Oleh karenanya, kecenderungan informasi yang muncul di Google, dapat mempengaruhi proses validasi netizen yang dilakukan via Google. Maka itu, Google memegang peranan penting dalam menentukan hasil akhir Actitude netizen. Berikut ini data statistik Google terhadap 11 kandidat Pilkada DKI pada periode Juli 2015 s/d Juni 2016 :
Dari 1 juta pencarian informasi seputar Pilkada DKI tiap bulannya, sebanyak 73% menggunakan Smartphone, yang berarti generasi muda DKI menyoroti, menelaah dan mengambil keputusan serius mengenai siapa yang layak pimpin DKI 2017 – 2022.
Kandidat yang penguasaan netizen pengguna Smartphone-nya di atas 70%, memiliki modal kuat untuk menjadi Cagub dan memenangkan pertarungan. Tampaknya, sejauh ini hanya Ahok dan Agus Yudhoyono yang cukup serius menggaet pemilih baru melalui digital. Sisanya, perlu meningkatkan kampanye digital, jika ingin menjadi kandidat Cagub.
Berikut data pertumbuhan statistik Google Juli 2014 s/d Juni 2015 versus Juli 2015 s/d Juni 2016 :
Kalau PDIP tetap melanjutkan perkawinan dengan Ahok, mengacu pada data Google, sudah tentu pasangan terbaiknya : Ahok – Risma. Namun mengawinkan dua Gubernur menjabat akan menjadi persoalan sulit, faktor ego masing-masing kandidat akan menjadi persoalan serius.
Dari data Google itu, sudah tentu jalan terbaik bagi PDIP adalah menyatukan kembali PDIP dan Gerindra seperti di 2012. Jika tiket Gerindra jatuh pada Sandiaga Uno sesuai janji Prabowo, maka pasangannya adalah Risma – Sandi.
Kalau PDIP bersama Gerindra usung Risma – Sandi, maka Ahok pasangan sama siapa? Kalau lihat dari urutan di atas, bisa saja : Ahok – Kamil, Ahok – Yusril atau Ahok – Agus Yudhoyono. Tapi Kamil dan Yusril kelihatannya sulit berpasangan dengan Ahok. Ridwan Kamil akan kehilangan tiket kalau Gerindra sudah ke Sandiaga Uno. Kecuali, PKS yang juga dekat dengan Ridwan Kamil mau memasangkan dengan Ahok. Tapi kelihatannya, PKS sangat anti-Ahok, sehingga sulit merealisasikan Ahok – Kamil.