Mohon tunggu...
Ratna Zafira
Ratna Zafira Mohon Tunggu... Relawan - Statistika UI 2019

Statistika UI

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Waspada Bukan "Kegeeran"

4 Januari 2020   22:43 Diperbarui: 4 Januari 2020   23:32 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Dewasa ini, kekerasan seksual pada wanita adalah isu yang ramai dibicarakan masyarakat seluruh dunia. Ada yang mencoba melakukan aksi kontra. Ada juga media-media yang justru menjadikan isu justru semakin banyak terjadi. Berbicara tentang isu ini, ada satu kejadian menggelitik yang pernah saya alami. Kejadian itu saya alami baru-baru ini.

Saat itu saya mencoba menjual gawai lama saya karena sedang membutuhkan uang untuk membeli suatu keperluan. Seorang teman menyarankan untuk menawarkan barang tersebut pada platform Facebook. Okay, karena saya sedang butuh-butuhnya, saya ikuti sarannya. Saking semangatnya, saya masuk banyak grup marketplace di Facebook. Saya post iklan gawai tersebut di setiap grup.

Saya tulis pada post itu bahwa saya tidak menerima COD (Cash on Delivery). Alasan utama saya adalah karena barang yang saya jual ini barang elektronik sehingga yang tertarik membeli kebanyakan adalah pria. Karena tidak ada yang bisa diajak menemani, saya pikir lebih aman jika saya tidak menerima tawaran COD.

Singkat cerita, ada satu orang calon pembeli yang akhirnya setuju dengan harga yang saya tawarkan. Kemudian, saya beri rincian biaya ongkos kirim via Go-Send. Dia bingung. Katanya, dia ingin COD karena ingin mengecek langsung barang tersebut. Tetapi terpaksa saya tolak karena tidak berani.

Saya cerita ke pacar saya terkait hal ini. Saya curhat kalau saya kehilangan calon pembeli karena tidak mau COD. Awalnya dia menjelaskan bahwa karena ini barang elektronik dan harganya cukup mahal, sudah umum kalau calon pembeli akan merasa lebih aman jika mereka dapat mengecek barang incarannya sendiri.

Kemudian saya katakana kalau saya takut diapa-apain. Jawabannya? Dia bilang saya kegeeran.

"Mau ngomong kegeeran ngga enak"

"Mau diapa-apain juga kan di tempat umum, tinggal teriak beres"

"Dan lagi kalo gamau diapa-apain juga ya jaga pakaian"

Saya kaget. "Kegeeran" dia bilang. Saya mencoba berani bercerita seperti itu karena kewaspadaan saya. Bukan karena saya geer. Waspada dimaksudkan untuk menghindari sesuatu. Geer atau gede rasa dimaksudkan karena seseorang ingin. Saya tidak ingin diapa-apain.

Masih ada kaum pria yang menganggap bahwa isu ini bukan isu yang besar. Mereka menganggap wanita memang seharusnya tidak perlu takut. Wanita tidak perlu dilindungi, toh perlawanannya mudah, 'kan?

Mengutip dari website resmi Southern Connecticut State University, perilaku di atas adalah contoh apa yang disebut "Rape Culture" yaitu teaching women to avoid getting raped. "Rape Culture" pada akhirnya membuat lingkungan sosial yang mengabaikan keamanan wanita.

Saya tidak ingin mendiskreditkan kaum pria. Akan tetapi, kejadian seperti ini, sebenarnya tanpa disadari sering terjadi. Banyak kaum pria yang hanya menekankan pada fakta bahwa mereka tidak "memperkosa" dan kemudian merasa tidak bersalah. Padahal, sebenarnya tanpa mereka sadari mereka sudah melakukan budaya "Rape Culture".

Saya tahu bahwa saat ini sudah banyak aksi encouragement kepada kaum wanita untuk berani melawan kekerasan seksual sehingga wanita yang bercerita atau menyatakan bahwa mereka "takut" akan kekerasan seksual justru dicap lemah dan malah disalahkan.

Lebih jauh lagi, alasan kebanyakan wanita masih merasa takut adalah karena media saat ini masih, secara sadar maupun tidak sadar, melakukan victim blaming. Berita seperti ini akan membuat pembaca membayangkan ketidaknyamanan korban dalam melaporkan kasusnya. Hal ini membuat mereka takut.

Inti cerita saya adalah, saya ingin masyarakat lebih membuka mata tentang isu ini. Jangan justru menutup mata karena merasa tidak ingin disalahkan. Jika ada teman/keluarga/kerabat yang secara jujur bercerita tentang kekhawatirannya, jangan abaikan mereka. Jangan buat diri mereka semakin khawatir. Coba tawarkan bantuan, siapapun anda, pria atau wanita. Setidaknya hal ini dapat membantu menghilangkan budaya "Rape Culture" di masyarakat kita.

Sumber

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun