Mohon tunggu...
Sri Hidayati
Sri Hidayati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pasca Sarjana UM Sumatera Barat

Berkarya dengan pena, menembus dunia, meraih ridha Ilahi.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Amplop pembawa luka 4

25 Januari 2025   07:40 Diperbarui: 25 Januari 2025   07:40 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pelita diujung gelap (sumber: doc. pribadi)

Hari itu, aku pulang dengan hati yang berat. Ujian pondok masih harus kulalui, tapi semangatku hampir habis. Bagaimana aku bisa fokus jika pikiran tentang biaya sekolah terus menghantui?

Namun, di tengah kepedihan itu, Allah menunjukkan jalan-Nya.

Di suatu pagi, suara mikrofon dari kantor pesantren memanggil namaku. Dengan langkah gugup, aku menuju kantor. Di sana, ustazku menatapku dengan sorot mata penuh arti.

"Bagaimana rencanamu setelah lulus, Nafisa?" tanyanya lembut.

Aku terdiam, menundukkan kepala. Tidak ada jawaban yang bisa kuberikan selain keheningan.

Ustaz melanjutkan, "Kami tahu tentang keadaanmu di rumah. Dan setelah mempertimbangkan, pihak sekolah memutuskan memberikan beasiswa penuh untukmu. Semua hutang SPP-mu dilunasi, dan biaya sekolah selama tiga tahun ke depan akan ditanggung sepenuhnya, jika kamu melanjutkan pendidikan di sini."

Dunia serasa berhenti. Kata-kata itu seperti hujan di tengah musim kemarau panjang. Aku tersungkur, menangis sejadi-jadinya. "Alhamdulillah... Alhamdulillah, ya Allah..." hanya itu yang bisa kuucapkan.

Aku pulang membawa kabar itu kepada ibuku. Tangis kami pecah bersama. Ia memelukku erat, bersujud syukur sambil berulang kali mengucapkan doa. "Allah selalu punya cara, Nafisa. Ibu tahu Allah tidak akan meninggalkan kita."

Malam itu, aku termenung lama di depan buku-buku. Masa depanku memang tidak seperti yang pernah kubayangkan, tapi aku yakin ada hikmah di balik setiap ketetapan-Nya. Aku mulai bertanya pada ustaz tentang jurusan yang bisa kuambil di masa depan.

"Ada tiga jurusan utama untuk lulusan pesantren," katanya. "Muamalah, Keguruan Islam, dan Ahwal Syakhsiyah atau Peradilan Agama."

Aku merenung panjang. Hingga akhirnya aku memilih Peradilan Agama. Bukan karena aku menyerah pada cita-citaku, tapi karena aku percaya, jalan ini adalah yang terbaik yang Allah pilihkan untukku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun