Mohon tunggu...
Ratna Wungouw
Ratna Wungouw Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Pekerja

Just Ratnaa...satu dari ribuan kartini abad 21

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Surat Senja Untukmu yang Terpisah Dariku

11 Juni 2019   20:38 Diperbarui: 11 Juni 2019   20:43 209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

                gambar : weheartit.com

Mas,

Aku menulis surat untukmu di senja ini, saat warna keemasannya menerobos rimbunnya helai daun pucuk merah di depan rumah kita, menyeberangi ruangan demi ruangan demi mendapatkan dimana aku menyembunyikan diri. 

Aku sudah berulang kali mencoba menulis kabar padamu, hendak kukatakan masih ada cinta  yang kusimpan untukmu. Tapi entah mengapa aku selalu gagal, jangankan untuk menyelesaikan suratku, untuk memulainya pun aku tak tau dari mana.

Mungkin angin musim kemarau membawa terlalu banyak debu, sehingga mataku selalu basah tiap kali aku hendak memberimu kabar. Aku ingin bercerita tentang hari hariku, hari hari perempuan empat puluh tahunan yang menghabiskan waktu untuk menunggu senja merah saga tergelincir menjadi gelap, karena waktu itulah aku biasa menunggu kepulanganmu.

Mas tercinta,

Aku harus berhenti sejenak saat ini, karena mataku berair banyak, benar kan kataku, angin tak berpihak padaku, aku terus menerus kelilipan. Jangan pergi dulu mas, aku akan melanjutkan suratku.

Sepuluh tahun lalu aku adalah orang yang paling takut dengan sepi dan kesendirian, rasa sepi serupa sel sel ganas yang bisa membunuhku sewaktu waktu, hingga kamu datang menyelamatkanku. Ingatkah kamu mas, kamu menempuh jarak ratusan kilometer hanya untuk menyelipkan sepucuk surat di pintu kamarku, meyakinkanku bahwa aku ini tidak sendiri, bahwa aku ini dicintai. 

Mas tersayang, 

Aku pernah berkata padamu, jangan pernah menyerah padaku, jangan meninggalkanku, sejauh apapun aku pergi dan hilang arah, selalu bawalah aku pulang. Karena kamulah rumahku. 

Punggung hangatmu selalu kunanti tiap senja, tempat aku menyandarkan resah sekaligus canda. Aroma tubuhmu yang bercampur antara parfum dan keringat sepulang kerja selalu aku tunggu, membuktikan bahwa kamu lelaki tangguh yang berjuang untukku dan anak kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun