Mohon tunggu...
La Ode Muh Rauda AU Manarfa
La Ode Muh Rauda AU Manarfa Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Sosiologi Universitas Dayanu Ikhsanuddin

Seorang musafir yang sedang melakukan perjalanan jauh, mencari sesuatu untuk dibawa pulang kembali. Selama perjalanan mengumpulkan pecahan-pecahan pengalaman yang mungkin akan berguna suatu saat nanti.

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Isu Etnik dan Pemilihan Gubernur Sultra 2018

13 Juli 2024   01:43 Diperbarui: 13 Juli 2024   02:52 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dari 5 kandidat yang ada hanya satu pasangan yang benar-benar memastikan keikutsertaannya dalam pemilihan gubernur kali ini melalui jalur independen yakni pasangan Wa Ode Nurhayati -- Andre Darmawan, sedangkan empat pasangan lainnya masih saling berebut surat dukungan partai pengusung.

Walaupun para kandidat yang ada telah mengumumkan pasangan calonnya namun komposisi personal dari masing-masing pasangan masih memiliki peluang untuk berubah hingga tiba hari pendaftaran ke KPU nantinya. Hal yang menarik adalah dinamika dukungan partai yang melanda pasangan Ali Mazi -- Lukman Abunawas, yang mana mendapat hambatan dari internal partai pengusungnya.

Sedangkan pada pasangan Rusda Mahmud -- La Ode Muhammad Sjafei Kahar juga masih harus berusaha untuk keluar dari bayang-bayang penugasan berjangka padanya, plus tarik menarik dukungan partai yang juga sama diperebutkan oleh pasangan Asrun -- Hugua. Pada pasangan Laode Muhammad Rusman Emba -- Asnawati Hasan, walaupun masih belum terdengar kepastian "pintu" segegap gempita pasangan lainnya namun hingga saat ini masih tetap mantap menunjukan itikad untuk maju melalui sebaran informasi via media massa.

Politik yang cair dan adanya pilkada DKI Jakarta baru-baru ini telah memberi pelajaran bahwa kandidat yang sejak jauh hari telah mempersiapkan diri dapat saja kalah oleh kandidat yang melakukan pendaftaran ke KPU di saat-saat terakhir pada masa pendaftaran. Olehnya semua kandidat gubernur haruslah waspada karena keadaan dapat saja berubah di luar kendali. Selain itu pula isu dominasi pribumi dan non pribumi demikian derasnya mengalir ke kantong-kantong suara dan mempengaruhi psikologi para pemilih dalam menentukan pilihannya di Jakarta. Maka jadilah kemenangan Anies -- Sandi sebagai simbol kebangkitan penduduk asli Indonesia di Jakarta.

Memperebutkan suara dari daerah yang berpenduduk 2.551.008 jiwa (BPS Sultra 2016) bukanlah merupakan hal yang mudah. Masyarakat Sulawesi Tenggara yang kini telah terpecah-pecah hingga 17 daerah kota dan kabupaten masih memegang teguh adat dan istiadatnya, yang mana hal ini berarti etnik sebagai identitas dan produk budaya masih akan diakui dan diperhitungkan sebagai modal dalam meraih kekuasaan nantinya.

Tergantung para kandidat sajalah yang menentukan, atas seberapa mampu isu etnik dapat dikelola secara bijak. Pengelolaan isu etnik yang tepat dapat memunculkan pasangan calon gubernur dan wakil gubernur yang mendapat penerimaan oleh etnik-etnik mayoritas, serta disambut oleh etnik-etnik lainnya. Olehnya rumus pakem pasangan kandidat gubernur seperti (1) [Tolaki -- Bugis] + Buton. (2) Buton + [Tolaki -- Bugis], (3) Buton -- [Tolaki -- Bugis], (4) [Tolaki -- Bugis] + Buton, dan (5) Muna + [Tolaki -- Bugis] akan selalu digunakan dalam pemilihan kepala daerah Sulawesi Tenggara.

Dalam rumus etnik pasangan kandidat gubernur dan wakil gubernur Sultra kali ini, Tolaki dan Bugis mau tidak mau harus bersatu di semua kandidat yang berasal dari daratan pulau Sulawesi agar dapat menang. Hal yang benar-benar berbeda adalah antara etnik Buton dan Muna. Di mana di antara keduanya tidak dapat disatukan menjadi pasangan kandidat. Pertimbangan historikalitas etnik yang hampir sama, serta keberadaan etnik lainnya membuat rumusan etnik pasangan kandidat kepala daerah asal etnik Buton dan Muna menjadi sebagaimana tergambar pada penjelasan tersebut di atas.

Melihat komposisi etnik pada pasangan kandidat yang ada, isu yang paling hangat disajikan tentunya adalah isu pemekaran daerah. Sebagaimana telah diketahui bahwa lebih dari satu dekade terakhir perjuangan pembentukan provinsi baru yang dinamakan Buton Raya lalu kemudian berubah menjadi Kepulauan Buton, terus digelorakan. Melalui isu ini para kandidat yang mampu menangkap sisi emosional warga etnis Buton memiliki kesempatan yang lebih besar dalam meraup simpati masyarakat.

Kabar gembira sekaligus menyedihkan adalah adanya dominasi etnis Tolaki-Bugis pada semua kandidat pasangan kepala daerah Sulawesi Tenggara, terlepas dari posisinya apakah 01 atau 02. Di urutan kedua terdapat etnik Buton yang dengan sebaran personilnya sebanyak 4 orang baik sebagai calon gubernur maupun sebagai calon wakil gubernur. Pada posisi paling akhir terdapat 1 orang dengan etnik yang berasal dari Muna. Bila diskoring maka akan nampak nilainya seperdi demikian, Tolaki -- Bugis (5), Buton (4), dan Muna (1).

Skoring yang dilakukan dapat memberi informasi betapa (pasangan) etnik tertentu memiliki pengaruh yang sangat besar di Sulawesi Tenggara. Selain itu pula etnik mayoritas di Sulawesi Tenggara memerlukan dukungan etnik lainnya (Buton atau Muna) untuk menjadi pasangan yang pas sehingga dapat maju dalam pemilihan kepala daerah. 

Berdasarkan penjumlahan kandidat melalui pola rumusan etnik di atas, didapatkan proyeksi pasangan kandidat dengan kemungkinan tingkat elektabilitas yang prospektif, hal ini tentunya menjadi impian, yang mana dapat tercapai hanya oleh kerja keras oleh para kandidat bersama tim pemenangannya,  yang dituntut untuk mampu meyakinkan masyarakat Sulawesi Tenggara akan baik dan tepatnya melabuhkan pilihan suara pada salah satu kandidat gubernur Sultra yang tengah diusung.

Dalam pekat malam di kaki gunung Salak

Bogor, 13 November 2017

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun