Mohon tunggu...
Sri Hidayati
Sri Hidayati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pasca Sarjana UM Sumatera Barat

Berkarya dengan pena, menembus dunia, meraih ridha Ilahi.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Saat sang surya kehilangan cahaya part 2

28 Januari 2025   17:24 Diperbarui: 28 Januari 2025   17:24 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namun, aku hanya bisa mengangguk lemah. Dalam hati, aku berjanji untuk tetap tegar. Aku tidak ingin teman-temanku melihatku rapuh. Setelah Ustazah pergi, aku melangkah perlahan menuju lorong-lorong kamar. Aku ingin sendiri, ingin mencoba menenangkan pikiranku yang kacau.

Saat semua teman-temanku berangkat ke sekolah, aku masih duduk di sudut tempat tidur bertingkatku. Besi tempat tidur itu terasa dingin di kulitku, seakan-akan ikut mencerminkan kesunyian hatiku. Aku menundukkan kepala, mencoba meredakan sesak yang ada di dadaku.

Tiba-tiba suara lembut Ustazah wafa membuyarkan lamunanku. "zakiya, kenapa kamu tidak sekolah?" tanyanya penuh perhatian.

"Maaf, Ustazah," jawabku pelan. "Hari ini aku ingin menenangkan diri. Mohon izinkan aku untuk istirahat."

Ustazah tersenyum kecil. "Baiklah, kalau begitu. Ustazah akan berangkat sekolah dulu. zakiya istirahatlah, nanti kita cari solusi untuk masalah ini bersama-sama, ya?"

Aku mengangguk, meski hatiku tetap dipenuhi kabut kecemasan. Setelah Ustazah pergi, aku kembali tenggelam dalam pikiranku. Apa yang sebenarnya terjadi? Mengapa aku merasa semakin jauh dari keluargaku? Berbagai bayangan buruk mulai menghantui benakku.

Satu jam berlalu. Dua jam. Aku masih duduk di tempat yang sama. Perasaan tak menentu ini membuatku seperti terjebak dalam labirin tanpa jalan keluar. Aku hanya bisa berdoa, memohon pada Allah agar semua ini segera berakhir.

Hari itu, di tengah kesendirianku, aku menyadari satu hal. Aku tidak sendiri. Aku masih punya Allah, dan Dia tidak akan pernah meninggalkanku. Meski aku belum tahu apa yang sebenarnya terjadi, aku percaya bahwa Allah akan menunjukkan jalan. Aku hanya perlu bersabar dan tetap berdoa.

Namun, dalam hati kecilku, aku masih menyimpan satu harapan: semoga keluargaku baik-baik saja, di mana pun mereka berada.

Bersambung...

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun