Mohon tunggu...
Ratna Endang Widyasari
Ratna Endang Widyasari Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa S2 di STTRI Jakarta

latar belakang saya adalah seorang guru SMA, saya suka musik dan memasak, topik favorit saya adalah konten tentang pendidikan, psikologi, teologi dan spiritualitas.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Gaya Hidup dan Kehendak Bebas Manusia

2 Desember 2022   21:16 Diperbarui: 2 Desember 2022   21:28 240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagaimana dalam pengelolaan waktu kita ? pada aktivitas apa waktu kita tersita ? sudahkah kita bijak dalam menggunakan medsos?  Adakah tempat dan ruang dalam waktu kita yang kita sediakan secara khusus untuk membangun relasi Allah ? Mari sejenak kita berefleksi ke dalam diri kita secara jujur, apakah sebenarnya yang menjadi landasan kita menjalankan hidup? Apakah kita masih memegang teguh pengajaran iman kepada Kristus atau secara perlahan komitmen kita mulai bergeser ?

Kita harus waspada terhadap pengaruh-pengaruh yang dapat mempengaruhi  mindset kita dalam menjalani kehidupan sebab itu akan menentukan way of life yang sangat berdampak pada kualitas hidup kita, apa yang menjadi fokus dalam hidup kita ? dimana kita menempatkan Allah dalam perjalanan hidup kita ? sebab jika kita tidak menjaga relasi dengan Allah, ada potensi dosa yang mulai mengintip di depan pintu, yang siap mengikat kita dan  datang dalam wujud pembenaran yang manis seperti impulsif buying dengan alasan mumpung lagi diskon akhir tahun.

Belanja online sistem bayar pay later, membeli barang branded atau healing dengan traveling membayarnya dengan kartu kredit cicilan nol persen yang membuat jadi terasa mudah dan tanpa sadar kita terjebak dalam hutang-hutang yang tidak produktif, hanya demi bisa memperoleh eksistensi dalam pergaulan, gaya hidup seperti ini yang perlahan menggiring kita dari semakin jauh dari Allah yang seharusnya menjadi esensi dalam hidup kita, kita merubah fokus dari pengenalan akan Kristus kepada keinginan diri dan kehendak bebas yang sangat berpotensi membuat kita terjebak dalam jerat ikatan dosa yang makin lama main kuat.

Kita sering berargumen dengan mengatakan, saya dosa apa? ini bukan dosa karena saya tidak  merugikan siapapun! Saya tidak menyakiti orang lain! Saya tidak mencuri! Saya tidak membunuh! Saya tidak menipu! Saya tidak melakukan tindak kriminal lalu dimana dosanya? 

 Manusia diciptakan dengan kehendak bebas, dan hal ini merupakan anugerah yang diberikan oleh Allah kepada umat manusia, kebebasan untuk bisa membuat pilihan dalam hidup,  mengasihi Allah atau menolak Allah, percaya pada Allah atau mengabaikan Allah, melayani Allah atau memberontak kepada Allah. Manusia yang membuat keputusan akhir menurut kehendaknya sendiri, bebas untuk "memilih taat" ataupun "memilih tidak taat."

Dan seperti kita melihat  dalam kejadian 3 bahwa manusia pertama "memilih" mengikuti bujukan Iblis (melalui ular), itulah yang dilakukan oleh Adam dan Hawa di Taman Eden. Mereka diberi kebebasan memilih satu di antara dua: makan atau tidak makan dari buah pohon yang dilarang oleh Allah, ternyata mereka memilih yang pertama. 

Kehendak bebas adalah kemampuan yang berakar dalam akal budi dan kehendak, untuk bertindak atau tidak bertindak, untuk memilih melakukan ini atau itu, supaya dari dirinya sendiri melakukan perbuatan dengan sadar. Dengan kehendak bebas, tiap orang dapat menentukan diri sendiri. Dengan kebebasannya, manusia harus tumbuh dan menjadi matang dalam kebenaran dan kebaikan. Mengutip dari perkataan Bapa Gereja Irenaeus, mengatakan: 

"Manusia itu berakal budi dan karena ia citra Allah, diciptakan dalam kebebasan, ia tuan atas tingkah lakunya", Allah telah menciptakan manusia sebagai makhluk yang berakal budi dan telah memberi kepadanya martabat seorang pribadi, yang dapat memiliki kebebasan untuk memutuskan bertindak seturut kehendak sendiri dan memegang kendali atas segala perbuatannya, supaya ia menggunakan dengan sukarela untuk mencari Allah Penciptanya dan dengan mengabdi kepada-Nya secara bebas mencapai kesempurnaan sepenuhnya yang membawanya pada kebahagiaan yang sejati. 

Tetapi justru melalui kehendak bebasnya manusia memberontak terhadap Allah dan merusak relasi manusia dengan Allah, sehingga manusia hidup menyimpang dari ketetapan Allah. Dosa adalah pemberontakan terhadap Allah melangkahi batasan-Nya dan melenceng dari sasaran tolok ukur-Nya  (1 Yoh 3:4) . 

Dosa membuat manusia kehilangan esensi hidupnya, dosa merubah orientasi hidup manusia sedemikian rupa sehingga semua kemampuan yang dianugerahkan tidak lagi dipergunakan untuk melayani Tuhan tetapi untuk menaati keinginan daging yang pada hakekatnya semakin lama semakin dalam mengikat pikiran dan perasaan manusia, karena dosa tidak akan pernah berhenti pada satu perbuatan, dan akan membius karena dosa tidak pernah berhenti pada satu kenikmatan, serta akan menjalar dengan cepat karena dosa tidak akan berhenti pada satu korban.

Ketika kita menyadari betapa mengerikannya hidup dalam jerat dan ikatan dosa, lalu bagaimana sebagai orang percaya kita menyikapi fenomena gaya hidup Yolo dan Fomo? Ketika kita menyadari bahwa hidup ini cuma satu kali  maka bagaimanakah kita seharusnya memaknainya ? setiap manusia berhak bahagia, tetapi dengan cara yang benar , sesuai dengan rancangan yang ditetapkan oleh penciptanya, jika hal ini dilanggar maka manusia tidak akan pernah menemukan bahagia yang sejati itu. Bagaimana cara kita untuk tidak menyia-nyiakan waktu kita adalah dengan hidup bertanggung jawab di hadapan Pencipta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun