Mohon tunggu...
Ratna Sari Dewi
Ratna Sari Dewi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi jurusan Ilmu Al Quran dan Tafsir

Ibu rumah tangga yang juga mahasiswi jurusan Ilmu Al Quran dan Tafsir di STAI Tasikmalaya, mempunyai hobi bersepeda dan juga menulis, menulis apa yang ingin ditulis...trip, pendidikan, sosial budaya, karya sastra, dll.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Lembayung di Senja Ungu

14 Maret 2023   15:16 Diperbarui: 14 Maret 2023   15:18 455
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebuah Desa yang sejuk. Angin yang masih segar dan asli. Desa yang menyimpan segudang kenangan manis yang tak terlupakan. Suasana hijau yang memenuhi kelopak mata, membuat kagum siapapun yang melihat. 

Sesampainya di kampung halaman ayah, Ada seorang wanita yang menyambutnya hangat, dia langsung tahu kalau itu ibu tirinya. Danur sempat menyapanya, namun terasa canggung karena belum kenal dekat dengan ibu tirinya itu. Karena ayahnya baru pulang menjelang sore, Danur langsung menuju kamarnya untuk beristirahat. 

Kenangan sepuluh tahun yang lalu masih terngiang tatkala kedua orangtuanya bercerai diusianya yang kala itu 15 tahun. Dengan sifat yang masih kekanak-kanakan, sempat tidak mau menerima perceraian kedua orangtuanya. Namun, seiring berjalannya waktu dan proses pendewasaan diri yang membuatnya banyak belajar, Danur perlahan mulai menerima kenyataan. Lagipula kedua orangtunyanya sama-sama sudah mempunyai pasangan lain. 

Baca juga: Menggantung Impian

Ayahnya Danur adalah orang terpandang di kampungnya. Sebagai tokoh masyarakat yang disegani dan berkharisma. Perawakan bongsor Danur didapat dari ayahnya, yang mempunyai badan yang tinggi dan tegap. Ayahnya bercerai karena perbedaan prinsip. Pada  dasarnya, ibunya Danur tidak ingin menetap di kampung. Karena menurut ibunya itu, tinggal di kampung tidak akan ada masa depan untuk putrinya. Perbedaan tersebut menyulut pertengkaran sehingga akhirnya mereka bercerai. Ibunya Danur, menikah dengan Om Roy kawan lama ibu sewaktu kuliah dulu, mereka dipertemukan lagi dalam acara reuni kampus. 

Sementara, Rasmi ibu tirinya, sepertinya Danur belum tahu banyak.  Hanya sering mendengar cerita dari ayahnya, bahwa ayah sudah menikah lagi dengan seorang wanita baik yang mau menemani ayah hingga hari tua nanti. Memang ayahnya itu laki-laki yang romantis, sifat ini juga yang diturunkan dari ayahnya sehingga Danur menjadi penulis.

Memori indah penuh makna di hati Danur. Seorang gadis manis yang menyukai puisi itu, kini menjadi seorang penulis. Dia tidak terlalu suka keramaian. Namun akan menjadi seseorang yang berbeda ketika bersama teman-temannya. Bisa menjadi sedikit cerewet dan humoris. Biasanya liburan menjadi ajang untuk kumpul-kumpul Danur dengan dua temannya. Ya..hanya dua teman, Danur tidak banyak bergaul karena sifat tertutupnya. Namun, kedua temannya sangat faham akan sifatnya. Mereka saling melengkapi. Kali ini, Danur memilih liburan di kampung halaman ayahnya. Kampung eksotik yang menyimpan kenangan.

Baca juga: Aku Rindu Ibuku

Tahun ini adalah tahun yang ditunggu-tunggu Danur. Ibunya sengaja membawa Danur ikut serta ke Palembang karena takut Danur bertemu dengan pria masa lalu yang ditentang kedua orangtuanya. Sebelumnya ibunya selalu tidak mengijinkan untuk menjenguk ayahnya. Namun sekarang Danur sudah berusia 25 tahun, ibunya tidak mengekangnya seperti dulu.

Di dalam kamarnya, dia nampak terlelap dengan kasur kapuk hangat yang masih terawat. Lembayung ungu yang menembus jendela kamarnya memancar membuatnya tertarik untuk menikmatinya. Sekilas teringat kisah sepuluh tahun yang lalu. Danur langsung bergegas membuka laci meja belajarnya. Masih tersimpan rapi selembar kertas usang yang tertulis "Dear Danur...".

Baca juga: Dibalik Tato Ayahku

Sebuah puisi indah yang hampir dilupakannya. Diingatnya masa-masa itu, seseorang yang bernama Jamal, mahasiswa jurusan pertanian yang sedang KKN di kampung itu. Dia berwajah tampan, khas wajah perkotaan walaupun postur tubuhnya sedikit kurus. Dibacanya puisi itu dengan serius sambil berdiri di balkon kamarnya, tempat biasa dia menunggu pria itu lewat di depan rumah

.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun