6. Mazhab kalam dan Fiqih
 Shaikh Abdul Qadir Al-Jailani tidak secara khusus menganut salah satu mazhab kalam tertentu, tapi beliau dikenal sebagai sufi yang memiliki pengaruh besar dalam dunia tasawuf. Dalam tafsir al Jailani, mazhab kalam digunakan untuk memperkuat pemahaman tenjang ajaran al Quran. Beliau menggabungkan pemikiran kalam dengan aspek sufistik dan fikih. Fikih digunakan untuk menguraikan implikasi praktis dari ayat al Quran yang di dalamnya tidak hanya mengeksplorasi makna teologis, tapi juga memberikan panduan konkret bagaimana mengamalkan ajaran tersebut.
7. Sistematika Penyajian
 Al Jailani Menyusun surat dan ayat-ayat al Quran secara berturut-turut dengan menghubungkan satu dengan yang lain. Di setiap surat, ia membuat mukodimah yang disebut dengan "pendahuluan surat" (fatihah as-surah), lalu menutupnya dengan bagian "penutup surah" (khatimah as-surah). Di bagian ini pula al-Jailani menempatkan ringkasan isi surat tersebut. Selain itu beliau juga seringkali menyisipkan doa-doa dan nasihat-nasihat di bagian penutup surat.
8. Pemaduan antara syariat dan hakikat
 Yang menjadi konsep lahir dalam ajaran tasawuf Syekh Abdul Qadir Al-Jailani adalah aspek formal dalam ajaran fikih. Sedangkan yang menjadi konsep batin merupakan substansi dalam tasawuf. Selanjutnya konsep lahir disebut ajaran syariat, dalam istilah tasawufnya. Sementara konsep batinnya disebut hakikat. Tafsir ini tidak hanya mengandalkan ilmu dan pemahaman semata seperti tafsir lazimnya, namun mengajak kita untuk lebih menyelami kedalaman makna firman Allah dan menggali hakikat serta makna yang tersembunyi di dalamnya dan disandarkan pada inspirasi-inspirasi yang dapat menghidupkan ruh dan ketakwaan.
9. Contoh tafsir Al Jilani
*Memaknai  { }
Imam Ibn Kastir memaknai sabar pada penggalan surah Al-'Ashr adalah perintah untuk bersabar atas musibah dan bencana atau tabah terhadap seseorang menolak untuk diajak kepada kebaikan dan menjauhi keburukan:
{ }
Sementara Abdul Qadir Al-Jailani memaknai ayat tersebut sebagai bentuk perintah kesabaran terhadap sulitnya berlaku taat, lelahnya riyadah, beratnya bersikap lebih dari kebiasaan umum, dan sukarnya meninggalkan kegemaran hewani (bagi mereka yang punya sifat nafsu kuat).