Manuel Neuer yang kala itu juga termasuk skuad piala dunia 2010 tentunya paham benar rasanya dikandaskan dibabak semifinal sehingga pada akhirnya timnya hanya mendapatkan tempat ketiga setelah berhasil mengalahkan Uruguay di babak perebutan tempat ketiga.
Â
Namun yang menjadi pertanyaan besar para pecinta sepakbola hari ini apakah Der Panzer benar-benar berusaha mengalahkan Spanyol  atas nama gengsi dan harga diri atau malah kembali disibukkan dengan sensasi?
Sudah menjadi rahasia umum jika timnas Jerman di ajang piala dunia kali ini bukan hanya bermain sepakbola tapi juga kampanye LGBT.
Bahkan fokus dari Neuer cs bisa dikatakan lebih ke kampanye politik mengatasnamakan hak asasi manusia yang anti diskriminasi yakni mendukung LGBT, dibandingkan perjuangan dalam menunjukkan peforma terbaik mereka.
Hal itu terbukti saat mereka berhadapan dengan Jepang di laga pembuka. Sempat sempatnya Thomas Muller cs melakukan aksi tutup mulut saat foto tim sebagai bentuk protes mereka terhadap FIFA dan Qatar karna pelarangan menggunakan ban kapten "one love".
Alhasil mereka yang terlalu fokus dengan kampanye politik pun harus takluk dari Jepang. Tentunya ini merupakan kerugian yang besar bagi timnas Jerman.
Kekalahan atas Jepang membuat mereka harus bekerja ekstra untuk bisa memenangkan 2 pertandingan sisa. Termasuk saat menghadapi Spanyol nanti malam.
Seharusnya Jerman bisa belajar banyak dari kebangkitan negara lain yang terlebih dahulu juga pernah menelan kekalahan.
Diantaranya itu dimulai dari Senegal, setelah dikalahkan Belanda dilaga pembuka, wakil Afrika tesebut berhasil bangkit dengan mengalahkan tuan Rumah Qatar dan meramaikan kembalu persaingan grup A sekaligus menyingkirkan tuan rumah.
Selanjutnya di grup B adalah Iran setelah dibantai 6-2 oleh Inggris, negara Persia ini berhasil bangkit dan merebut 3 poin penting saat menghadapi Wales.Â
Ramin cs berhasil mengalahkan Bale cs dengan susah payah yang mana mereka baru bisa memastikan kemenangan di masa injury time.