Mohon tunggu...
Raudhatul Ilmi
Raudhatul Ilmi Mohon Tunggu... Freelancer - Content Writer & Script Writer

Jangan Pernah Protes pada Proses

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

8 Miliar Manusia dan Cerita Hutang yang Tidak Ada Habisnya

18 November 2022   18:16 Diperbarui: 18 November 2022   18:59 313
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hutang adalah perkara yang sudah melekat pada 8 Milyar manusia didunia, entah berposisi sebagai pihak yang berhutang ataukah pihak yang meminjamkan.

Ngomongin hutang secara umum itu ada pembagiannya yakni hutang produktif dan utang konsumtif. Walaupun kenyataan yang banyak kita temukan adalah hutang konsumtif.

Disebut hutang konsumtif karna dia tidak menghasilkan cuan dalam aktifitas berhutang entah itu karna berhutang untuk alasan keperluan rumah tangga atau dalam tingkat yang lebih parah lagi ketika berhutang demi terpenuhi gaya hidup semata.

Hutang itu sebenarnya tidak dilarang dalam agama namun ada perinciannya yakni jangan berhutang kecuali dalam keadaan darurat yang mana jika anda tidak berhutang anda bisa mati karna kelaparan.

Namun, hutang akhir-akhir malah lebih banyak terjadi penyalahgunaan sehingga seiring bertambahnya populasi manusia, orang yang berhutang pun semakin bertambah jumlahnya apalagi dengan kehadiran Pinjaman Online (Pinjol) yang tidak meminta syarat yang terlalu ribet.

Sehingga banyak orang yang terjerat didalamnya bahkan agen perubahan sekalipun yakni para mahasiswa yang masih muda dan intelektual tapi bisa jatuh kepada hal yang seperti itu melebihi orang awam.

Sebenarnya saya tidak berniat untuk membahas lanjutan kasus pinjol mahasiswa IPB yang sudah menemukan pelaku utama yang merugikan para mahasiswa. Tapi kali ini saya ingin bercerita terkait pengalaman pribadi saya sendiri dalam dunia hutang piutang yang seakan tidak ada habisnya.

Ilustrasi hutang/Finansialku
Ilustrasi hutang/Finansialku

Kendati bahas pasal utang, perlu digaris bawahi  diawal kalau saya itu bukan debt collector  ataupun account officer dari lembaga pembiayaan tertentu. Saya hanya wanita biasa yang sering mengalami hal tidak mengenakkan terkait hutang.

Memang benar hutang itu pemutus silaturrahmi yang paling kejam. Hal ini saya alami sendiri. Jujur saya bukan anak yang terlahir dari keluarga kaya raya bahkan ayah saya hanya petani biasa dan ibu saya hanya seorang ibu rumah tangga.

Pada saat itu saya masih kelas 2 SMA tepatnya di tahun 2014, saya memutuskan jualan pulsa di sekolah dengan niat mencari jajan tambahan. Akan tetapi dari aktivitas jual pulsa malah kebanyakan dari teman saya itu hobinya ngutang.

Kebayang dong jualan pulsa dengan untung yang tak seberapa malah dibebani tambahan hutang. Rasanya itu susah diungkapkan dengan kata-kata.

Namun ada hal yang membuat saya paling sakit hati yang mana sohib saya pun seperti itu dan lebih parahnya sampai sekarangnya hutangnya belum lunas. 

Itu artinya sudah 8 tahun dari waktu itu. Saya sudah coba nagih dengan cara baik-baik tapi hasilnya tidak apik. Yang kemudian perkara tersebut membuat kita menjadi lost contact dalam jangka waktu yang lama

Kadang begitulah manusia udah dibaikin tapi tidak pernah tau makna terimakasih. kita lakuin sesuatu demi kawan sedangkan kawan demikian.

Dan sepertinya dia memang tidak punya hati nurani. Ternyata dia juga berhutang untuk keperluan lain pada kawan yang satu lagi ketika hubungan saya dan dia renggang dan cerita akhirnya sama yakni hutang tidak di bayar olehnya sampai saat ini.

Pernah suatu ketika kami mendatangi rumahnya bukan untuk jadi debt collector melainkan sebagai ajang silaturrahmi karna sudah lama tidak lagi bersua, taunya dia malah melarikan diri dari rumahnya dan kami hanya bertemu dengan ibunya saja.
 
Tapi memang balasan sesuai perbuatan itu nyata adanya. Si dia adalah yang paling cepat menikah diantara kami, tapi  paling cepat juga diceraikan oleh suaminya bahkan dalam keadaan dia sedang hamil anak pertama.

Entah apa yang merasuki pikiran suaminya sampai setega itu? Saya sempat berpikir Apa karna dia tegaan sama kami sehingga orang lain menjadi tega sama dia? Entahlah Allah lebih tau.

Hanya saja dalam hal ini mengandung pelajaran untuk tidak zhalim kepada orang, orang yang kau zhalimi mungkin tidak akan membalas kezhalimanmu itu, namun Allah yang akan membalas kezhalimanmu lewat orang lain.

Bahkan bisa jadi hal buruk yang kau dapatkan lebih parah dari yang kau lakukan. Ingatlah kezhaliman dengan manusia itu tidak cukup dengan meminta ampunan kepada Allah tapi kau harus menyelesaikan masalah dengan manusia tersebut sampai orang yang kau zhalimi ridha dengan engkau.

Kalau saya pribadi tidak akan lagi menagih hutang kepada orang yang memang tidak berniat melunasi hutangnya biarkan saja kita selesaikan nanti di hari kiamat di mahkamahnya Allah dihari engkau akan diadili seadil-adilnya.

Banyak kisah  sebenarnya yang ingin diceritakan terkait masalah hutang piutang, mungkin bisa disambung dilain kesempatan biar tidak terlalu panjang dan membosankan.

Salam 8 Miliar manusia, semoga kita bisa saling mengasihi bukan menzhalimi. Sekian dari saya, jangan lupa bahagia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun