Mohon tunggu...
Ratna Tongae
Ratna Tongae Mohon Tunggu... Guru - Guru MI INSAN KAMIL NGGORANG MANGGARAI BARAT

Membaca adalah langakah terbaik dalam hidup

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kerajinan Anyam Tikar sebagai Pelestarian Kearifan Lokal Masyrakat Rekas, Kebupaten Manggarai Barat

5 Desember 2023   16:33 Diperbarui: 6 Desember 2023   18:55 1184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

                                                                                                                                           KARYA ILMIAH

    KERAJINAN ANYAM TIKAR SEBAGAI PELESATARIAN KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT REKAS, KABUPATEN  MANGGARAI BARAT


                                                                                                                                                          OLEH

                                                                                                                                  RATNA TONGAE, S.Pd.SD

PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA KABUPATEN MANGGARAI BARAT
                                                                                                                                                 TAHUN 2020

                                                                                                                            BAB I PENDAHULUAN

Indonesia adalah negara yang kaya akan khas budaya yang berasal dari beragam adat istiadat dan suku bangsa, sehingga dapat melahirkan berbagai macam seni salah satunya adalah seni kerajinan. Kerajinan adalah hasil budaya  Indonesia yang telah  ada sejak zaman nenek moyang. Pada awalnya kerajinan timbul dari dorongan manusia itu sendiri dengan membuat alat- alat kebutuhan sehari-hari seperti kerajinan anyam.

Kerajinan anyam adalah hasil kegiatan membuat suatu barang dengan cara menganyam bahan-bahan tertentu disertai ketekunan, ketelitian dan kecakapan yang mempunyai nilai-nilai keindahan. Sampai saat ini,kerajinan anyam merupakan salah satu bentuk kerajinan yang terus dihasilkan oleh sebagian masyarakat Indonesia dengan ciri khas bentuk dan ornamen beragam dengan menggunakan bahan yang tersedia di alam, baik bambu, pandan, rotan dan mendong. Produk kerajinan anyam dalam kehidupan manusia, selain sebagai pemenuhan kebutuhan fungsional dalam arti fisik, tetapi kehadirannya juga dalam memenuhi kebutuhan estetik. Oleh karenanya jenis barang yang diproduksi menjadi sangat bervariasi, mulai dari perlengkapan kebutuhan rumah tangga yang bersifat tradisional sampai produk-produk aksesoris interior, maupun cendera mata (Syamsudin, n.d).

Teknik menganyam dikenal hampir di seluruh daerah di Indonesia, benda anyaman digunakan sebagai peralatan sehari-hari pada masyarakat pedesaan. Dengan variasi bentuk dan motif yang berbeda-beda setiap daerahnya. Salah satu daerah yang terkenal di NTT sebagai daerah pengrajin anyaman tikar adalah Kabupaten Manggarai Barat khususnya Kecamatan Mbeliling, Desa Rekas. Kabupaten Manggarai Barat memang terkenal sebagai daerah pariwisata premium. Selain terkenal  sebagai  daerah  pariwisata,  Kabupaten  Manggarai  Barat  juga  sebagai  daerah pengarajin anyam tikar terutama masyarakat di Kecamatan Mbeliling Desa Rekas. Di tangan para pengrajin di Desa Rekas, tanaman pandan berduri diolah menjadi kerajinan seni berupa anyaman tikar atau loce (Bahasa daerah Manggarai Barat).

Dalam     bahasa     Manggarai,     tikar     dikenal     dengan     istilah Loce. Sudah     jelas bahwa Loce merupakan  satu  kesatuan  yang  tidak  dapat  dilepaskan  dari  kehidupan  orang Manggarai. Nahh di Manggarai, dari barat hingga timur Manggarai, loce menjadi sangat akrab
dengan kehidupan masyarakat. Selain fungsi umum tikar/loce yang disebutkan di atas, loce juga memiliki fungsi khusus, misalnya dalam upacara perkawinan orang Manggarai, digunakan sebagai alas duduk ketika menerima tamu keluarga dalam proses masuk minta, dan beberapa yang lainya. Dalam    catalog    Pameran    Etnik    2009    yang    berjudul    "Tikar,    Karya    Seni    Wanita Manggarai" disebutkan bahwa loce merupakan hasil karya seni  yang dibuat oleh perempuan manggarai. Hanya saja tidak diketahui mulai dari kapan karya seni ini mulai dibuat. Namun yang pasti, ketika teknologi sudah ditemukan, orang-orang manggarai semakin bergelut dengan alam untuk terus mencari bahan-bahan yang dapat digunakan untuk menunjuang hidup mereka.

1.2 Tujuan

A. Mengidentifikasi dan mendokumentasikan teknik anyaman tikar tradisional yang digunakan oleh masyarakat Rekas.
B. Mempelajari nilai-nilai budaya dan kearifan lokal yang terkandung dalam proses pembuatan tikar.
C.  Memahami peran tikar dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Rekas dan bagaimana itu mencerminkan kearifan lokal.

1.3 Manfaat

A.  Memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang teknik anyaman tikar tradisional, nilai-nilai budaya, dan kearifan lokal yang terkandung dalam proses pembuatan tikar. Hal ini dapat membantu menjaga dan memperkuat warisan budaya masyarakat Rekas.
B.  Menyediakan data dan informasi yang dapat digunakan untuk mengembangkan strategi pemberdayaan ekonomi lokal melalui kerajinan anyam tikar. Pengembangan usaha kerajinan ini dapat menjadi sumber pendapatan tambahan bagi masyarakat setempat.
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Kerajinan Anyam

Kerajinan anyam adalah bentuk seni dan keterampilan yang melibatkan penggunaan bahan-bahan yang dapat dianyam atau disusun secara bersilangan untuk membuat berbagai produk. Teknik anyaman telah menjadi bagian dari berbagai budaya di seluruh dunia dan digunakan untuk membuat berbagai macam barang, mulai dari kerajinan tangan hingga produk fungsional. Kerajinan anyam tidak hanya berfungsi secara praktis, tetapi juga sering kali memiliki nilai seni dan kearifan lokal yang mendalam. Melibatkan diri dalam kerajinan anyam dapat membantu melestarikan tradisi budaya, mendorong pemberdayaan ekonomi lokal, dan menciptakan produk unik dengan keindahan artistik tersendiri.

Anyaman adalah teknik membuat karya seni rupa yang dilakukan dengan cara menumpang tindihkan (menyilangkan) bahan anyam yang berupa lungsi dan pakan. Lungsi merupakan bahan anyaman yang menjadi dasar dari media anyam, sedangkan pakan yaitu bahan anyaman yang digunakan sebagai media anyaman dengan cara memasukkannya ke dalam bagian lungsi yang sudah siap untuk dianyam. Bahan-bahan anyaman dapat dibuat dari tumbuh-tumbuhan yang sudah dikeringkan, seperti lidi, rotan, akar, dan dedaunan untuk dijadikan suatu rumpun yang kuat (tampar).

Sedangkan alat yang digunakan untuk mengayam masih sangat sederhana seperti pisau pemotong, pisau penipis, dan catut bersungut bundar. Berdasarkan bentuknya, anyaman dibagi menjadi dua, yaitu anyaman dua dimensi, yaitu anyaman yang hanya memiliki ukuran panjang dan lebar saja, kalaupun seandainya memiliki ketebalan, ketebalan tersebut tidak terlalu diperhitungkan. Anyaman tiga dimensi, yaitu anyaman yang memiliki ukuran panjang, lebar, dan tinggi (Dekrnas, 2014:136). Berdasarkan cara membuatnya, anyaman dibagi menjadi tiga, yaitu:

a.   Anyaman datar (Sasak), yaitu anyaman yang dibuat datar, pipih, dan lebar. Jenis kerajinan ini banyak digunakan untuk tikar, dinding rumah tradisional, dan pembatas ruangan.
b.Anyaman  miring  (Serong),  yaitu  anyaman  yang  dibuat  miring,  bias  berbentuk  dua dimensiatau tiga dimensi. Jenis kerajinan ini banyak digunakan untuk keranjang, tempat tape, dan lain sebagainya.
c.   Anyaman persegi (Truntum), yaitu anyaman yang dibuat dengan motif persegi, bisa segi tiga, segi empat, segi delapan, dan seterusnya. Anyaman ini bisa berbentuk dua dimensi atau tiga dimensi. Berdasarkan tekniknya, anyaman dibagi menjadi dua, yaitu:
*  Anyaman rapat, yaitu anyaman yang dibuat secara rapat.

*  Anyaman jarang, yaitu anyaman yang dibuat secara jarang (renggang) (Mutmainah,

2014).

2.2 Kearifan Lokal

Dalam pengertian kamus, kearifan lokal (local wisdom) terdiri dari dua kata: kearifan (wisdom) dan lokal (local). Dalam Kamus Inggris Indonesia John M. Echols dan Hassan Syadily, local berarti setempat, sedangkan wisdom (kearifan) sama dengan kebijaksanaan. Secara umum maka local wisdom (kearifan setempat) dapat dipahami sebagai gagasan-gagasan setempat (local) yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik, yang tertanam dan diikuti oleh anggota masyarakatnya. Kearifan lokal atau local wisdom merupakan usaha manusia dengan menggunakan akal budinya (kognisi) untuk bertindak dan bersikap terhadap sesuatu, objek, atau peristiwa yang terjadi dalam ruang tertentu.

Sebagai sebuah istilah wisdom sering diartikan sebagai 'kearifan/ kebijaksanaan', di mana wisdom dipahami sebagai kemampuan seseorang dalam menggunakan akal pikirannya dalam bertindak atau bersikap sebagai hasil penilaian terhadap sesuatu, objek, atau peristiwa yang terjadi. Local secara spesifik menunjuk pada ruang interaksi terbatas dengan sistem nilai yang terbatas. Sebagai ruang interaksi di dalamnya melibatkan suatu polapola hubungan antara manusia dengan manusia atau manusia dengan lingkungan fisiknya. Secara substansial, kearifan lokal itu adalah nilai-nilai yang berlaku dalam suatu masyarakat. Nilai-nilai yang diyakini kebenarannya dan menjadi acuan dalam bertingkah-laku sehari-hari masyarakat setempat (Ridwan, 2007).

Dalam disiplin antropologi dikenal istilah local genius. Local genius ini merupakan istilah yang mula pertama dikenalkan oleh Quaritch Wales. Para antropolog membahas secara panjang lebar pengertian local genius ini, antara lain Haryati Soebadio mengatakan bahwa local genius adalah juga cultural identity, identitas/kepribadian budaya bangsa yang menyebabkan bangsa tersebut mampu menyerap dan mengolah kebudayaan asing sesuai watak dan kemampuan sendiri. Sementara Moendardjito mengatakan bahwa unsur budaya daerah potensial sebagai local genius karena telah teruji kemampuannya untuk bertahan sampai sekarang dengan ciri-ciri antara lain:
mampu bertahan dan mengakomodasi terhadap budaya luar kemudian mengintegrasikan unsur budaya luar ke dalam budaya asli dan memberi arah pada perkembangan budaya (Sartini, 2004). Keraf (2002) menegaskan bahwa kearifan lokal adalah semua bentuk pengetahuan, keyakinan, pemahaman atau wawasan serta adat kebiasaan atau etika yang menuntun perilaku manusia dalam kehidupan di dalam komunitas ekologis.

Semua bentuk kearifan lokal ini dihayati, dipraktekkan, diajarkan dan diwariskan dari generasi ke generasi sekaligus membentuk pola perilaku manusia terhadap sesama manusia, alam maupun gaib (Suhartini, 2009). Jadi bila berbicara mengenai kearifan atau kejeniusan lokal (local wisdom atau local genius) tidak bisa lepas dari budaya dan nilai-nilai yang melingkupinya. Budaya dapat dipandang sebagai latar bagai suatu tipe manusia yang bersifat normatif bagi kelompok tertentu yang melahirkan gaya hidup yang berbeda dengan lainnya. Budaya juga nerupakan latar yang mengejewantahkan perilaku dan karya manusia yang memberikan sumbangan bagi gaya hidup yang mempunyai ciri khas yang kemudian menyatu dan melekat pada kehidupan bersama. (Rohidi, 2000).

Dalam masyarakat kita, kearifan-kearifan lokal dapat ditemui dalam nyayian, pepatah, sasanti, petuah, semboyan, dan kitab-kitab kuno yang melekat dalam perilaku sehari-hari. Kearifan lokal biasanya tercermin dalam kebiasaan-kebiasaan hidup masyarakat yang telah berlangsung lama. Keberlangsungan kearifan lokal akan tercermin dalam nilai-nilai yang berlaku dalam kelompok masyarakat tertentu. Nilai-nilai itu menjadi pegangan kelompok masyarakat tertentunyang biasanya akan menjadi bagian hidup tak terpisahkan yang dapat diamati melalui sikap dan perilaku mereka sehari-hari. (Ridwan: 2007).

Salah satu karya (budaya) manusia yang dimaksudkan disini dapat diwujudkan dalam bentuk karya seni yang mengakomodasi gaya hidup manusia tersebut. Dengan demikian karya seni merupakan bagian terpenting dari budaya dan memberikan ciri khas dan indentitas suatu kelompok masyarakat tertentu. Salah satu karya hasil budaya manusia adalah kerajinan anyam sehingga karya seni merupakan bagian intergral dari budaya secara menyeluruh dengan pengertian bahwa kesenian terintegrasi secara struktural dan kejiwaan dalam sistem kebudayaan.
2.3 Tikar

Tikar adalah hasil anyam yang biasanya dipakai sebagai alas duduk atau tidur, tikar biasanya dibuat dari daun kelapa, pandan, palstik atau bahan lainnya. Untuk masyarakat Manggarai Barat ksususnya Desa Rekas, Kecamatan Mbeliling membuat kerajinan tradisional menggunakan daun pandan berduri untuk menghasilkan tikar atau loce.

Tikar pandan tergolong kerajinan tangan yang membutuhkan waktu lama untuk menganyamnya. Pandan yang dipotong dari pokoknya, disisir sesuai keinginan besar kecilnya, dijemur, lalu baru dianyam. Butuh waktu lebih kurang seminggu jika matahari benar-benar terik untuk mengubah daun pandan hijau menjadi putih. Semakin lama dijemur maka semakin bagus kualitas tikar pandan tersebut. Daun pandan yang sudah kering itu bertambah kuat dan susah rapuh jika intensitas cahayanya mencukupi. Jika ingin tikar bervariasi, bisa saja ditambahkan pewarna alami dengan catatan tidak membuat daun pandan cepat berjamur dan putus jika ditarik.

Proses menganyam daun pandan menjadi tikar utuh juga membutuhkan waktu lama. Proses ini sangat tergantung pada besar kecil tikar yang sedang dianyam. Semakin besar tikar yang ingin dihasilkan maka semakin lama waktu  yang dibutuhkan untuk menyelesaikan satu anyaman. Demikian sebaliknya. Produksi tikar pandan semakin berkurang dari waktu ke waktu. Pengalaman ini setidaknya menjadi perhatian pihak terkait supaya kembali digalakkan. Kita mudah saja mendapatkan pandan tumbuh liar di perkampungan atau di pinggir hutan. Lagi pula pembuatan tikar pandan tidak membutuhkan mesin maupun alat bantu lain sehingga mudah dikendalikan komoditinya. Pengayaman tikar pandai hanya membutuhkan keahlian dan pembiasaan. Semakin terbiasa maka semakin rapi tikar yang dihasilkan.
BAB III

PEMBAHASAN

3.1  Cara Pembuatan

Loce dibuat dengan bahan dasar Re'a  atau yang sering kita kenal dengan istilah daun pandan. Proses pembuatan itu sendiri diberi nama Rojok/Nanang. Tahap-tahap pengerjaannya adalah sebagai berikut:
a.  Re'a dipotong dari pohonnya.

b.Setelah dipotong, re'a dibersihkan dengan cara dikeluarkan duri dengan menggunakan pisau
c.   Permukaan re'a diraut menggunakan belahan bamboo atau koes dengan cara dihaluskan berulang kali hingga permukaan menjadi lembut.. Bhuka, atau menggulung daun yang sudah lembut.
d.  Setelah bhuka, daun tersebut akan direbus hingga mendidih.

e.  Apabila ingin re'a tersebut tersebut berwarna putih bersih, maka akan direndam di sungai yang mengalir selama satu malam. Namun jika menginginkan berwarna hitam atau coklat, maka re'a direndam di kubangan lumpur atau kubangan kerbau selama satu malam juga.
f.   Sehabis direndam, maka dijemur dan setelah kering dijemur akan diraut ulang hingga lembut.
g.   Lata, atau re'a disayat dan kemudian disesuaikan lebar daun sesuai dengan kebutuhan.

h.  Bagian dalam daun atau kone dikeluarkan setelah disayat. Istilah dikeluarkan tersebut adalah cuat. Pewarnaan menggunakan pewarna dari ramuan tradisional. Lalu dijemur.
i.Proses selanjutnya adalah dianyam. Proses ini seringnya memakan waktu dari 1-2 minggu, dan tergantung pada musim kerja. Penganyaman ini dilakukan di waktu luang sembari menunggu musim tanam. Proses penganyaman dilakukan di halaman rumah atau di teras rumah. Setelah dianyam, maka selanjutnya adalah memasang hiasan pada keempat sisi tikat  menggunakan  kain  warna  merah.  Tikar  yang  sudah  dipasang  hiasan  tersebut disebut loce umpuk.

3.2 Pantangan

Ketika masa lampau, para gadis penganyam tikar biasa memanfaatkan malam terang bulan (waktu itu belum ada penerang listrik). Mereka selalu duduk bersama di halaman kampung untuk menganyam atau sekedar meraut daun pandan. Kesempatan ini tidak dimanfaatkan secara sembarangan oleh muda/mudi untuk memadu kasih.
Beberapa pantangan dalam membuat tikar (rojok) adalah yang pertama, ketika ada warga kampung yang meninggal, maka para pengrajin tikat dilarang untuk menganyam ataupun mempersiapkan  semua  bahan  untuk  menenun  tikar.  Pantangan  lain  adalah,  daun  pandan atau re'a yang sudah dipersiapkan tidak boleh dilanggar. Apabila dilanggar, maka dipercaya daun- daun yang telah dipersiapkan itu akan mudah rapuh dan akhirnya putus.

3.3 Pewarna

Masa-masa lampai, orang-orang Manggarai menggunakan pewarna-pewarna alami untuk membuat tikar menjadi berwarna. Mereka menggunakan kulit pohon sejenis damar hutan, yang dalam bahasa Manggarai disebut haju cepang dan haju nara. Untuk menghasilkan warna coklat dan merah, masyarakat menggunakan cepang yang dicincang kemudian direbus bersama dengan daun  pandan.  Sedangkan  untuk  membuat  warna  hitam,  masyarakat  membuatnya  dari  kulit pohon nara,  tao untuk  warna  biru,  daun  pohon lait untuk  warna  kuning,  menggunakan haju uwu untuk membuat warna ungu, dan pelepah pisang yang sudah tua untuk membuat warna hitam.
Sayang sekali penggunaan pewarna-pewarna alamiah tersebut sudah tidak berlaku zaman ini karena pewarna-pewarna alamiah tersebut sudah digeser oleh pewarna buatan seperti kesumba yang oleh orang banyak mudah untuk dijumpai di toko-toko.

3.4 Tikar Dalam Kehidupan Sosial Masyarakat.

Umumnya dalam kehidupan orang Manggarai, tikar dipakai untuk mengalas tempat duduk. Cara menggunakannya adalah dengan dibentangkan di lantai atau dek rumah panggung. Tikar juga bisa digunakan untuk alas tidur. Ketika menerima tamu, tuan rumah langsung membentang tikar sambil  mempersilahkan  tamu  untuk  duduk.  Istilahnya  dalam  bahasa  Manggarai  disebut dengan wisi loce.
Dalam  setiap  upacara  ada  Manggarai,  yang  dilaksanakan  di  rumah  adat  (mbaru gendang maupun rumah tinggal lainnya, orang Manggarai tidak pernah menggunakan meja, kursi, sofa ataupaun yang lainnya. Mereka hanya menggelar tikar dan melangsungkan upacara adat dengan beralaskan tikar.

4.1 Kesimpulan

BAB IV PENUTUP

A.  Kerajinan anyam adalah hasil kegiatan membuat suatu barang dengan cara menganyam bahan-bahan tertentu disertai ketekunan, ketelitian dan kecakapan yang mempunyai nilai- nilai keindahan.
B.  Dalam     bahasa     Manggarai,     tikar     dikenal     dengan     istilah Loce. Sudah     jelas bahwa Loce merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dilepaskan dari kehidupan orang Manggarai.
C.  Umumnya dalam kehidupan orang Manggarai, tikar dipakai untuk mengalas tempat duduk.

Cara menggunakannya adalah dengan dibentangkan di lantai atau dek rumah panggung. Tikar juga bisa digunakan untuk alas tidur. Ketika menerima tamu, tuan rumah langsung membentang tikar sambil mempersilahkan tamu untuk duduk. Istilahnya dalam bahasa Manggarai disebut dengan wisi loce.
4.2 Saran

A. Masyarakat  Manggarai   sebaiknya  terus  mempertahankan   dan  melestarikan penggunaan tikar sebagai bagian integral dari kehidupan sehari-hari mereka. Hal ini dapat dilakukan melalui inisiatif komunitas, pendidikan lokal, dan program-program pelestarian tradisi.
B.  Mengingat pentingnya tikar dalam kehidupan sosial Manggarai, penelitian lebih lanjut dapat dilakukan untuk mendalami aspek-aspek kultural, sejarah, dan seni yang terkait dengan penggunaan tikar. Penelitian ini dapat memberikan wawasan yang lebih mendalam tentang peran tikar dalam kehidupan masyarakat tersebut.
C.  Penggunaan tikar dan tradisi seputar tikar dapat dijadikan daya tarik wisata berbasis budaya. Promosi pariwisata yang berfokus pada kehidupan sehari-hari dan tradisi masyarakat Manggarai dapat membantu mendukung ekonomi lokal dan membangun kesadaran akan kekayaan budaya mereka.
DAFTAR PUSTAKA

https://chat.openai.com/c/1f16e6b3-1e29-4102-aca1-063a12529ee4 https://petualanglabil.blogspot.com/2015/11/tenun-tikar-kabupaten-manggarai.html https://jurnal.umj.ac.id/index.php/semnastan/article/viewFile/2269/1886 https://core.ac.uk/download/pdf/267899307.pdf https://www.kompasiana.com/bairuindra/54f37b83745513992b6c77df/anyaman-tikar-pandan https://chat.openai.com/c/76d416de-c5f5-423d-a85b-4d9f312acaae


                                                                                                                                LAMPIRAN


whatsapp-image-2023-12-04-at-10-26-22-656d390bc57afb35941df272.jpeg
whatsapp-image-2023-12-04-at-10-26-22-656d390bc57afb35941df272.jpeg

whatsapp-image-2023-12-04-at-10-26-04-656d392ec57afb3c684f4173.jpeg
whatsapp-image-2023-12-04-at-10-26-04-656d392ec57afb3c684f4173.jpeg
Dokpri
Dokpri

                                 Dokumentasi Penyerahan Karya Ilmiah di Perpustakaan Daerah Manggarai Barat Sebagai Bentuk Publikasi

Dokpri
Dokpri

Dokpri
Dokpri

Dokpri
Dokpri

Dokpri
Dokpri

Dokpri
Dokpri

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun