Kisah ini jadul banget...
Kejadian-nya saat masih Smp deh, dulu kan lagi ngetrend-nya serial radio Mak Lampir kalau nggak Saur Sepuh.
Hobi yang sering ku lakukan dengan teman-teman kampung yaitu setiap pulang sekolah kita langsung kumpul sambil dengerin dua serial kisah di radio itu. Maklum jaman dulu kan yang namanya hiburan cuma adanya di TVRI dan Radio, tahu sendiri sajian yang di suguh-kan TVRI hanya hari-hari dan jam-jam tertentu yang menyuguhkan hiburan, jadi selain bermain di sawah kita biasanya kumpul dengerin sandiwara radio.
Ritual acara dengerin radio biasa-nya kita lakukan giliran tempat, yaitu berpindah-pindah rumah. waktu itu kita ber-sepuluh ada yang lelaki juga ada yang perempuan.
Kebetulan jadwal giliran jatuh di rumah teman-ku yang bernama " Nurul ".
Dengan semangat ngos-ngos'an ke-esok-an hari-nya kita semua berkumpul di beranda rumah Nurul, ya kita semua selalu datang tepat waktu, karena sayang jika terlambat bisa ketinggalan episode nanti-nya.
Namun ada yang lain di rumah Nurul, sikap Nurul yang biasa-nya ceria tiba-tiba berubah gelisah dan ketakutan. Ternyata saat di selidiki, Nurul mengaku jika Bapak-nya sedang sakit gigi.
Namun Nurul tidak kuasa mengusir teman-temannya dia hanya meminta boleh mendengarkan serial sandiwara Saur Sepuh dan Mak Lampir asal tidak berisik, karena takut bapak-nya marah dan terganggu.
Dengan muka sok polos kita semua termasuk aku mengangguk setuju. Padahal aku ndak yakin banget kita bisa tenang dengarin sambil ndak berisik, maklum namanya anak-anak usia tanggung terkadang hanya urusan sandiwara saja bisa ribut.
Sandiwara pertama Saur sepuh mulai mengalir, hanya kalimat-kalimat berisik kecil yang terdengar, dan sempat ada seorang teman namanya Iwan ( sosok Iwan, kulit hitam, rambut merah keriting badan agak sedikit tambun dan kerap ingusan ) berteriak menirukan gaya Brama Kumbara saat mau mengeluar-kan ajian Lampah Lumpuh-nya, sontak kami semua ketakutan, lalu terdengar suara panggilan dari ibu Nurul, dan ternyata benar, kami di ingat-kan jangan berisik karena Bapak Nurul sedang sakit Gigi.
Lalu kami kembali tenang, dan saat selesai sandiwara pertama kan langsung berlanjut sandiwara ke dua yaitu Mak lampir dengan tokoh-nya Farida.
Kebiasa-an ku jika mendengarkan serial sandiwara radio pasti ku nikmati dengan tiduran sambil tengkurep dan menghadap depan Radio, karena tugas-ku mencari gelombang-nya dan mengatur suara volume.
Dasar Iwan tukang iseng...saat kita semua asyik mendengar-kan dia justru malah melemparkan ulet kaki seribu ke arah badan-ku, kontan aku teriak ketakutan.
Semua teman tertawa hahahahahahaha......
Seketika berubah ramailah rumah Nurul, dengan muka pucat pasi Nurul mengingatkan kami lagi, akhir-nya kami tenang kembali, meski aku sedikit gondhog dan dalam hati aku berjanji akan menuntut balas sepulang nanti.
Saat tengah asyik diam mendengarkan serial Mak-Lampir tiba-tiba sekonyong-konyong Bapak nya Nurul teman-ku keluar rumah sambil membawa se-ember air, dan air itu pun di guyurkan ke kami semua....
Karena posisi-ku yang tengkurap maka aku tak bisa mengambil langkah kaki seribu untuk menyelamat-kan diri seperti teman-teman-ku yang lain-nya.
Sekujur tubuhku basah semua, dan saat ku endhus-endhus tercium baunya, bau amis semua dan di atas kepala-ku penuh dengan kotoran ikan serta remah-remah sisa nasi....ternyata selidik punya selidik air yang di guyur-kan itu adalah air bekas cuci-an ikan dan rendaman piring kotor bekas makan.....
Semua teman tertawa melihat nasib malang-ku.....
Radio butut yang ku punya pun rusak kena imbas-nya.
Hingga detik ini, jika inget Iwan...aku masih greget banget....namun jika mengingat kisah itu aku sering tertawa sendiri......hehehehehe...
******* sejenak mengenang masa sial-ku...namun indah selalu ********
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H