Mohon tunggu...
ratna firmania rochman
ratna firmania rochman Mohon Tunggu... Freelancer - penulis

Ratnafir adalah nama pena dari penulis bernama lengkap Ratna Firmania Rochman. Lahir di nguling-pasuruan pada tanggal 12 oktober 1990. Tentang hobinya yang suka menulis baik itu novel, puisi, dan diary kehidupan. Penulis yang random ini terkadang bisa melankolis dan kadang histeris.(bercanda). Penulis bisa di ikuti jejaknya di @ratnafirmania.r

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kehidupan Yuk Hana

10 November 2024   00:21 Diperbarui: 10 November 2024   00:26 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Yuk hana adalah seorang penjahit yang masih memakai mesin jahit classic dan itu adalah barang satu-satunya yang dia punya untuk mencari nafkah meskipun dia bersuami.

Anaknya yang masih taman kanak-kanak sering sekali rewel sehingga membuat fikiran yuk hana semakin carut marut. Bagaimana tidak, dia terus bekerja dari pagi sampai malam hari dan masih mengurus anaknya sendirian. Suaminya hanya tidur ketika pagi hari dan bangun ketika malam hari, bukan untuk menemani yuk hana tetapi untuk bermain catur bersama teman-temannya.

Tidak sekali dua kali tapi semenjak mereka menikah, ketika yuk hana meminta sedikit pengertian tentang kebiasaan buruk suaminya untuk di rubah yang terjadi malah mengajak ribut dan membenarkan diri, sehingga yuk hana memilih untuk mengalah.

Kenapa memutuskan menikah jika lepas terhadap tanggung jawab dan membebani yuk hana semua. 

Kadang kala anaknya yang menjadi korban entah di cubit ketika rewel, di bentak ketika merengek meminta sesuatu. Penyesalanlah yang menyelimuti yuk hana ketika malam tiba. Menangis di depan anak yang sedang tertidur lelap sambil meminta maaf dan tetap mengulanginya lagi esok hari. Anak akan menjadi pelampiasan ke tidak harmonisan orangtuanya.

Badan yuk hana yang kurus kering dengan wajah yang masih bisa tersenyum saat melayani pelanggannya. Seandainya saja senyumannya sebahagia kehidupannya.

Uang yang didapat dari menjahit selalu digunakan untuk mencukupi kehidupan sehari-hari.

Disisi lain ada anak yang polos dan lugu melihat kehidupan keluarganya, berfikir siapakah yang sebenarnya berperan penting ketika menjadi orang tua, kenapa hanya ibu yang menopang semua. Bagaimana dengan peran seorang ayah.

Gadis cantik yang bernama ayu itu sudah merasakan kehidupan keluarga yang tidak seperti teman-temannya. Bahkan uang sakunya hanya seribu rupiah setiap harinya.

Ketika ayu meminta ke ayah untuk membeli mainan seperti teman sebayanya, selalu di alihkan ke ibunya.

" Minta sama ibumu."

Yuk hana hanya bisa memberikan puluhan janji yang sukar untuk di tepati, karena uangnya hanya cukup untuk makan sehari-hari.

Sungguh tidak tega melihat ayu berdiam diri dikamarnya dan menangis, dengan wajah sayup-sayup.

Ibu punya celengan receh bentuk tupai di lemari ibu, kalau ayu memang benar-benar menginginkan boneka itu, kita buka bersama dan nanti kita bisa menabung lagi. Tapi nanti kita beli boneka dengan seadanya uang ini ya ayu.

" Ayu mengangguk setuju."

Selama berjalan kaki menuju toko boneka pak adut, wajah ayu berseri-seri dengan senyum yang mengurai. Dengan yuk hana yang membawa kantong kresek yang berisi uang logam hasil memecahkan celengan tupainya.

Boneka teddy tersenyum yang dipilih oleh ayu seolah ikut tersenyum melihat kegembiraannya. Wajah ayu yang semakin berseri pulang dengan loncatan kecil yang kegirangan. Berulang kali mengucapkan terimaksih kepada yuk hana. Dengan balasan senyum yuk hana yang bahagia melihat putrinya bahagia.

Ketika pulang disambut oleh ayah yang baru pulang memancing dengan teman-temannya, berharap mendapatkan ikan dari hasil memancing, nyatanya ikan yang didapat diberikan ke temannya sendiri, padahal dirumah ada istri dan anak yang sedang menunggunya.

Tanpa banyak bicara dan tidak mau merusak kebahagiaan ayu. Yuk hana ikut bermain boneka dikamar bersama ayu. Air matanya dia tahan di depan ayu tapi hati dan fikirannya berdegub kencang penuh emosi dan kecewa untuk yang kesekian kalinya.

.....

Akhir-akhir ini yuk hana bekerja semakin giat dan berusaha menghasilkan uang lebih banyak,

menerima semua pekerjaan menjahit, buruh cuci dan lain sebagainya.

Sampai saatnya dimana yuk hana menyodorkan surat di depan suaminya. Ya surat perceraian.

Selama ini yuk hana bekerja keras menghasilkan banyak uang untuk membeli surat cerai karena nyatanya dia bisa hidup berdua saja dengan ayu. Yuk hana hanya ingin merasakan bahagia dengan putrinya tanpa bergantung dengan siapapun dan tidak mau berharap jika akhirnya dikecewakan bahkan puluhan kali.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun