Oleh : Ratnaningsih, S.Pd.,M.Pd.
CGP Angkatan 5 Kabupaten Lamongan
KEGIATAN PEMANTIK
KUTIPAN:
"Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga / utama adalah yang terbaik"Â
(Teaching kids count is fine but teaching them what counts is best)
Bob Talbet
Dari kutipan di atas, apa kaitannya dengan proses pembelajaran yang sedang Anda pelajari saat ini?
Menurut saya kaitan antara kutipan di atas dengan proses pembelajaran  yang sedang saya pelajari saat ini adalah mengenai permasalahan dilema etika, dimana sebagai seorang guru kita seringkali mengalami dilema dalam pembelajaran, Di satu sisi guru dituntut untuk menyampaikan  materi pembelajaran dengan tuntas, sementara di sisi lain sangat penting mengedepankan  nilai dari sebuah materi melalui pendidikan karakter.
Bagaimana nilai-nilai atau prinsip-prinsip yang kita anut dalam suatu pengambilan keputusan dapat memberikan dampak pada lingkungan kita?
Keputusan diambil dengan memperhatikan nilai-nilai atau prinsip  pengambilan keputusan. Keputusan tersebut  harus dapat dipertanggungjawabkan dan berpihak pada murid. Dengan begitu keputusan yang diambil akan dapat memberikan dampak positif bagi lingkungan sekolah yaitu tercapainya lingkungan yang aman, nyaman, tanpa adanya perselisihan.
Bagaimana anda sebagai seorang pemimpin pembelajaran dapat berkontribusi pada proses pembelajaran murid, dalam pengambilan keputusan?
Sebagai pemimpin pembelajaran , maka guru harus dapat menuntun siswa untuk tumbuh dan berkembang sesuai dengan kodratnya sehingga siswa akan mendapatkan kebahagiaan melalui merdeka belajar. Pengambilan keputusan dalam pembelajaran harus berpihak kepada murid dan mengutamakan kebutuhan murid, yaitu kebutuhan kesiapan belajar murud (readiness), minat maupun profil belajar murid, yang dapat dilaksanakan melalui pembelajaran berdiferensiasi.
Menurut Anda, apakah maksud dari kutipan itu jika dihubungkan dengan proses pembelajaran yang telah Anda alami di modul ini? Jelaskan pendapat Anda!
"Pendidikan adalah sebuah seni untuk membuat manusia berperilaku etis" (Education is the art of making man ethical)Â
Georg Wilhem Friedrich Hegel
Pembelajaran pada modul ini memberikan pengetahuan bagaimana untuk mengambil keputusan yang baik, berupa dilema etika atau bujukan moral, dengan memperhatikan nilai-nilai kebijakan universal, bertanggungjawab dan berpihak pada murid. Kutipan diatas menyatakan bahwa dilema etika  dapat diputuskan secara etis melalui sembilan langkah pengambilan dan pengujian keputusan yang bersumber dari nilai-nilai kebajikan universal
KONEKSI ANTARMATERI
Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan  pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?
Pada saat seorang pemimpin menghadapi sebuah kasus dilema etika, untuk pengambilan keputusan  dapat berpedoman pada filosofi Ki Hadjar Dewantara dengan Pratap Triloka pendidikan yang disampaikan, yaitu:
Ing ngarso sung tulodho; menjadi teladan, memimpin, contoh kebajikan, patut ditiru atau baik untuk dicontoh orang lain. Â Termasuk contoh yang baik dalam pengambilan keputusan.
Ing madya mangun karsa;Â memberdayakan, menyemangati, membuat orang lain memiliki kekuatan, kemampuan, tenaga, akal, cara dan sebagainya demi memperbaiki kualitas diri murid. Guru berperan sebagai pelopor atau pemrakarsa, pelopor mencetuskan ide-ide. Begitu juga dalam pengambilan keputusan, guru menuntun murid agar mampu mengambil keputusan yang sesuai dengan nilai-nilai kebijakan universal yang dapat dipertanggungjawabkan.
Tut wuri handayani; ketika berada di belakang pemimpin memberikan dorongan moral atau arahan dan semangat kerja bagi pengikutnya (murid-muridnya). Sebagai pemimpin, guru mendorong murid agar dapat mengambil keputusan dengan benar.
Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh pada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?
Dalam diri seseorang harus tertanam nilai-nilai kebajikan. Nilai-nilai kebajikan itulah nanti yang akan muncul dan ikut berperan ketika orang tersebut mengambil keputusan. Contoh, seseorang yang memiliki nilai kebajikan tanggung jawab, maka keputusan yang diambil merupakan keputusan yang dapat dipertanggungjawabkan. Melalui sikap tanggung jawab dari dalam diri, sebuah keputusan yang diambil akan mencerminkan bagaimana prinsip diri kita, Â berdasarkan tiga prinsip pengambilan keputusan,sehingga akan mendorong terwujudnya well-being dalam lingkungan pendidikan.
Sangat penting bagi kita untuk memupuk nilai kebajikan atau sikap positif dalam diri kita, karena itulah yang nanti akan menjiwai setiap keputusan yang akan kita ambil.
Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan 'coaching' (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi 'coaching' yang telah dibahas pada sebelumnya.
Coaching merupakan ketrampilan yang sangat penting, salah satu tujuan kegiatan coaching adalah  menggali potensi yang dimiliki diri sendiri maupun orang lain.  Melalui proses coaching dengan alur TIRTA akan terjadi pengambilan keputusan yang mengarahkan pada hal-hal positif yang artinya keputusan-keputusan yang diambil berpihak pada murid. Melalui kegiatan coaching, pengambilan keputusan akan menjadi lebih efektif karena keputusan yang diambil berasal dari potensi yang dimiliki seseorang. Sehingga keputusan tersebut dapat dipertanggungjawabkan yang akan mendorong terwujudnya well being di sekolah.
Bagaimana kemapuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan  berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan  khususnya masalah dilema etika?
Setiap keputusan yang diambil oleh seseorang akan dipengaruhi oleh kondisi sosial dan emosionalnya. Begitu juga dengan kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosional  juga sangat berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya dilema etika. Sangat penting bagi guru untuk memahami dan menguasai kompetensi sosial emosioal, yaitu kesadaran diri (self awareness), manajemen diri (self management), kesadaran sosial (social awareness),  kemampuan berelasi (relationship skill) dan pembuatan keputusan yang bertanggung jawab (responsible decision making).
Guru yang mempunyai kesadaran diri baik akan menunjukkan integritas dan kejujuran dalam pengambilan keputusan. Memiliki kemampuan untuk mengelola emosi, pikiran dan perilaku diri secara efektif dalam berbagai situasi dan untuk mencapai tujuan serta aspirasi. Kemampuan untuk memahami dari berbagai sudut padang  dan dapat berempati kepada orang lain, termasuk yang berasal dari latar belakang budaya dan konteks yang berbeda-beda. Kemampuan untuk mengambil pilihan-pilihan yang dibangun berdasar atas kepedulian, memahami konsekuensi dari bermacam-macam tindakan yang dilakukan untuk kesejahteraan psikologis diri sendiri, masyarakat dan kelompok. Sehingga pada akhirnya keputusan yang diambil akan dapat dipertanggungjawabkan.
Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali pada nilai-nilai  yang dianut oleh seorang pendidik?
Pada pembahasan studi kasus yang berfokus pada masalah moral atau etika, nilai-nilai yang dianut sebagai seorang pendidik yaitu kebenaran, keadilan,  kebebasan, persatuan, toleransi, tanggung jawab, dan penghargaan akan hidup. Dengan berpegang teguh pada nilai-nilai tersebut, maka sebuah keputusan yang diambil diharapkan dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan  prinsip berpusat pada peserta didik serta mendorong terwujudnya iklim pendidikan yang baik di sekolah.
Guru sangat perlu memahami apakah masalah yang dihadapi termasuk dilema etika ataukah bujukan moral, antara benar lawan benar atau benar lawan salah. Jika pada saat guru menerapkan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan sampai pada tahap uji legalitas ditemukan bahwa masalah yang dihadapi adalah benar lawan salah (bujukan moral), maka guru harus kembali pada pada nilai-nilai kebenaran.
Jika masalah yang dihadapi termasuk benar lawan benar (dilema etika), maka guru melanjutkan proses pengambilan keputusan tersebut dengan dengan mempertimbangkan 4 paradigma dan 3 prinsip pengambilan keputusan sampai didapat suatu keputusan  yang dapat dipertanggungjawabkan dan berpihak pada murid.
Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman?
Seorang guru sangat diharapkan untuk mampu mengambil keputusan yang tepat, karena dengan begitu adan tercipta lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman sesuai dengan yang diinginkan.
 Dengan menjalankan prinsip among Ki Hadjar Dewantara  dan pola pikir inkuiri apresiatif dengan tahapan BAGJA diharapkan guru mampu menjalankan peran dan  fungsinya dengan baik.  Menjadi pemimpin pembelajaran juga berarti menjadi pemimpin yang menaruh perhatian penuh pada komponen pembelajaran, seperti pada kurikulum  (intrakurikuler, ekstrakurikuler  dan ko kurikuler), proses belajar mengajar,  refleksi dan asesmen yang otentik dan efektif, pengembangan guru, dsb.Â
Guru berperan besar  dalam membuat lingkungan yang aman, nyaman, menyenangkan namun tetap menantang, dan relevan untuk para muridnya. Mereka diharapkan mampu berperan sebagai pemimpin yang berorientasi pada kepentingan tumbuh kembangnya siswa agar mampu berkembang sesuai dengan kodratnya.
Apakah tantangan-tantangan di lingkungan anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan  terhadap kasus-kasus dilemma etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan anda?
Ada beberapa contoh tantangan yang dihadapi dalam pengambilan keputusan,  seperti adanya pemikiran yang berbeda dari tiap individu atau kelompok, terdapat kelompok yang pro dan kontra tehadap sebuah sistem yang sedang dijalankan oleh pemangku kebijakan di sekolah, dll. Idealnya  semua komponen yang ada di sekolah saling berkolaborasi untuk mewujudkan tujuan bersama, tetapi kondisi yang demikian terkadang tidak dapat diwujudkan dengan mudah.
 Dalam benturan antar kelompok sangat berkaitan dengan perubahan paradigma di lingkungan sekolah yaitu; Individu lawan kelompok, rasa keadilan lawan rasa kasihan, kebenaran lawan kesetiaan, jangka pendek lawan jangka panjang.
Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini  dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaiman kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda.?
Segala bentuk keputusan yang kita ambil hendaknya berpengaruh terhadap pengajaran yang memerdekakan murid/ merdeka belajar. Murid mendapat kebebasan untuk berkembang sesuai kodratnya, mengembangkan potensi yang dimiliki tanpa ada tekanan. Sehinnga mereka dapat meraih kebahagiaan yang setinggi-tingginya, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat.
Seperti keputusan bagaimana kita menyusun strategi pembelajaran yang dapat mengakomodir kebutuhan belajar murid. Membuat keputusan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid dapat kita awali dengan mengetahui kesiapan, minat, dan profil belajar murid.Â
Jika kita sudah mengetahui ketiga unsur tersebut selanjutnya kita dapat memutuskan strategi pembelajarn yang sesuai untuk mengakomodasi kebutuhan belajar setiap murid melalui strategi pembelajaran bediferensiati konten, proses dan produk. Setiap murid itu berbeda, mereka memiliki keunikan masing-masing. Tugas guru adalah menuntun sesuai denga keunikan yang mereka miliki.
Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?
Sebagai seorang pemimpin pembelajaran, sudah seharusnya guru  mengambil keputusan yang bijaksana. Pengambilan keputusan yang bijaksana memperhatikan nilai-nilai kebajikan universal, tanggung jawab, dan keputusan tersebut haruslah berpihak pada murid agar kehidupan masa depan murid dapat terpenuhi dengan baik. Jika guru seumpama petani, maka murid adalah benihnya. Benih tidak akan tumbuh dan berkembang dengan sempurna jika tidak dirawat dengan baik oleh petani.
Apakah kesimpulan akhir yang bisa Anda  tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?
Berdasarkan keterkaitannya dengan modul sebelumnya dan pembelajaran yang ada pada modul 3.1 ini, dapat ditarik simpulan bahwa pengambilan keputusan kita haruslah mendasar pada tiga unsur, yaitu nilai-nilai kebajikan universal, tanggung jawab terhadap segala konsekuensi, berpihak pada murid.
Pengambilan keputusan yang dilakukan oleh seorang pemimpin seyogyanya  berpedoman pada filosofi Ki Hadjar Dewantara dengan pratap trilokanya, berlandaskan nilai dan peran guru penggerak yang dimiliki, berpedoman pada pembelajaran berdiferensiasi dan sosial emosional, berdasarkan pada budaya positif dengan menggunakan alur BAGJA serta memiliki ketrampilan coaching yang baik dalam menjalankan langkah-langkah pengambilan keputusan. Sehingga akan dapat menciptakan lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman. Dan menghantarkan murid untuk mencapai profil pelajar pancasila.
Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu dilema etika dan bujukan moral, Â 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?
Pemahaman saya terhadap materi yang sudah saya pelajarai dalam mdgul 3.1 adalah tentang konsep-konsep yaitu; penerapan 4 paradigma pengambilan keputusan (individu lawan kelompok, kenenaran kawan kesetuaan, rasa keadilan lawan rasa belas kasihan, dan jangka pendek lawan jangka panjang). Tiga prinsip pengambilan keputusan yaitu; berpikir berbasis hasil, berpikir berbasis peraturan dan berpikir berbasis rasa peduli.
Sembilan  langkah pengambilan dan pengujian keputusan sebagai langkah awal untuk menentukan apakah masalah tersebut merupakan  dilema etika atau bujukan moral terdiri dari; 1) mengenali bahwa ada nilai-nilai yang saling bertentangan, 2) menentukan  siapa yang terlibat dalam situasi ini, 3) mengumpulkan fakta yang relevan, 4) pengujian benar atau salah, 5) pengujian benar lawan benar, 6) prinsip pengambilan keputusan, 7) investigasi opsi trilema, 8) buat keputusan, 9) tinjau kembali keputusan dan refleksikan. Sebuah kasus dikatakan dilema etika apabila benar lawan benar, sedangkan dikatakan bujukan moral apabila benar lawan salah.
Hal-hal di luar dugaan saya, apabila ada sebuah kasus sudah dipahami sebagai pelanggaran hukum, maka langkah-langkah pengambilan keputusan tidaklah perlu dilanjutkan karena sudah melewati uji legal (hukum) yang menyatakan kasus tersebut adalah benar lawan salah (bujukan moral).
Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari dalam modul ini?
Pernah, saat itu dilema etika yang saya alami berdasarkan paradigma rasa keadilan  lawan rasa kasihan. Saat itu saya hanya mengandalkan keputusan hasil akhir yang sekiranya tidak merugikan pihak lain tetapi juga dapat menolong pihak yang bersangkutan. Setelah mempelajari modul ini saya baru tahu dan paham ternyata sebuah kasus dilema etika perlu diselesaikan dengan langkah-langkah pengambilan  dan pengujian keputusan, agar apa yang diputuskan dapat dipertanggungkawabkan dengan baik.
Bagaimana dampak mempelajari konsep ini buat Anda, perubahan apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?
Setelah belajar modul ini saya menjadi paham, bahwa dalam mengambil keputusan kita sebagai seorang guru tidak serta merta atas otoritas atau pandangan bahwa kita dapat mengontrol siswa secara penuh tanpa pertimbangan. Tetapi keputusan yang kita ambil harus berlandaskan pada nilai-nilai kebajikan, tanggung jawab, dan berpihak pada murid. Keputusan yang diambil dapat melalui 9 langkah-langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Dengan begitu maka keputusan yang kita ambil akan tepat dan tidak berisiko yang besar serta benar-benar keputusan yang berpihak kepada murid.
Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?
Menurut saya sangat penting mempelajari modul ini, Â sebagai seorang pemimpin pembelajaran saya harus memiliki ketrampilan dalam pengambilan keputusan, Â sehingga sebuah keputusan yang saya ambil harus berdasarkan beberapa pertimbangan sehingga keputusan yang ada dapat dipertanggungjawabkan dan tidak salah langkah atau bahkan merugikan salah satu pihak, yang justru akan menimbulkan kekacauan. Dengan mempelajari modul ini, diharapkan setiap keputusan yang saya ambil adalah langkah paling bijaksana dan yang terbaik untuk kepentingan anak didik.
#gurupenggerakangkatan5
#gurubergerakindonesiamaju
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H