Mohon tunggu...
Ratna Sari Dewi
Ratna Sari Dewi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi jurusan Ilmu Al Quran dan Tafsir

Ibu rumah tangga yang juga mahasiswi jurusan Ilmu Al Quran dan Tafsir di STAI Tasikmalaya, mempunyai hobi bersepeda dan juga menulis, menulis apa yang ingin ditulis...trip, pendidikan, sosial budaya, karya sastra, dll.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Syekh Abdul Qadir Al Jailani dan Karya Tafsirnya

25 Mei 2024   08:36 Diperbarui: 25 Mei 2024   08:43 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Bincangsyariah

1. Biografi Historis

 Shekh Abdul Qadir Al-Jailani lahir di Jaelan, sebelah selatan laut Kaspia Iran pada tahun 1077 M/470 H. Para ahli sejarah berbeda pendapat, ada pula yang menyebutnya lahir di Banq yang termasuk wilayah Jailan. Nama lengkap dan silsilah beliau adalah Shekh Abu Muhammad Muhyiddin Abdul Qadir al- Jailani r.a bin Abi Shalih as Sayyid Musa bin Junki Dausit bin as Sayyid Abdullah al Jili Ibnu as Sayyid Yahya az Zahid bin as Sayyid Muhammad bin as Sayyid Dawud bin as Sayyid Musa bin as Sayyid Abdullah bin as Sayyid Musa al Juni. Masa kecil beliau habiskan dengan menggembala ternak dan bekerja di bidang pertanian karena keluarga beliau tergolong keluarga miskin.

Ketertarikannya pada ilmu mengantarkanya untuk merantau ke Baghdad yang kala itu menjadi pusat peradaban dan pengetahuan islam. Tidak hanya cukup disitu, beliau melanjutkan pengembaraannya mengarungi sahara Irak selama 25 tahun dan menjalani kesederhanaan dalam upaya pembersihan jiwa. Tidak heran beliau menjadi kiblat para pecinta kajian tasawuf. Tidak diketahui secara pasti mengenai riwayat pendidikan beliau. Namun, dalam potongan- potongan riwayat tentangnya beliau banyak menghabiskan waktu mengasingkan diri di sebuah menara di pinggiran kota Baghdad selama beberapa tahun karena banyak terjadi krisis moralitas yang mengguncangnya kala itu.

Setelah dalam pengasingan, beliau pun kembali lagi menimba ilmu untuk mendalami fikih, hadist, adab dan ulumul quran serta tasawuf. Kecintaannya pada ilmu hampir membuatnya lupa akan kewajibannya berumah tangga dan  beliau pun menikah diusia lanjut dan mempunyai empat istri, empat puluh sembilan anak.

Al Jailani wafat pada malam sabtu, tanggal 10 Rabiul al-Tsani 561 H bertepatan dengan 13 februari 1166M pada usia 91 tahun. Beliau mewariskan pemikiran dalam berbagai kitab. Keturunannya mendirikan suatu tarekat yang dikenal dengan tarekat Qodariyah.

2. Karya-Karya Al Jailani

1.Al Gunyah Thalibi Thariq al-Haqiqi 'Azza wa Jalla

2.Al-Fath ar-Rabbani wa al-Faid ar-Rahmani

3.Yawakit al-Hikam

4.Ar-Rasail

5.Tafsir al-Jailani

6.Sirr al-Asrar fi Ma Yahtaj ilayh al-Abrar

7.Futuh al-Ghaib

8.Jalla al-Khatir

9.Asrar al-Asrar

10.Ash-Shalawat wa al-Aurad

11.Al-Amr al-Muhkam

12.Ushul as-Saba

13.Mukhtashar Ulumuddin

14.Ushul ad-Din

15.Al-mawahib ar-Ramaniyya wa al-Futuh ar-Rabbaniyya fi Maratib al-Akhlaq as-Saniya wa al-Maqamat al-Irfaniyya

16.Al-Fuyudat ar-Rabbaniyyah fi al-Aurad al-Qadiriyyah

17.Bahjah al-Asrar

18.Aurad Shaikh Abdul Qadir

19.Malfuzdat

20.Khamsata Asyara Maktuban

21.Ad-Diwan dan lainnya

3. Kontroversi dalam  penafsiran

 Muhammad Fadhil Al Jailani, yaitu cucu ke-25 dari Shaikh Abdul Qadir Al Jailani melakukan ekspedisi di berbagai belahan dunia. Salah satunya adalah di perpustakaan Vatikan  Italia. Setelah pencariannya ditemukanlah naskah sebanyak 6 jilid yang tebal dan di dalamnya ada gelar dari Sang Filosof Islam atau Shekh al islam wa al-Muslimin dan gelar ini hanya ditemukan di Vatikan yang kemudian menjadi kontroversi dari kitab tafsir al Jailani.

4. Guru-guru

A.Dalam ilmu Hadist beliau belajar kepada ;

1.Abu Ghalib Muhammad ibn al Hasan al-Baqilani

2.Abu Bakar Ahmad ibn Bayan al-Razaq

3.Abu al Qasim Ali ibn Muzhaffar

4.Abu Muhammad Ja'far ibn Ahmad al-Siraj

5.Abu Sa'd Muhammad ibn al-Khusyaisyi

6.Abu Thalib ibn Yusuf, Abul Ghanim Muhammad bin Alin bin Maimun al-Farisi

7.Abu Qasim Ali bin Ahmad bin Banan al-Karkhi

8.Abu al-Barakat Hibabatullah Ibnul Mubarak

9.Abdul 'Izz uhammad bin Mukhtar

10.Abu Nashr Muhammad, Abu Ghalib Ahmad, Abu Abdillah Yahya

11.Abu al-Hasan bin al-Mubarak bin Thuyur

12.Abu Manshur Abdurrahman al-Qanzaz

13.Abu al-Barakat Thalhah al-Aquli dan lainnya

B.Dalam bidang tasawuf, Al Jailani belajar kepada ;

1.Abu Muhammad Ja'far ibn Ahmad al-Siraj

2.Shaikh Hammad ibn Muslim al-Dibbas

3.Al-Qadi ABu Sa'd al-Mubaraq ibn Ali al-Muharrami

C.Dalam ilmu fiqih beliau pernah berguru kepada ;

1.Syaikh Abu al-Wafa Ali bin 'Aqil bin Muhammad bin 'Aqil bin'Abdullah al-Baghdadi al-Zarid

2.Syaikh Abu al-Khatab bin Ahmad bin Hasan al-Iraqi al-Kalwazani

D.Dalam ilmu sastra dan bahasa beliau belajar kepada Abu Zakariya Yahya bin Ali at-Tabrizi

5. Metode Dan Corak Penafsiran

 Metode penafsiran tafsir AL-Jailani adalah tafsir dirayah atau tafsir yang basisnya pada penalaran akal mufassir dengan bercorak tasawuf (sufistik). Ini bisa dilihat dari cara menafsirkannya dengan menggunakan nalar sufistik penafsir. RIwayat yang ditampilakan hanya sebagai penegas bahwa penafsiran itu muncul sebagaimana riwayat yang ada dan tidak menampilkan berbagai riwayat dengan perbandingan pendapat perawi seperti tafsir bi al-riwayah pada umumnya.

6. Mazhab kalam dan Fiqih

 Shaikh Abdul Qadir Al-Jailani tidak secara khusus menganut salah satu mazhab kalam tertentu, tapi beliau dikenal sebagai sufi yang memiliki pengaruh besar dalam dunia tasawuf. Dalam tafsir al Jailani, mazhab kalam digunakan untuk memperkuat pemahaman tenjang ajaran al Quran. Beliau menggabungkan pemikiran kalam dengan aspek sufistik dan fikih. Fikih digunakan untuk menguraikan implikasi praktis dari ayat al Quran yang di dalamnya tidak hanya mengeksplorasi makna teologis, tapi juga memberikan panduan konkret bagaimana mengamalkan ajaran tersebut.

7. Sistematika Penyajian

 Al Jailani Menyusun surat dan ayat-ayat al Quran secara berturut-turut dengan menghubungkan satu dengan yang lain. Di setiap surat, ia membuat mukodimah yang disebut dengan "pendahuluan surat" (fatihah as-surah), lalu menutupnya dengan bagian "penutup surah" (khatimah as-surah). Di bagian ini pula al-Jailani menempatkan ringkasan isi surat tersebut. Selain itu beliau juga seringkali menyisipkan doa-doa dan nasihat-nasihat di bagian penutup surat.

8. Pemaduan antara syariat dan hakikat

 Yang menjadi konsep lahir dalam ajaran tasawuf Syekh Abdul Qadir Al-Jailani adalah aspek formal dalam ajaran fikih. Sedangkan yang menjadi konsep batin merupakan substansi dalam tasawuf. Selanjutnya konsep lahir disebut ajaran syariat, dalam istilah tasawufnya. Sementara konsep batinnya disebut hakikat. Tafsir ini tidak hanya mengandalkan ilmu dan pemahaman semata seperti tafsir lazimnya, namun mengajak kita untuk lebih menyelami kedalaman makna firman Allah dan menggali hakikat serta makna yang tersembunyi di dalamnya dan disandarkan pada inspirasi-inspirasi yang dapat menghidupkan ruh dan ketakwaan.

9. Contoh tafsir Al Jilani

*Memaknai  { }

Imam Ibn Kastir memaknai sabar pada penggalan surah Al-'Ashr adalah perintah untuk bersabar atas musibah dan bencana atau tabah terhadap seseorang menolak untuk diajak kepada kebaikan dan menjauhi keburukan:

{ }

Sementara Abdul Qadir Al-Jailani memaknai ayat tersebut sebagai bentuk perintah kesabaran terhadap sulitnya berlaku taat, lelahnya riyadah, beratnya bersikap lebih dari kebiasaan umum, dan sukarnya meninggalkan kegemaran hewani (bagi mereka yang punya sifat nafsu kuat).

( [: 3] .

Dari contoh di atas terlihat perbedaannya, Abdul Qadir Al-Jailani memiliki pemaknaan ayat al-Quran secara mendalam dan tidak terlalu fokus terhadap hukum fikih yang terkandung di dalamnya. Hal ini wajar sebab beliau merupakan salah satu ulama yang membidangi dirinya pada ilmu tasawuf. Pada awal pengantar kitabnya beliau berpesan kepada para pembaca dan pengkajinya:

"Dimohon dengan hormat terhadap saudara-saudara dan orang-orang yang menuju kesunyian, agar memaknai tafsir ini dengan kaca mata hikmah, tidak dengan sudut pandang logika. Juga dengnan rasa, perhatian, tidak dengan dalil dan petunjuk. Juga dengan terbukanya mata hati dan pikiran, tidak dengan dugaan dan perhitungan".

Tafsir al Jailani merupakan tafsir yang bercorak sufi yang diakui dan diterima banyak kalangan dan menjadi rujukan tasawuf Tingkat tinggi. Kitab ini juga memiliki kedalaman sufistik, yaitu memaknai ayat al Quran dengan nilai-nilai kesufian.

Sumber :

Jurnal UIN SGD Bandung ; https://etheses.uinsgd.ac.id/7429/4/BAB%20III.pdf

Mengenal Syekh Abdul Qadir Al-Jailani & Tasawuf Akhlaki Ajarannya (tirto.id)

Mengenal Tafsir Sufi, Tafsir Al-Jailani | Tebuireng Online

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun