Mohon tunggu...
Ratna Dee
Ratna Dee Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi jurusan Ilmu Al Quran dan Tafsir

Ibu rumah tangga yang juga mahasiswi jurusan Ilmu Al Quran dan Tafsir di STAI Tasikmalaya, mempunyai hobi bersepeda dan juga menulis, menulis apa yang ingin ditulis...trip, pendidikan, sosial budaya, karya sastra, dll.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Lembayung di Senja Ungu

14 Maret 2023   15:16 Diperbarui: 14 Maret 2023   15:18 455
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://pxhere.com/id/photo/1511633

Berharap menoleh dan menyambutku,

Menari di bawah lembayung di senja ungu.

Senyum simpul tatkala puisi itu dibaca. Saat  itu, hubungan Danur dan Jamal ditentang orangtua Danur karena Danur masih SMP. Jamal bahkan tidak percaya bahwa Danur hanyalah bocah ingusan yang masih duduk di kelas 3 SMP. Karena badannya yang bongsor jika dibandingkan dengan anak-anak lain seusianya. Entah bagaimana Jamal sekarang, Danur bahkan tidak tahu asalnya dari mana. Lamunan menghanyutkan alam pikirannya. Namun suara ayahnya membuatnya terkejut.

"Danur, anak ayah...", Sapa ayahnya sambil memeluk dengan pelukan hangat yang memenuhi relung hati yang sudah rindu akan sosok anaknya itu.

"Ayah, Danur kangen...maafkan Danur, baru kali ini Danur bisa berkunjung", Sahut Danur sambil memandang ibu tirinya yang ikut berdiri di sebelah ayahnya. Ibu tirinya tersenyum

"Syukurlah, kalian sudah bertemu, ayo kita makan nak...", sahut Rasmi sambil merangkul pundak Danur dan mengajaknya ke meja makan. Suasana menjadi hangat setelah kedatangan Danur, ayahnya sangat senang dan tidak ingin melewatkan kebersamaan dengan putrinya itu.

Pagi yang indah, di tengah-tengan perbukitan dan kebun teh. Danur tidak bisa menghilangan kebiasaannya untuk sekedar duduk di tepi jalan dekat perbukitan yang luas menikmati keindahan pemandangan hijau di depannnya itu. Sampai-sampai dia lupa waktu kalau senja sudah menyinari kelopak matanya. Dia bergegas untuk pulang ke rumah karena takut ayahnya khawatir. Saat dia baru beranjak dari duduknya dan berbalik. Dilihatnya seorang laki-laki yang tengah memandangnya. Laki-laki itu seolah-olah ingin mendekapnya dari kejauhan. Dari gerak bibirnya terucap kata "Danur". Seketika Danur tahu kalau itu adalah Jamal, laki-laki dari masa lalunya. Danur tersenyum dan hendak berlari ke arah Jamal, namun tiba-tiba ayahnya datang dan mengajaknya pulang. Tak ada yang bisa dilakukan Danur selain menunggu waktu yang tepat untuk bertemu Jamal. 

Keesokan harinya Danur kembali ke tempat itu dan ternyata Jamal sudah berada di sana menunggunya. Mereka bertemu dan bertukar cerita. Ternyata Jamal bekerja di sektor pertanian. Dan saat itu adalah kunjungannya yang rutin dilakukan setiap sebulan sekali. Setiap berkunjung, Jamal tidak lupa mendatangi tempat indah yang dulu menjadi tempat pertemuannya dengan Danur pertama kali. 

Saat ini Jamal berusia 32 tahun. Pertemuannya dengan Danur adalah harapan terbesar dalam hidupnya. Karena sudah terlanjur berjanji kepada ibunya bahwa Jamal akan membawa wanita yang selalu diceritakan Jamal kepada ibunya. Hampir setiap hari di waktu senja, mereka bertemu. Jamal mengambil cuti panjang dan mengabari ibunya demi bersama Danur. Dia juga meminta doa kepada ibunya dan mengatakan bahwa wanita yang diceritakan itu sudah berada di sampingnya. Ibunya ikut senang karena tahu anaknya itu sudah menanti Danur lama sekali. Jamal melamar Danur disaksikan keindahan lembayung di senja ungu. Danur terharu dan tidak menyangka bahwa kisah masa lalunya yang berawal dari indahnya lembayung senja. Kini senja pula lah yang menjadi saksi bersatunya insan yang telah terpisah. Tak perlu berpikir lama, Danur menerima lamaran Jamal.

Perlakuan kasar yang dulu pernah diterimanya tidak menyurutkan keberanian Jamal untuk memohon restu dari ayahnya Danur. Suasana tegang di dalam rumah, dengan senja yang masih sama indahnya. Jamal memberanikan diri bertemu Ayah Danur. Sebelumnya Danur bercerita pada ayahnya mengenai Jamal. Ayahnya juga tidak seperti dulu. Sekarang, ayahnya berpikiran terbuka, dan melihat kebahagiaan di mata putrinya itu. 

Cincin yang sudah melingkar di jari manisnya, tanda lamaran saat itu di bukit senja nan indah. Dengan penuh harap dan cemas, Danur menunggu kedatangan Jamal. Sebelum datang, Jamal akan menjemput Ibunya di stasiun dan akan sampai sore hari. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun