Musik "Nang Ning Nung Neng Gung", artinya adalah
- "Nang" berarti Kemenangan lahir batin. Tahap ini, ia membangunkan kesadaran batinnya dan berkonsentrasi untuk mematikan kesadaran tubuhnya untuk menangkap dan menyesuaikan frekuensi "gelombang" ilahi.
- "Ning" Artinya wening atau hening (Sukma sejati, jiwa), di sini seseorang berusaha mengheningkan (meniadakan) daya cipta (akal budi) agar menyambung dengan daya rahsa sejati (suksma sejati, jiwa) yang menjadi sumber cahaya yang suci.
- "Nung" Artinya kesinungan atau kebesaran hati dan jiwa, pada bentuk konkrit bermakna utama (laku utomo), disini bagi siapapun yang sudah melakukan Nang lalu berhasil menciptakan Ning, maka akan kesinungan (terpilih dan pinilih) untuk mendapatkan anugerah agung dari Tuhan Yang Maha Suci.Â
- "Neng" Artinya daya cipta atau kemampuan totalitas jiwa (berserah diri), Jika wenang atau tenang itu berarti awal mula dan prosesnya, maka heneng disini adalah tujuan dan hasilnya.
- "Gung" Artinya keagungan atau kemuliaan Tuhan sebagai segala sesuatu. Hal ini adalah puncak dari perjalanan hidup manusia, karena pribadi yang telah meng-heneng-kan dirinya adalah sosok pemenang yang agung. Hal ini dapat terjadi setelah ia mampu melepaskan semua ikatan material ego dan duniawi melalui empat tahap sebelumnya yaitu "nang, ning, nung, neng". Karena itu, ia dapat menjalani kehidupan yang mulia dengan memberikan manfaat bagi semua makhluk hidup dan alam semesta (rahmatan lil `alamin).
"Nang Ning Nung Neng Gung", menyatakan kehidupan manusia ada dalam siklus dan berreinkarnasi menuju "kekembalian hal yang sama secara abadi".
Kata siklus atau siklis memiliki hakekat yang terdiri dari 3 hal, diantaranya adalah :
1) Alam Purwo (Asal usul) : Manusia itu dari mana
2) Alam Madyo (Saat ini) : Sekarang manusia itu ada dimana
3) Alam Wasono (Telos) : Manusia itu menuju kemana/akhir.
Contoh siklus hidup manusia dapat dilihat pada Kajian Serat Wedatama Karya KGPAA Mangkunagara IV
Tembang Macopat_Serat Wedhatama berisi tentang
- Maskumambang artinya Manusia dalam Kandungan
- Mijil artinya Bayi lahir kedunia
- Sinom artinya Anak-anak Remaja
- Kinanthi artinya Pelatihan hidup ketegakan jiwa manusia
- Asmarandana artinya Masa jatuh cinta kodrat manusia
- Gambuh artinya Pasangan hidup menikah
- Dhandhanggula artinya Gula, manis kehidupan karir, kerjaan, cita-cita baik
- Darma artinya Memberikan kebaikan optimal pada apapun tanpa pamrih
- Pungkur artinya Melepaskan hal-hal duniawi
- Megat Roh artinya Putusnya roh dari badan jasmani
- Pucung artinya Kematian akan dibalut pucung.
Filosofi sedulur papat lima pancer adalah filosofi Jawa kuno yang memiliki makna spiritual yang mendalam. Lima unsur dasar filosofi ini berbicara tentang kelahiran seorang manusia (anak) yang tidak dapat dipisahkan dari empat salinan yang menyertainya. Duplikasi tersebut dimaknai sebagai sedulur (saudara) yang tak kasat mata, yang menemani kehidupan seseorang sejak lahir sampai mati. Ki Sigit Ariyanto yang merupakan seorang dalang dan penghayat kejawen menjelaskan sedulur yang dimaksud antara lain,
a) Watman, adalah perasaan gugup atau cemas ketika seorang ibu akan melahirkan bayinya. Watman adalah kakak tertua, menyiratkan betapa pentingnya menghormati dan tunduk kepada orang tua terutama seorang ibu. Kasih sayang seorang ibu adalah kekuatan yang akan menemani kehidupan seorang anak.
b) Wahman, adalah kawah atau cairan ketuban. Fungsinya untuk menjaga janin dalam kandungan agar aman dari guncangan. Saat melahirkan, cairan ketuban pecah dan menyatu dengan alam, tetapi secara metafisik tetap ada sebagai saudara penjaga dan pelindung.