Tamanmartani merupakan sebuah desa yang berada di Kec. Kalasan, Sleman Yogyakarta. Desa biasa yang menjelma menjadi tempat wisata dengan konten kegiatan masyarakat sehari hari atau Community Based Tourism (CBT). Community Based Tourisme dimana-mana berbasis masyarakat, apa yang menjadi daya tarik wisata adalah sesuatu yang ada dan lahir dari masyarakat. Keunikan dari Desa Tamanmartani, yakni adanya integrasi di beberapa dusun.Â
Biasanya di desa wisata hanya terdiri atas satu desa saja, namun disini ada 22 dusun yang rencananya akan digerakkan menjadi desa wisata, sejauh ini sudah ada delapan dusun yang siap dikunjungi. Selain itu, kelebihan Tamanmartini adalah lokasinya yang dekat dengan salah satu ikon Kota Yogyakarta yakni Candi Prambanan, sehingga ada integrasi langsung dengan Candi Prambanan. Tidak hanya Candi Prambanan, Tamanmartani juga berintegrasi langsung dengan cagar budaya lain disekitarnya, diantaranya; Candi Sewu, Candi Biduran, Candi Sambisari, dan Candi Plaosan. Konsep yang coba diusung yakni integrated tourism of culture and heritage, integrasi wisata tentang cagar wisata dan budaya.
 Desa Tamanmartani sendiri mulai bergerak ke arah wisata atau mulai merumuskan konsep wisata sejak tahun 2018, pada waktu itu diselenggarakan sebuah event yang bertujuan untuk memantik kesadaran masyarakat mengenai potensi tempat wisata di desa mereka, serta untuk menyadarkan masyarakat bahwa tempat yang mereka diami selama ini layak untuk dikunjungi. Event yang diadakan bertajuk 'Jogja Rock Balancing Art Exhibition 2018'.
 Rangkaian event kreatif tersebut digelar di Kali Opak, yang kini lebih dikenal dengan Kali Opak Tujuh Bulan, sebuah sungai yang terletak di lereng Gunung Merapi sebelah selatan. Alamat tepatnya di Dusun Dalem, Tamanmartani, Kalasan, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Menyajikan pameran dan workshop rock balancing art, pameran dan workshop rock painting art, dan pameran environmental art.Â
Event festival menata batu ini digagas oleh Komunitas Cinta Desa mengikutsertakan para seniman dan komunitas rock balancing art Indonesia, serta bekerjasama dengan Wisnhu Ajitama seorang seniman enviroement art yang membuat berbagai karya yang mengunakan bahan-bahan dari alam. Di event ini digelar pula wisata UMKM oleh pengusaha UMKM Desa Tamanmartani.
 Seusai digelarnya event Jogja Rock Balancing Art Exhibition 2018 yang menyedot antusiasme wisatawan dari berbagai kalangan tersebutlah mulai tumbuh euphoria dan spirit kesadaran potensi wisata dari warga desa Tamanmartani. Yang awalnya hanya terdiri tiga dusun mulai bertambah menjadi enam dusun, dan sekarang sudah ada delapan dusun dengan potensi yang berbeda-beda, dan bahkan sengaja disetting berbeda-beda dengan harapan tidak terjadi saingan antar dusun hingga bisa saling melengkapi.Â
Di dusun Kaniteren ada wisata gamelan dan produksi cinderamata wayang, di dusun Pakem ada pengelolaan dari limbah, di dusun Jongangan ada situs Raja Balitung (situs arkeologi), di dusun Kebon ada produksi oleh-oleh jamu, di Dusun Dalem ada produksi jamur dan wisata Kali Opak Tujuh Bulan, di Dusun Cageran ada tanaman bunga dan kendang kelompok, di Dusun Tamanan ada perikanannya yang diangkat dan pengolahan lidah buaya.
 Setelah adanya pandemi COVID-19 tentu wisata Desa Tamanmartani turut terkena imbas, baik secara langsung maupun tidak karena ketiadaan kunjungan wisatawan. Bahkan semua sektor wisata di Indonesia jatuh dan bisa dikatakan akan susah bangkit ketika berhadapan dengan situasi pandemi seperti ini karena kerugian secara finansial ataupun material.Â
Tapi agaknya sedikit berbeda dengan wisata Desa Tamanmartani, hal ini karena diterapkannya konsep CBT yang berisi konten kegiatan masyarakat sehari-hari dan wisata tidak padat modal yang sejak awal dalam artian modal untuk kegiatan produksinya masih terjangkau. Ketika dalam keadaan jatuh seperti ini pun Desa Tamanmartani masih bisa beroperasi seperti sediakala. Tidak ada yang berubah, ada tidaknya pandemi dan ada tidaknya wisatawan tidak menghambat serta melumpuhkan Tamanmartani, wisata desa yang dibalut UMKM ini.
 Artinya ketika ada pandemi COVID-19 yang berimbas pada turunnya jumlah kunjungan wisatawan yang sehari-hari bekerja sebagai pemain gamelan tetaplah berlatih gamelan. "Ada pandemi atau tidak tetap latihan, kalau berhenti malah merasa ada yang kurang." Tutur salah seorang penabuh gamelan di Dusun Kaniteren.Â
Tari Kecak di Bali menjadi ikon suguhan wisata dan keragaman keindahan budaya lainnya, masyarakat pun menyadari lokasi Dusun Kaniteren yang cukup strategis karena berdekatan dengan Candi Prambanan sangat menguntungkan warga. Dari situlah masyarakat secara bersama-sama memanfaatkan adanya tempat, keadaan, dan peralatan mencukupi guna menghasilkan hal yang positif dan tentunya membawa pemasukan finansial. Seperti yang kita ketahui bersama jika gamelan merupakan warisan nenek moyang dan menjadi identitas karena hanya dapat ditemui di Indonesia serta telah dikenal dunia internasional, masyarakat Dusun Kaniteren ingin menjunjung dan membuktikan bahwa sesuatu musik yang ditinggalkan nenek moyang bisa lestari dan berkesinambungan di zaman sekarang.