Mohon tunggu...
Ratno Fadillah
Ratno Fadillah Mohon Tunggu... -

Penikmat Buku

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Seutas Tali Rindu yang Terpotong

5 Juni 2012   01:45 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:23 250
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hal ini terjadi karena kontinuitas peran dan karakter dari Pak Amin, sempat terganggu oleh sepotong adegan yang mengisahkan bahwa Pak Amin harus kembali ke kampungnya untuk mengelola sawah yang bertahun-tahun tidak terurus, namun kini diisukan memiliki kandungan emas. Sedangkan, tetangga lahan sawahnya di Corowali itu telah aktif menambang di sawah-sawah dekat miliknya. Jadilah ayah Pak Amin memintanya untuk mengolah sawah itu.

Padahal, fragmen emas di Corowali ini tidak memberikan pengaruh besar terhadap kisah keseluruhan. Bila saja fragmen ini dihapus, peran dan karakter Pak Amin sebagai guru yang bersahabat dan menyenangkan bagi murid-muridnya toh akan tetap tercitrakan. Ya, rasanya fragmen emas di Corowali ini hanya menempel. Hanya berfungsi memperpanjang alur cerita. Bukanlah bagian estetik novel.

Dan bila menilik insipirasi apa yang dapat disarikan dari perjuangan Vito mencari ayah dan saudara kembarnya, Vino, sepertinya belum dapat disimpulkan secara utuh. Sampai akhir cerita, hanya diceritakan bahwa Vito akan bisa menerima perbedaan agama antara ayah dan Vino. Tapi, belum mencapai klimaks pemahaman penerimaan perbedaan agama Vito terhadap ayahnya. Karena tanpa sepengetahuan Vito, ayahnya dan Vino telah memeluk Islam setelah ayahnya menikah dengan istri baru.

Sungguh pada akhir-akhir cerita, peristiwa-peristiwa tiba-tiba – bila tidak dikatakan kebetulan-kebetulan - yang diciptakan penulis seperti memaksakan akhir cerita yang bahagia. Hal ini tentu sedikit menyiksa pembaca. Ya, mengakibatkan pembaca harus kerja keras menyusun logika cerita untuk menyimpulkan akhir cerita novel ini. Wallahu ‘alam.

Ratno Fadillah

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun