Mohon tunggu...
Moeh Zainal Khairul
Moeh Zainal Khairul Mohon Tunggu... Dosen - Penjelajah

Tenaga Ahli Pendamping UKM Dinas Koperasi dan UKM Kota Makassar 2022 dan 2023 Coach Trainer Copywriting LPK Magau Jaya Digital Lecturer Universitas Negeri Makassar

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Mampukah Bertahan dari Badai Ekonomi Global?

8 Agustus 2024   06:38 Diperbarui: 8 Agustus 2024   09:22 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar: mediakeuangan.kemenkeu.go.id

Kinerja industri manufaktur Indonesia terancam kolaps. Anda mungkin berpikir ini hanya berita biasa, tetapi faktanya ini adalah alarm yang sangat penting. Setelah berkembang selama 34 bulan berturut-turut, industri manufaktur kita kini menghadapi ancaman besar dengan masuk ke zona kontraksi pada Juni 2024. PMI mencatat angka 49,4, turun dari 50,1 di bulan Mei, menandakan badai besar sedang mengancam sektor manufaktur kita.

Pelemahan ini bukan sekadar angka. Industri manufaktur adalah tulang punggung ekonomi kita, terutama dalam hal ekspor dan penciptaan lapangan kerja. Jika sektor ini terguncang, efek domino akan terasa di berbagai sektor lain, seperti agrikultur dan perikanan. Jadi, ketika PMI menunjukkan angka di bawah 50, itu berarti ada sesuatu yang sangat serius yang harus segera diatasi.

Faktor penyebab pelemahan ini sangat kompleks. Resesi global menjadi salah satu pemicu utamanya. Permintaan domestik dan internasional menurun drastis, berdampak langsung pada produksi manufaktur kita. Ini bukan hanya masalah lokal; negara-negara lain juga merasakan tekanan yang sama akibat resesi dan kekacauan pasar global. Jadi, meski masalah ini tampak spesifik untuk Indonesia, ini sebenarnya adalah bagian dari masalah global yang lebih besar.

Daya beli masyarakat yang menurun semakin memperburuk situasi. Ketika daya beli menurun, permintaan produk manufaktur ikut melemah. Ini adalah lingkaran setan yang harus segera diputus. Kita tidak sendirian dalam menghadapi masalah ini; banyak negara lain juga bergulat dengan tantangan serupa. Namun, ini bukan alasan untuk berdiam diri. Kita perlu mencari solusi cepat dan efektif untuk mengatasi masalah ini.

Kesulitan mendapatkan bahan baku menjadi masalah besar lainnya. Banyak bahan baku yang harus diimpor, terutama untuk industri yang memerlukan bahan khusus. Ketika harga bahan baku naik, biaya produksi ikut melambung. Perusahaan harus mengurangi produksi atau bahkan menghentikannya. Ini bukan hanya soal ekonomi; ini soal kelangsungan hidup banyak perusahaan dan pekerja.

Regulasi pemerintah juga turut berperan dalam situasi ini. Permendag Nomor 8 Tahun 2024 yang mengatur impor malah membuat sulit industri mendapatkan bahan baku. Kebijakan ini bertujuan baik, yaitu untuk menekan impor dan memperbaiki neraca perdagangan. Namun, kenyataannya kebijakan ini terlalu protektif. Industri dalam negeri kesulitan bersaing di pasar global. Kebijakan yang seharusnya melindungi malah menjerat industri kita sendiri.

Kenaikan biaya logistik juga menjadi duri dalam daging. Harga BBM yang naik hingga US$ 3,1 per liter pada Mei 2024 meningkatkan biaya distribusi. Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS memperparah situasi. Distribusi barang yang mahal berujung pada kenaikan harga jual produk manufaktur. Ini adalah masalah besar yang memerlukan perhatian segera.

China, sebagai pemasok utama bahan baku, menghentikan beberapa produksi dan mengalihkan pasokan ke pasar domestik mereka. Ini membuat pasokan bahan baku ke Indonesia tersendat. Ketergantungan kita pada China semakin terlihat. Ketika pasokan bahan baku terganggu, industri manufaktur kita ikut limbung. Ini adalah peringatan keras bagi kita untuk mulai memikirkan diversifikasi sumber bahan baku.

Pelaku ekonomi mulai khawatir. Biaya produksi yang tinggi dan kesulitan mendapatkan bahan baku membuat proses produksi terganggu. Jika kondisi ini berlarut-larut, bukan tidak mungkin industri manufaktur kita benar-benar kolaps. Ini bukan hanya masalah ekonomi; ini adalah masalah sosial yang bisa berdampak luas.

Kita butuh perlindungan dari pemerintah. Kebijakan impor bahan baku harus direvisi. Terlalu protektif justru membuat industri dalam negeri kesulitan bersaing. Regulasi harus disesuaikan dengan kebutuhan industri. Ini adalah langkah pertama yang harus diambil untuk menyelamatkan industri kita.

Revisi kebijakan impor bukan satu-satunya solusi. Diversifikasi sumber bahan baku juga perlu dilakukan. Bergantung pada satu negara pemasok seperti China terlalu berisiko. Kita harus mencari sumber alternatif. Ini adalah langkah penting untuk mengurangi ketergantungan dan memastikan stabilitas pasokan.

Pengembangan industri lokal juga harus didorong. Produksi bahan baku di dalam negeri bisa mengurangi ketergantungan pada impor. Ini memerlukan investasi dan dukungan kebijakan yang kuat dari pemerintah. Tanpa itu, kita akan terus terjebak dalam lingkaran ketergantungan yang merugikan.

Stabilitas ekonomi juga perlu dijaga. Pengendalian inflasi dan nilai tukar harus menjadi prioritas. Kebijakan moneter dan fiskal yang tepat bisa membantu menjaga stabilitas ekonomi domestik. Ini bukan tugas mudah, tetapi ini adalah langkah penting yang harus diambil untuk memastikan kelangsungan hidup industri manufaktur kita.

Dukungan fiskal bagi industri manufaktur juga penting. Insentif fiskal bisa mengurangi beban biaya produksi. Ini bisa membantu industri tetap bertahan dan bersaing di pasar global. Ini adalah investasi yang harus segera dilakukan untuk memastikan industri kita bisa bangkit kembali.

Penguatan daya saing menjadi kunci utama. Inovasi dan teknologi harus menjadi fokus. Investasi dalam teknologi bisa meningkatkan efisiensi produksi dan kualitas produk. Ini adalah langkah yang tidak boleh diabaikan jika kita ingin tetap kompetitif di pasar global.

Pelatihan dan pengembangan keterampilan tenaga kerja juga tidak boleh diabaikan. Produktivitas tenaga kerja yang tinggi bisa membantu meningkatkan daya saing industri. Ini adalah investasi jangka panjang yang perlu segera dilakukan. Tanpa tenaga kerja yang terampil, inovasi dan teknologi tidak akan maksimal.

Membaca berita  ini membuat saya merenung. Industri manufaktur kita sedang berada di titik kritis. Badai besar sedang mengancam. Namun, saya yakin kita bisa melewati ini. Kita butuh kebijakan yang tepat dan dukungan penuh dari berbagai pihak. Pemerintah, pelaku industri, dan masyarakat harus bekerja sama. Ini adalah ujian besar, tapi saya yakin kita bisa bangkit kembali.

Di balik setiap tantangan, selalu ada peluang. Kita harus lebih kreatif dan inovatif. Melihat setiap masalah sebagai kesempatan untuk berkembang. Ini bukan akhir, tapi awal dari babak baru yang lebih baik. Kita harus mengambil langkah kecil namun pasti untuk menuju perubahan besar di masa depan.

Dengan kebijakan yang tepat, kita bisa mengatasi tantangan ini. Industri manufaktur bisa kembali bangkit dan menjadi tulang punggung ekonomi kita. Ini adalah saatnya kita bersatu dan bergerak maju. Setiap langkah kecil yang kita ambil hari ini bisa membawa perubahan besar di masa depan. Saya yakin, dengan semangat gotong royong, kita bisa mengatasi badai ini dan kembali kuat. Mari kita mulai sekarang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun