Ketiga, jenis pekerjaan yang diberikan ketika sampai di tempat kerja di Malaysia tidak sesuai dengan apa yang dijanjikan ketika di Indonesia (misalnya; di Indonesia dijanjikan bekerja di Restoran, namun ketika sudah sampai di tempat kerja di Malaysia, pekerja tersebut diminta bekerja "memotong babi", sedangkan ia beragama muslim yang notabene merupakan hal yang terlarang di agama Islam).
Pada bidang ideologi, potensi lunturnya kebanggaan terhadap Indonesia oleh karena masih banyak masalah pemenuhan kebutuhan hidup yang belum terselesaikan. Persoalan di hampir seluruh wilayah perbatasan selama ini tidak jauh dari persoalan ekonomi yang belum terselesaikan. Jika tidak segera dicarikan solusi, maka lambat laun dapat mengikis nasionalisme dan rasa bangga terhadap Indonesia bagi masyarakat yang tinggal di wilayah perbatasan.Â
Desakan kebutuhan ekonomi mendorong para pekerja dari Indonesia untuk berbondong-bondong ke Malaysia, karena secara ekonomi bekerja di perkebunan sawit di Malaysia lebih menggiurkan dibandingkan bekerja di perkebunan sawit di Indonesia. Penghasilan pekerja Indonesia di Malaysia (Tawau) dihitung dari banyaknya (tonase) buah kelapa sawit yang diambil setiap harinya. Rata-rata pekerja yang bekerja di perkebunan kelapa sawit di Tawau dapat mengantongi uang 350.000-400.000/hari. Hal ini yang mendorong banyak orang Indonesia berpindah kewarganegaraan menjadi warga negara Malaysia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H