Mengutip dari website resmi Southern Connecticut State University, perilaku di atas adalah contoh apa yang disebut "Rape Culture" yaitu teaching women to avoid getting raped. "Rape Culture" pada akhirnya membuat lingkungan sosial yang mengabaikan keamanan wanita.
Saya tidak ingin mendiskreditkan kaum pria. Akan tetapi, kejadian seperti ini, sebenarnya tanpa disadari sering terjadi. Banyak kaum pria yang hanya menekankan pada fakta bahwa mereka tidak "memperkosa" dan kemudian merasa tidak bersalah. Padahal, sebenarnya tanpa mereka sadari mereka sudah melakukan budaya "Rape Culture".
Saya tahu bahwa saat ini sudah banyak aksi encouragement kepada kaum wanita untuk berani melawan kekerasan seksual sehingga wanita yang bercerita atau menyatakan bahwa mereka "takut" akan kekerasan seksual justru dicap lemah dan malah disalahkan.
Lebih jauh lagi, alasan kebanyakan wanita masih merasa takut adalah karena media saat ini masih, secara sadar maupun tidak sadar, melakukan victim blaming. Berita seperti ini akan membuat pembaca membayangkan ketidaknyamanan korban dalam melaporkan kasusnya. Hal ini membuat mereka takut.
Inti cerita saya adalah, saya ingin masyarakat lebih membuka mata tentang isu ini. Jangan justru menutup mata karena merasa tidak ingin disalahkan. Jika ada teman/keluarga/kerabat yang secara jujur bercerita tentang kekhawatirannya, jangan abaikan mereka. Jangan buat diri mereka semakin khawatir. Coba tawarkan bantuan, siapapun anda, pria atau wanita. Setidaknya hal ini dapat membantu menghilangkan budaya "Rape Culture" di masyarakat kita.