Terperangkap dalam Jeruji Besi
Oleh Ratna Nopitasari
Aku begitu di kagumi seorang guru Matematika. Pak Deno lah yang mengajar Mata Pelajaran Matematika di kelas XI ini. Karena aku sangat menyukai Mata Pelajaran Matematika, aku pun tak pernah bolos mengikuti les tamabahan sepulang sekolah. Dirumah pun aku selalu semangat belajar dan terus menggeluti Mata Pelajaran Matematika.
Betapa besar minat yang ada, sampai-sampai nilaiku tak mau kalah oleh teman-teman. Pak Deno begitu mengagumiku karena aku selalu mendapatkan nilai terbaik. Teman-teman selalu menyebutku "Murid kesayangan Pak Deno".
Pak Deno seorang guru yang baik dan bertanggung jawab terhadap keluarganya, dia sudah beristri dan mempunyai seorang anak.
Suatu hari Pak Deno menemuiku keruangan kelas, dengan wajah yang ceria dia memanggilku.
"Venita kesini sebentar Nak!
"Ia pak ada apa?"
"Ada kabar gembira untuk kamu Nak, bulan depan akan dilaksanakan olympiade   Matematika tingkat Kabupaten. Bapak harap kamu bisa mempersiapkan diri untuk mewakili sekolah ini, masih ada waktu untuk mempersiapkan diri, belajar dengan semangat".
"Ya Allah Pak, saya begitu senang sekali bisa terpilih untuk mewakili sekolah ini, saya pasti akan berusaha untuk bisa membawa nama baik sekolah ini".
Setelah Pak Deno selesai berbicara, aku pun kembali ke tempat duduk.
"Saya harus semangat dan harus bisa mendapatkan peringkat pertama di Olympiade Matematika nanti, masih ada waktu untuk belajar dengan sungguh-sungguh" ucapku di dalam hati.
Sepulang sekolah Pak Deno selalu mengajakku untuk berlatih mengerjakan soal-soal, aku tak mengenal cape dan tak peduli waktu sudah sore. Rutinitas itu kami laksanakan setiap hari dan berakhir sehari menjelang hari H.
Satu bulan penuh aku dan Pak Deno memantapkan diri guna mempersiapkan Olympiade tingkat Kabupaten. Selain belajar dan berusaha mempersiapkan segalanya tak henti-hentinya aku berdoa kepada Allah swt.
Waktu pun tak terasa dan tibalah pada waktunya Olympiade. Aku berangkat bersama Pak Deno menuju tempat di laksanakannya acara itu, setibanya di sana Pak Deno selalu mendampingiku dan tak lupa memberikan semangat.
"Percayalah kamu pasti bisa mengalahkan peserta Olympiade, yakinkan hatimu kamu pasti bisa. Bapak selalu mendoakanmu Nak..".
"Terimaksaih Pak atas semuanya, saya pun yakin saya pasti bisa. Saya masuk dulu ya Pak?" Jawabku sambil berjabatan tangan.
120 menit waktu yang ditentukan Panitia untuk mengerjakan soal. Aku sangat tenang dan santai dalam mengerjakan soal-soal, sedangkan Pak Deno berdoa sambil menunggu aku selesai mengerjakan soal-soal.
Peserta lomba membutuhkan waktu 1minggu untuk menunggu hasilnya. Surat pengumuman Olympiade Matematika tingkat Kabupaten akan disebarkan ke setiap sekolah yang mengikuti Olympiade ini.
Aku dan Pak Deno pulang menuju sekolah setelah selesai mengikuti acara Olympiade itu, semua warga SMA N 01 Citra Makmur turut mendoakanku dan menunggu surat pengumuman hasil Olympiade. Aku pun tak sabar ingin segera mungkin mengetahui hasilnya.
Aku selalu berdoa dimanapun aku berada, aku sangat mengharapakan aku bisa meraih peringkat pertama.
Setiap hari senin aku mengikuti upacara bendera, pagi ini aku begitu semangat mengikuti upacara. Entah kenapa hari ini sangat berbeda sekali. Ternyata Kepala Sekolah menyampaikan bahwa aku membawa nama baik sekolah ini, aku mendapatkan peringkat pertama di Olympiade Matematika. Dengan begitu aku harus melanjutkan berjuang menuju Olympiade tingkat Provinsi. Aku senang dan bersyukur atas prestasi yang ku raih. Kepala sekolah dan semua guru serta teman-temanku memberikan ucapan selamat terhadapku.
Hubungan aku dan Pak Deno semakin dekat karena aku selalu dibimbing dan di latih demi mempersiapkan Olympiade menuju tingkat Provinsi. Aku sering di puji bahakan di kasih coklet olehnya.
Olympiade Matematika tingkat Provinsi akan dilaksanakan hari senin besok. Aku ke Jakarta di temani Pak Deno menuju Jakarta. Setiba di sana aku beristirahat di hotel sambil menunggu hari esok. Terngiang ada yang mengetuk pintu kamar, aku pun menghampirinya.
"Eh, Bapak...,, ada apa Pak? Sudah malam Bapak belum tidur?".
"Sebelum tidur Bapak akan menjelaskan dan mengingatkan kembali materi-materi yang sudah bapak ajarkan".
Aku pun mempersilahkan Pak Deno masuk ke kamar. Aku dan Pak Deno duduk berdampingan, aku mendengarkan dan memperhatikan apa yang sedang dijelaskan. Akan tetapi Pak Deno bersikap aneh terhadapku. Tanganku di pegang dan aku dibelai-belai serta disandarkannya tubuhku.
"Pak jangan Pak!Pak istigfar, jangan Pak...,,," Ucapku sambil ketakutan.
Entah setan apa yang masuk pada tubuh Pak Deno, aku pun tak berdaya dan tak bisa apa-apa. Satu jam belalu kemudian aku pun pergi dari hotel dan menghubungi keluarguku serta Kepala Sekolah. Aku menceritakan apa yang telah terjadi, keperawananku hilang ulah Pak Deno. Keluargaku menjeputku dan melaporkan kasus ini ke polisi. Polisi akan berupaya mencari keberadaan Pak Deno.
Setelah tertangkapnya Pak Deno, Polisi menghubungi keluargaku dan menjebloskan Pak Deno ke kamar jeruji besi. Keluargaku meminta Pak Deno menikahiku. Istri Pak Deno juga sangat setuju dan dia mengizinkan aku untuk menikah dengannya, begitu pun Pak Deno.
Pernikanku dilaksanakan besok pagi Pukul. 08.00 di kantor polisi. Semua keluargaku dan istri Pak Deno hadir di kantor Polisi, selang sebentar datanglah Bapak Penghulu. Kami semua menunggu di ruangan depan. Polisi pergi ke belakang untuk memanggil Pak Deno menuju kamar tahanan.
Sangat mengejutkan sekali untuk semuanya. Tak tahu apa penyebabnya? Sungguh mengerikan. Ternyata Pak Deno sudah tergeletak tak bernyawa di dalam jeruji besi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H