Seperti yang lainnya, saya telah punya impian sejak belia, dan berkali-kali muncul ketika mulai diberi kesadaran tentang tujuan hidup. Tentu saja hampir semua orang ingin sukses kelak saat dewasa. Begitu banyak pilihan profesi di masa depan, saya harus menetapkan dan mulai fokus untuk menggapainya.
Mungkin prosesnya akan sulit, tapi bagian ini harus dilewati. Saya memilih menjadi kuat dengan target tertinggi. Seperti orang bijak bilang, cita-cita harus setinggi langit. Kalimat ini mengandung energi, meski saya tidak tahu konsep langit yang seperti apa.
Dengan pengalaman studi yang dimulai sejak dini dari taman kanak-kanak hingga SMA, seseorang mulai dapat menentukan langkah hidup selanjutnya.
Sebagian memilih untuk meneruskan studi, yang lain harus terjun ke dunia kerja, realitas yang juga akan saya hadapi nanti. Kerasnya perjuangan demi memenuhi kebutuhan ekonomi, membuat mereka harus berhenti.
Saya bahagia berada di pilihan pertama: melanjutkan studi. Belakangan ini saya ingin menjadi dokter. Cita-cita ini terlalu klasik sebenarnya karena berkali-kali digemakan oleh murid-murid SD. Tapi mengapa tidak dicoba saja, ketimbang hanya diserukan lalu dilupakan begitu saja.
Pandemi global Covid-19 membuat saya terpesona dengan profesi yang satu ini. Banyak dari mereka harus gugur, saya ingin menggantikan mereka agar Indonesia tak lagi kekurangan dokter.
Sejak dulu saya memiliki banyak sekali cita-cita karena semua terlihat menarik dan menjadi bahan bakar bagi imajinasi saya. Pikiran saya yang saat itu masih labil, belum dapat menentukan langkah tepat bagi hidup saya, kadang ingin menjadi pelukis saja.
Memang saya merasa berbakat dan tenggelam dalam kondisi kreatif, saya bisa mengaktifkan imajinasi saya untuk menuangkannya ke dalam lukisan.
Ketika pergi makan di restoran enak saya berubah pikiran lagi, ingin menjadi koki hebat setingkat Ririn Marinka atau Farah Quinn.
Terbang jauh bersama pesawat yang menembus langit membuat saya terpana, seketika ingin menjadi pilot. Saya membayangkan Athira Farina Putri, pilot wanita Indonesia beprestasi itu.
Saya mulai fokus tentang cita-cita ketika sudah menginjak kelas 12. Sempat terombang-ambing dalam pikiran kemana saya ingin melanjutkan studi setelah ini. Karena tujuan terbesar saya mulanya hanya ingin hidup sukses dan pastinya membuat orangtua saya bangga.
Tapi orangtua saya berpesan, jadilah berguna bagi yang lainnya, dan saya setuju. Saya kemudian mengoreksi tujuan terbesar dalam hidup saya: sukses dan berguna bagi manusia lainnya.
Saya pernah membaca artikel tentang keajaiban berpikir positif. Tidak ada air mata bila kita tak menginginkannya. Saya akan melewatinya dengan gembira, optimis, dan penuh rasa syukur. Saya yakin, saya akan memiliki energi yang lebih dari cukup untuk menggapai mimpi itu.
Beberapa kali masuk 10 besar, saya belum pernah juara umum serta berprestasi di bidang akademik dan non-akademik. Sempat tak percaya diri untuk masuk ke PTN impian, ada rasa cemas yang berkeliaran di kepala saya.
Yang saya harus lakukan kini adalah berusaha memperbaiki nilai, mengumpulkan lebih banyak sertifikat pelatihan dan peningkatan skill.
Saya ikut tes TOEFL secara online untuk melihat kemampuan saya berbahasa Inggris. Cita-cita setinggi langit itu bisa saja mencakup pergi ke Inggris dan diterima di Imperial College London.
Saya pernah membaca artikel tentang keajaiban berpikir positif. Tidak ada air mata bila kita tak menginginkannya. Saya akan melewatinya dengan gembira, optimis, dan penuh rasa syukur. Saya yakin, saya akan memiliki energi yang lebih dari cukup untuk menggapai mimpi itu.
Fisikawan Albert Einstein pernah bilang, "imagination is more important than knowledge. For knowledge is limited, whereas imagination embraces the entire world, stimulating progress, giving birth to evolution."
Imajinasi lebih penting dari pengetahuan. Karena pengetahuan terbatas, sedangkan imajinasi mencakup seluruh dunia, merangsang kemajuan, melahirkan evolusi.
Bapak Proklamator kita Soekarno berujar senada, untuk menjadi bangsa yang besar, katanya, kita perlu mempunyai imajinasi hebat dan dapat menjadi terdepan di antara negara-negara Barat.
Tanpa sadar, kita telah menempatkan cita-cita ke dalam imajinasi, jika ia menetap lebih lama, ia akan tertanam di pikiran bawah sadar (unconscious mind) kita untuk selanjutnya mengendalikan cara hidup kita untuk mencapainya.
Ini telah dibuktikan secara ilmiah oleh para ahli fisika kuantum, Juga serangkaian testimoni yang diceritakan Rhonda Byrne dalam buku populer "The Secret".Â
Ikhtiar yang fokus, doa, restu orangtua adalah bagian dari perjuangan saya di tahun terakhir duduk di bangku SMA. Saya mungkin terlambat mengambil jalur prestasi, tapi saya bertekad untuk bisa lulus dalam ujian masuk perguruan tinggi negeri yang saya impikan.
Saya mulai menyadari pentingnya manajemen waktu. Saya telah menyusun skedul harian, belajar lebih banyak, sibuk mengerjakan latihan-latihan (saya mengambil jurusan IPA), mempelajari cara sukses dan kiat-kiat lulus tes masuk perguruan tinggi.
Juga mengumpulkan informasi lebih banyak tentang lingkungan kampus yang menjadi target, untuk menyempurnakan imajinasi saya. ~ rmc
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H