajang piala dunia yang sejatinya menjadi tempat berkompetisi dan menyelamatkan harga diri justru banyak diiringi dengan sensasi.
Sehingga yang didapatkan oleh der panzer bukanlah prestasi melainkan menjatuhkan harga diri dan harus angkat kaki lebih dini dari gelaran piala dunia kali ini.
jerman membuat sang legenda timnas Jerman, Michael Ballack ikut menyindir dan mengecam aksi juniornya tersebut.
Angkat kopernyaMantan kapten timnas Jerman tersebut memberi kritikan yang cukup menohok kepada federasi sepakbola Jerman bahkan sampai dengan pelatih ikut dikomentari oleh Ballack.
"Setiap posisi di DFB harus dipertanyakan, termasuk posisi pelatih. Anda tidak akan melangkah terlalu jauh dengan sepak bola semacam ini. Kami melihatnya di tim ini yang kurang berbakat, ini akan memberi kami masalah”
_Michael Ballack_ (baca disini)
Begitulah pernyataan pemain yang pernah memperkuat Chelsea tersebut. Dan memang apa yang dikatakan oleh Ballack tidaklah salah.
Fokus federasi kepada hal lain membuat timnas Jerman harus pulang dengan nasib tragis dan parahnya kepulangan di piala dunia 2022 sekaligus mengulang kisah pahit piala dunia 2018 di Rusia lalu yang sama-sama tersingkir di fase grup.
Memulai laga dengan aksi tutup mulut dan merasa bangga karna bisa menunjukkan aksi protesnya tersebut, namun pada akhirnya der panzer harus pulang dengan menutup wajah akibat rasa malu dan kesedihan yang tidak bisa ditahan.
Status juara dunia 4 kali pun seakan hanya nama saja tanpa arti apa-apa, karena banyak orang sudah tak lagi menaruh rasa hormat. Sang raksasa pada masanya pun menjadi turun kasta dimata para pecinta sepakbola.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H