Nama              : RATU BILKIS
Nim               : 43221010120
Dosen Pengampu  : Apollo, Prof. Dr, M, Si. Ak
Kampus           : Universitas Mercu Buana
Kearifan lokal merupakan jati diri atau kepribadian bangsa, yang menyebabkan bangsa tersebut mampu menyerap bahkan mengolah kebudayaan yang berasal dari luar atau bangsa lain menjadi watak dan kemampuan sendiri. Kearifan lokal dapat berupa tradisi, pepatah, atau semboyan hidup. Salah satu contohnya dalam budaya Jawa dikenal dengan Sadulur Papat Lima Pancer.
Untuk memahami apa itu Sadulur Papat Lima Pancer tidak bisa hanya dengan menggunakan satu kata, dan konsep. Kalimat ini dimaknai secara tunggal, tetapi bersifat Dasanama yang berasal dari kata dasa yang berarti sepuluh dan Namanya memilki banyak makna dan bersifat Metafora.
Apa yang dimaksud dengan Sadulur Papat Lima Pancer?
Definisi Sedulur Papat Lima PancerÂ
Dalam metafora Jawa, Sedulur Papat Lima Pancer memiliki makna bahwa ketika seseorang dilahirkan dia tidak sendiri. Dia memiliki pendamping yang disebut dengan Sedulur papat. Kakang Kawah (anak sulung), Getih (darah), tali pusar, Adhi Ari-Ari (bungsu). Pendamping-pendamping tersebut berpusat kepada pancer yang kelima (limo) yaitu manusia itu sendiri.
Karya Raharjo (2012:4) menyebutkan bahwa ilmu Jawa memiliki alam semesta kecil (mikrokosmos) "kiblat papat" yang merupakan "kakang kawah adhi ari-ari" dengan pusat manusia sendiri sebagai kesatuan jiwa manusia untuk mencapai kedamaian yang memiliki saudara alamiah dalam tubuhnya.
Kedalaman makna ini tidak cukup dari hanya dilihat dari sudut pandang filologis atau antropologis, tetapi pendekatan yang berbeda dan lebih cocok harus diikuti. Dalam filosofi Jawa, ketika seseorang dilahirkan dari Rahim ibu, ia pasti membawa air ketuban, ari-ari, darah, dan tali plasenta. Â Orang Jawa percaya bahwa keempat benda ini menemani kehidupan manusia dan selalu 'hidup' di dalam sejak lahir sampai meninggal dunia.
Semua agama percaya bahwa hidup dan mati seseorang ditentukan oleh Tuhan. Dalam kehidupan ini, selain alam materi, terdapat metafisika yang dalam kepercayaan Hindu disebut mikrokosmos, yaitu unsur alam dengan menggabungkan "sedulur papat" di atas sebagai bagian dari empat kiblat di alam berupa tanah/tanah, air, api dan angin.
Konsep ini tentunya sejalan dengan ajaran semua agama di Nusantara, yang percaya bahwa manusia hidup dan mati, dan bahwa hidup dan mati seimbang oleh bumi, api, air dan angin. Siapapun yang mengingkari Sedulur Papat otomatis mengingkari kehidupan.
MACAM-MACAM SADULUR PAPAT LIMA PANCER BERDASARKAN METAFORA
Sadulur Papat Lima Pancer Metafora Dimensi, Ruang dan Waktu
- Weton Utama : Kliwon. Kliwon artinya kehilangan.
- Udara (Timur), Legi atau arah Timur maka ada hari pasar "Legi". Legi artinya Nasehat atau meninggikan tujuan baik.
- Geni_Api (Selatan), Pahing atau arah selatan maka ada hari pasar "Pahing". Pahing artinya Rezeki atau banyak mendapatkan rezeki.
- Air (Barat), Pon atau arah barat maka ada hari pasar "Pon". Pon artinya Selamat atau mengutamakan keselamatan
- Tanah (Utara), Wage atau arah utara maka ada hari pasar Wage. Wage artinya rintangan atau mendapati banyak halangan.
Kiblat papat lima pancer menjadi salah satu landasan filosofi Jawa dan kemudian berkembang dengan standar (aturan) yang berbeda dalam situasi kehidupan yang berbeda. Filosofi di atas berkaitan dengan papat kiblat lima pancer yang merupakan suatu istilah Jawa, dalam bahasa indonesia papat kiblat berarti empat arah utama yaitu timur, selatan, barat dan utara sedangkan lima pancer berada di tengah. Hal di atas juga menjadi konsep pasaran atau aturan dalam hari Jawa yaitu, pasaran legi (timur), pahing (selatan), pon (barat), wage(utara), dan kliwon (tengah/pusat).
Sadulur Papat Lima Pancer Metafora Jiwa : Penyatuan Dunia, Jiwa dan Simbol
Watak Diri Manusia
- Timur; menjadi warna putih; artinya suka kekayaan materi, property dan kepemilikan, wanita, tahta, harta tapi lupa asal usul, egoism.
- Selatan; menjadi berwarna merah; artinya suka berebut berantem dan konflik, tidak harmonis, antagonis.
- Barat; menjadi warna kuning; artinya suka pada metafisik, beda pusaka, ilmu kanuraga, bakar kemenyan, makhluk gaib di tempura 4 sungai.
- Utara; menjadi warna hitam; artinya bisanya suka makan enak atau isi perut, ngomongin orang, mengkritik, mencari kesalahan orang lain.
Sifat
Apabila diterjemahkan ke dalam Islam, ada empat elemen dalam diri manusia berdasarkan filosofi dari sadulur papat lima pancer, yaitu:
- Mutmainah (Keutamaan). Walaupun nafsu ini merupakan keutamaan atau kebajikan, tetapi ketika melewati batas, itu tetap tidak baik. Misalnya, memberi uang kepada orang yang membutuhkan adalah baik, tetapi apabila memberikan semua uang sehingga ia sendiri menjadi kekurangan, jelas itu bukanlah hal yang baik. Lambang warna dari mutmainah yakni putih.
- Amarah. Jika manusia hanya mengutamakan nafsu amarah, tentu saja mereka akan selalu ingin menang, hingga akhirnya kehilangan kesabaran. Oleh karena itu, kesabaran merupakan alat untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Sifat amarah dilambangkan dengan warna merah.
- Supiyah (Keindahan). Manusia pada umumnya senang dengan hal-hal yang bersifat keindahan, misalnya wanita (asmara). Oleh karena itu, mereka yang menuruti hawa nafsunya, diibaratkan bisa membakar dunia. Sifat supiyah dilambangkan dengan warna kuning.
- Aluamah (Serakah). Manusia pada dasarnya memiliki rasa serakah atau aluamah. Oleh karena itu, tanpa mengendalikan keinginan, orang mungkin ingin sukses selama tujuh generasi. Sifat aluamah dilambangkan dengan warna hitam.
Oleh karena itu Sedulur Papat harus diawasi dan diatur agar tidak ngelantur. Manusia itu diuji untuk tidak kalah dari keempat saudaranya. Manusia harus selalu bisa mengatasinya. Jika manusia bisa dikalahkan oleh keempat saudaranya ini atau sedulur papat, maka akan hancurlah dunianya. Sebagai pusat, manusia harus selalu bisa menjadi pengawas dan patokan.
Sadulur Papat Lima Pancer Metafora Jiwa : Tubuh, Jiwa dan Simbol
Jagat Gumulung
- Lobang Hidung disimbolkan wilayah Timur, berwarna putih; sukma purba, dihuni oleh Batara Bayu; atau teks Suda Wiwitan Sang Hyang Wening_Wisnu
- Telinga disimbolkan wilayah Barat, berwarna kuning; dihuni batara Sambu atau teks Sunda Wiwitan Sang Hyang Wenag_Brahma
- Bibir dan Mulut disimbolkan wilayah Selatan, sukma wasesa, berwarna merah suka rebutan, berantem, dan konflik, dihuni oleh Batara Brahma atau teks Sunda Wiwitan Sang Hyang Guring Tunggal_Sang Hyang Guru Siwa.
- Mata disimbolkan wilayah (Utara), berwarna hitam, sukmanya langgeng, dihuni oleh Batara Sriten, atau teks Sunda Wiwitan Sang Hyang Tunggal_Mandala Agung.
Dengan 4 pancer ini memungkinkan untuk dipahami menjadi kenyataan jika dibantu oleh unsur kelima yaitu "Sang Hyang Batara Kala" atau "Waktu".
Sadulur Papat Lima Pancer Metafora Jiwa: Materi, Jiwa dan Simbol
- Timur, Simbol Kakang Kawah, Sega Putih : Uborampe Sega Putih berupa nasi putih yang dibentuk tumpeng dan disajikan tanpa lauk. Hal itu dimaksudkan untuk mengetahui atau menghormati Sedulur yang berada di timur, atau orang Jawa menyebutnya Tirtanata. Maksud dari simbol kakang kawah adalah Kakang kawah yang keluar dari rahim ibu sebelum si bayi, berwarna putih, tempatnya di kanan dilambangkan sebagai malaikat Jibril yang bertugas membawa wahyu/berita dan pembawa ilmu pengetahuan.
- Selatan, Simbol Darah, Sega Abang : Uborampe Sega Abang atau nasi merah berupa nasi putih yang dicampur dengan gula Jawa hingga berwarna merah dan dibentuk tumpeng. Uborampe ini dimaksudkan untuk mengetahui atau menghormati sedulur yang berada diarah selatan atau biasa disebut Purbangkara. Selanjutnya maksud dari simbol darah adalah darah yang keluar dari rahim ibu sewaktu melahirkan. Darah merupakan transportasi sari-sari makanan ke seluruh tubuh sehingga seluruh sel-sel dapat hidup. Darah yang berwarna merah, tempatnya berada di kiri sisi, dilambangkan sebagai malaikat Mikail, yang tugasnya sebagai pembawa rezeki.
- Barat, Simbol Ari-ari, Sega Kuning : Uborampe Sega Cemeng atau nasi hitam berupa nasi putih yang dicampur dengan jelaga hingga berwarna hitam dan dibentuk tumpeng. Uborampe ini dimaksudkan untuk mengetahui atau menghormati sedulur yang berada diarah utara atau biasa disebut Warudijaya. Selanjutnya maksud dari simbol Tali Pusar adalah tali ari-ari (tali pusar) yang dipotong sesudah kelahiran bayi, warnanya hitam tempatnya di depan, dilambangkan sebagai malaikat Isrofil, bertugas meniup terompet di hari kiamat.
- Utara, Simbol Tali Pusar, Sega Cemeng atau Hitam : Uborampe Sega Kuning atau nasi kuning berupa nasi putih yang dicampur dengan kunyit hingga berwarna kuning dan dibentuk tumpeng. Uborampe ini dimaksudkan untuk mengetahui atau menghormati sedulur yang berada diarah barat atau biasa disebut Sinotobrata. Selanjutnya maksud dari simbol Ari-ari adalah Adhi ari-ari (adik ari-ari) yang keluar dari rahim ibu sesudah si bayi, warnanya kuning tempatnya di belakang dilambangkan sebagai malaikat Izroil.
 Sadulur Papat Lima Pancer Metafora Jiwa : Nang, Ning, Nung, Neng, Gung.
Sadulur Papat Lima Pancer adalah bunyi atau bunyi estetika musik gamelan "Nang Ning Nung Neng Gung" sebagai cita rasa (rahsa/roso) yang sempurna dalam setiap ritual kehidupan manusia Jawa kuno.
Musik "Nang Ning Nung Neng Gung", artinya adalah
- "Nang" berarti Kemenangan lahir batin. Tahap ini, ia membangunkan kesadaran batinnya dan berkonsentrasi untuk mematikan kesadaran tubuhnya untuk menangkap dan menyesuaikan frekuensi "gelombang" ilahi.
- "Ning" Artinya wening atau hening (Sukma sejati, jiwa), di sini seseorang berusaha mengheningkan (meniadakan) daya cipta (akal budi) agar menyambung dengan daya rahsa sejati (suksma sejati, jiwa) yang menjadi sumber cahaya yang suci.
- "Nung" Artinya kesinungan atau kebesaran hati dan jiwa, pada bentuk konkrit bermakna utama (laku utomo), disini bagi siapapun yang sudah melakukan Nang lalu berhasil menciptakan Ning, maka akan kesinungan (terpilih dan pinilih) untuk mendapatkan anugerah agung dari Tuhan Yang Maha Suci.Â
- "Neng" Artinya daya cipta atau kemampuan totalitas jiwa (berserah diri), Jika wenang atau tenang itu berarti awal mula dan prosesnya, maka heneng disini adalah tujuan dan hasilnya.
- "Gung" Artinya keagungan atau kemuliaan Tuhan sebagai segala sesuatu. Hal ini adalah puncak dari perjalanan hidup manusia, karena pribadi yang telah meng-heneng-kan dirinya adalah sosok pemenang yang agung. Hal ini dapat terjadi setelah ia mampu melepaskan semua ikatan material ego dan duniawi melalui empat tahap sebelumnya yaitu "nang, ning, nung, neng". Karena itu, ia dapat menjalani kehidupan yang mulia dengan memberikan manfaat bagi semua makhluk hidup dan alam semesta (rahmatan lil `alamin).
"Nang Ning Nung Neng Gung", menyatakan kehidupan manusia ada dalam siklus dan berreinkarnasi menuju "kekembalian hal yang sama secara abadi".
Kata siklus atau siklis memiliki hakekat yang terdiri dari 3 hal, diantaranya adalah :
1) Alam Purwo (Asal usul) : Manusia itu dari mana
2) Alam Madyo (Saat ini) : Sekarang manusia itu ada dimana
3) Alam Wasono (Telos) : Manusia itu menuju kemana/akhir.
Contoh siklus hidup manusia dapat dilihat pada Kajian Serat Wedatama Karya KGPAA Mangkunagara IV
Tembang Macopat_Serat Wedhatama berisi tentang
- Maskumambang artinya Manusia dalam Kandungan
- Mijil artinya Bayi lahir kedunia
- Sinom artinya Anak-anak Remaja
- Kinanthi artinya Pelatihan hidup ketegakan jiwa manusia
- Asmarandana artinya Masa jatuh cinta kodrat manusia
- Gambuh artinya Pasangan hidup menikah
- Dhandhanggula artinya Gula, manis kehidupan karir, kerjaan, cita-cita baik
- Darma artinya Memberikan kebaikan optimal pada apapun tanpa pamrih
- Pungkur artinya Melepaskan hal-hal duniawi
- Megat Roh artinya Putusnya roh dari badan jasmani
- Pucung artinya Kematian akan dibalut pucung.
Filosofi sedulur papat lima pancer adalah filosofi Jawa kuno yang memiliki makna spiritual yang mendalam. Lima unsur dasar filosofi ini berbicara tentang kelahiran seorang manusia (anak) yang tidak dapat dipisahkan dari empat salinan yang menyertainya. Duplikasi tersebut dimaknai sebagai sedulur (saudara) yang tak kasat mata, yang menemani kehidupan seseorang sejak lahir sampai mati. Ki Sigit Ariyanto yang merupakan seorang dalang dan penghayat kejawen menjelaskan sedulur yang dimaksud antara lain,
a) Watman, adalah perasaan gugup atau cemas ketika seorang ibu akan melahirkan bayinya. Watman adalah kakak tertua, menyiratkan betapa pentingnya menghormati dan tunduk kepada orang tua terutama seorang ibu. Kasih sayang seorang ibu adalah kekuatan yang akan menemani kehidupan seorang anak.
b) Wahman, adalah kawah atau cairan ketuban. Fungsinya untuk menjaga janin dalam kandungan agar aman dari guncangan. Saat melahirkan, cairan ketuban pecah dan menyatu dengan alam, tetapi secara metafisik tetap ada sebagai saudara penjaga dan pelindung.
c) Rahman atau darah saat melahirkan digambarkan sebagai kehidupan, nyawa, dan semangat. Selalu ada sebagai saudara yang memberi kehidupan dan kesehatan jasmani.
d) Ariman atau ari-ari (plasenta) merupakan saluran makanan bagi janin. Dia adalah saudara yang tidak terlihat tetapi mendorong seseorang untuk mencari nafkah dan memelihara kehidupannya.
e) Pancer atau pusat yang berarti bayi itu sendiri. Dimaknai juga sebagai ruh yang ada dalam diri manusia yang akan mengendalikan kesadaran dirinya untuk tetap eling lan dan waspada (ingat dan waspada). Ingat kepada sang pencipta dan jadilah orang yang bijaksana.
Mengapa Sadulur Papat Lima Pancer itu ada?
Alasan mengapa adanya Sadulur Papat Lima Pancer yaitu :
- "Sadulur Papat" berperan sebagai energi potensi atau energi aktif dan pancer adalah pengendali kesadaran.
- Sadulur Papat Lima Pancer adalah saudara penolong dalam mengarungi kehidupan hingga seseorang kembali lagi pada sang pencipta.
"Sedulur Papat" juga menggambarkan unsur-unsur dasar dalam diri manusia, yaitu cipta, rasa, karsa dan karya. Cipta berarti pikiran atau sumber dari semua ide logis, imajinasi, kreativitas, dan ambisi. Rasa berarti emosi melalui peristiwa dan pengalaman dalam hidup. Karsa berarti kemauan atau niat berupa motivasi dalam diri individu untuk melaksanakan keputusan dan rencananya. Kemudian karya atau tindakan yaitu aspek psikomotorik dalam diri individu yang menciptakan bentuk konkrit sehingga dapat diwujudkan dan berdampak pada lingkungan di sekitarnya.
Cipta, rasa, karsa, dan karya merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan. Keempat unsur tersebut terdapat dalam suatu wilayah yang dikenal sebagai identitas pribadi atau jati diri manusia, yang dilambangkan dengan sosok ksatria. Gambaran manusia ideal adalah pribadi manusia yang utuh, dimana cipta, rasa, karsa, dan karya dapat secara harmonis menjalankan fungsinya masing-masing dan bekerja sama menuju cita-cita yang luhur. Jadi jelas bahwa ada hubungan yang cukup besar antara ksatria dan Punakawan. Tokoh ksatria akan berhasil dalam hidupnya dan mencapai cita-cita yang ideal jika bertumpu pada pikiran jernih (cipta), hati yang tulus (rasa), kehendak dan tekad yang bulat (karsa), serta mau bekerja keras (karya). Jadi, simbolisasi kesatria dan empat abdinya serupa dengan "ngelmu" sedulur papat lima pancer. Sedulur papat adalah seorang Punakawan, sedangkan lima pancer adalah ksatria.
Sedulur papat adalah pamomong yang perlu dikaruhke (Dipahami), dibatin, diajak komonikasi dalam diri manusia. Dalam kepercayaan batin ini, sebagian manusia ada yang berkomunikasi dalam bentuk selamatan sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan melalui dialog dengan Sedulur Papat. Implementasi fisiknya dapat berupa pembacaan doa dan selamatan dengan tumpeng, bunga setaman dan lain sebagainya. Mereka dianggap sebagai penjaga kehidupan, atau pelindung manusia, mereka juga dikenal sebagai unsur alam, yaitu sedulur sing lahir bareng sedino dan sing ora lahir bareng sedino, sing kerumat lan sing ora kerumat. Artinya : "Saudaraku yang lahir pada hari yang sama denganku (air ketuban,ari-ari, darah kelahiran, tari plasenta dan ruh/jiwa), saudara yang tidak lahir bersama denganku (unsur alam semesta), baik yang terawat maupun yang tidak terawat. Menjadi penjaga dalam diri manusia baik dalam diri manusia sendiri dan manusia dengan alamnya. Ruh Jiwa yang menyertai diucapkan terima kasih karena telah momong, melindungi, dalam hidup baik disadari manusia atau tidak.
Bagaimana filosofi Sadulur Papat Lima Pancer diterapkan dalam kehidupan manusia?
Contoh Penerapan dari Filosofi Sadulur Papat Limo Pancer:
- Berbakti dan hormat kepada Orang Tua terutama kepada seorang ibu yang telah melahirkan kita
- Bersedakah dengan hati yang tulus kepada orang yang kurang mampu
- Bekerja Keras dengan cara belajar lebih giat untuk mendapatkan nilai yang lebih baik
- Memililki tekad yang kuat untuk mencapai cita-cita
- Rajin beribadah untuk selalu ingat kepada sang pencipta karena manusia akan kembali lagi kepada-Nya
Citasi :
Isnaini, H. Air dan Makna Sedulur Papat Limo Pancer. Diakses pada 23 Oktober 2022
Giri, W. (2010). Sajen dan Ritual Orang Jawa. Penerbit Narasi. Diakses pada 23 Oktober 2022
Dewi, S. O. (2017). Sedulur Papat (Doctoral dissertation, INSTITUT SENI INDONESIA (ISI) SURAKARTA). Diakses pada 23 Oktober 2022
Raharjo, T. (2012). Kiblat Papat Lima Pancer. Diakses pada 23 Oktober 2022
Prof Dr Apollo-CIFM, C. (2022, Oktober). Kajian Filsafat Mental Jawa Kuna. Modul Kuliah 8 & 9 Sub-CPMK 4. Jakarta, Banten, Indonesia. Diakses pada 23 Oktober 2022.
Jabar, L. N. (2020, February 3). Membongkar Misteri Sedulur Papat Limo Pancer. Itnnujabar.or.id. Diakses pada 23 Oktober 2022 https://ltnnujabar.or.id/membongkar-misteri-sedulur-papat-limo-pancer/6/
Abimanyu, P. (2021). ILMU MISTIK KEJAWEN. Yogyakarta : Noktah. Diakses pada 24 Oktober 2022
SUPRANA, J. (2021, September 1). Nang Ning Nung Neng Gung. Rmol.id. Diakses pada 24 Oktober 2022 melalui  https://rmol.id/read/2021/09/01/502608/nang-ning-nung-neng-gung
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI