Mohon tunggu...
Ratna Sari Dewi
Ratna Sari Dewi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi jurusan Ilmu Al Quran dan Tafsir

Ibu rumah tangga yang juga mahasiswi jurusan Ilmu Al Quran dan Tafsir di STAI Tasikmalaya, mempunyai hobi bersepeda dan juga menulis, menulis apa yang ingin ditulis...trip, pendidikan, sosial budaya, karya sastra, dll.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Aku Rindu Ibuku

12 Maret 2023   21:40 Diperbarui: 12 Maret 2023   21:53 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Akasya, nama itu indah...namun nasibnya tidak seindah namanya. Akasya adalah gadis yang cantik, dia berumur 18 tahun dan tinggi kira-kira 155 cm. Dia gadis pendiam, dan tidak banyak berbicara. Kesehariannya sepulang sekolah hanya berada di dalam kamar. Dia keluar kamar hanya untuk makan dan tidak banyak berinteraksi dengan keluarganya. Sesekali Akasya mengobrol dengan adiknya, namun terkadang ibunya selalu bersikap sinis tatkala adiknya itu diajak ngobrol. 

Ibunya, Norma berusia 40 tahun. Dia masih cantik  dan senang bersolek. Tak banyak yang dikerjakan Norma di dalam rumah karena semua pekerjaan rumah diambil alih Bi Inah. Bibi tetangga belakang rumah yang bekerja dan datang setiap pagi, pulang sore hari. Seperti halnya Bi Inah, Norma berangkat setiap kali suaminya itu berangkat kerja dan pulang menjelang sore. Akasya pernah bertanya kemana ibunya itu, pergi hingga pulang menjelang sore, namun ibunya mengomel dan Akasya tidak pernah menanyakannya lagi. 

Sementara ayahnya Akasya, Rian berumur 50 tahun. Dia adalah seorang pengacara. Pekerjaannya telah menguras seluruh waktunya, sehingga sekalipun pulang ke rumah, tempat favoritnya adalah ruang kerja. Tidak ada yang bisa Akasya harapkan dari ayahnya itu selain uang sakunya.

Sebenarnya Norma sangat dekat dengan adiknya Nathan. Namun, karena peristiwa lima tahun lalu yang membuat Akasya menjadi lebih pendiam dan lebih sering mengurung diri di kamar. Waktu itu, ibu nya memarahi Akasya habis-habisan karena menjatuhkan cake ulang tahun dan membuat berantakan pesta yang seharusnya meriah. Nathan tidak pernah membenci kakaknya, Nathan adalah adik yang baik, tampan dan perhatian, dia menyayangi kakaknya. Nathan kini berusia 13 tahun. Nathan terkadang sembunyi-sembunyi ketika akan menghampiri kakaknya, karena ibunya sudah pasti akan memarahinya tanpa alasan.

Terkadang dia merasa heran atas sikap ibunya yang tidak pernah berubah sejak dia masih kecil. Ibunya selalu membeda-bedakan anaknya. Akasya pernah berpikir "Apakah aku anak pungut?", melihat sikapnya yang seperti itu orang lain akan berpikir kalau dia adalah anak pungut. Dari gestur terlihat sangat jelas kasih sayang ibunya itu berat sebelah. Sementara ayahnya terlalu sibuk bekerja, tidak pernah memperhatikan kondisi di rumah. Bagi ayahnya pekerjaan adalah nomor satu. Bahkan untuk sekedar berceritapun tidak bisa, selalu saja ada gangguan. Pernah suatu ketika, dia ingin berkeluh kesah, selalu saja ibunya menyela dan berada diantara mereka. 

Sejak Akasya kecil, dia selalu penasaran. Kenapa sikap ibunya itu selalu cepat berubah menjadi baik jika ada ayah. Namun, ketika ayah tidak memperhatikan ibunya itu selalu berubah 180 derajat. Dari kecil, Ibunya tidak pernah mengantarnya ke sekolah. Selalu saja Bi Inah yang mengantarku. Berbeda dengan Nathan ibunya selalu up to date mengenai perkembangan sekolahnya. Datang hanya sekedar dipanggil wali kelas, itupun bersama ayah setahun sekali karena ada pengambilan rapot. 

Baca juga: Menggantung Impian

DI umur 18 tahun ini, dia bertekad akan memberanikan diri untuk berbicara empat mata bersama ayahnya. Apa yang menjadi kegelisahan selama ini. Dia merasa diusianya yang sekarang ini, sudah cukup dewasa untuk memahami apa yang selama ini menjadi beban dalam hatinya. Akasya hanya menunggu waktu yang tepat, kapan dia akan mengungkapkan itu semua kepada ayahnya.

Di dalam ruang kerja yang begitu hening, Akasya menunggu ayahnya pulang bekerja. Sebenarnya, tidak boleh ada yang masuk ke ruangan itu. Namun Akasya sudah bertekad dan ingin menjawab rasa penasarannya mengenai sikap ibunya itu. Sementara ada Bi Inah yang siaga untuk mengawasi ibunya. Bi Inah bertugas untuk meyakinkan Ibunya Norma bahwa Akasya sedang berada di kamarnya. 

Dilihatnya buku-buku di atas rak yang begitu rapi. Dia susuri dengan tangan halusnya setiap susunan buku-buku itu, banyak sekali judul di sana namun dia tidak tertarik. Sampai di suatu sudut buku dilihatnya terselip sebuah foto, ayahnya bersama seorang wanita cantik yang tentu saja itu bukan ibunya. 

Dia wanita lain, "Tapi kenapa terselip diantara buku-buku ini", dia mengernyitkan keningnya memperhatikan wajah wanita di dalam foto itu.Setelah melihatnya, Akasya semakin penasaran dan menambah keyakinannya untuk mendengar penjelasan dari ayahnya. 

"Klek...", suara pintu terbuka dan itu adalah ayahnya. 

"Sedang apa kamu di sini..Kasya?", tanya ayahnya.

Akasya yang masih kaget, mencoba tenang dan mengajak ayahnya untuk duduk. Karena sudah melihat foto itu, Akasya jadi mengurungkan niatnya untuk mengatakan tentang ibunya Norma. Perhatiannya menjadi teralihkan dengan adanya foto itu.

"Siapa wanita di foto ini yah ?", tanya Akasya sambil menyodorkan foto itu kepada ayahnya.

Ayahnya masih terdiam, dia tidak menyangka bahwa putrinya akan menemukan foto yang selama ini disembunyikannya.

"Siapa wanita ini ayah...Kasya mohon", dengan ekspresi heran karena melihat ayahnya yang tertegun melihat foto yang dipegang Akasya. Akasya merasa ada rahasia dibalik foto itu yang dia tidak tahu. 

Ayahnya menjelaskan dengan detail siapa foto yang dipegang Akasya, bahwa dia adalah ibunya yang tidak pernah dikenalnya sama sekali. Ibunya berada di rumah sakit jiwa dan telah dirawat semenjak Akasya berumur 4 tahun. Ayahnya memilih menikah lagi karena saat itu Akasya masih kecil dan pasti membutuhkan belaian seorang ibu.

Ayahnya berlalu dari hadapannya dan meninggalkan Akasya sendirian di ruangan itu. Semakin hening suasana di dalam ruangan yang penuh dengan buku-buku dan hanya terdengar suara jam berdetak tok...tak...tok...tak....

Mendengar itu semua, membuat Akasya tak bisa berkata-kata, dia terdiam dan membayangkan pantaslah selama ini orang yang dianggap ibunya itu berbuat sedemikian jahatnya, karena dia bukanlah ibunya. Namun, akan lebih menyakitkan jika dia adalah ibu kandungnya. Dia tertawa...mengekspresikan kemenangannya, terjawab sudah teka teki hidupnya selama ini. Lalu menangis terisak, membayangkan nasib ibunya.

Di sebuah rumah sakit ditemani seorang perawat, Akasya menjenguk ibunya untuk pertama kalinya. Dia memanggil nama ibunya dengan penuh kelembutan. Ibunya, yang masih terlihat cantik, namun seperti tidak terawat dan agak kurus. Memandangnya, lalu Akasya memeluk dan menangis di pangkuan ibunya. Ibunya tampak sedikit bingung dan memastikan siapa yang memanggilnya ibu. 

"Ibu..ini anak ibu..Akasya...sekarang Akasya ada di samping ibu, Akasya bakal tiap hari menjenguk ibu", dalam tangis haru Akasya tak henti-hentinya memegang tangan ibunya.

Ibunya hanya mengangguk tanda mengiyakan, dibelainya rambut Akasya penuh dengan kasih sayang, senyum simpul terukir di bibir manis gadis itu.

Hampir setiap hari Akasya menjenguk ibunya, tidak terkecuali hari libur. Dia akan menghabiskan seharian bersama ibunya. Dia berjanji akan membawa ibunya jika kelak ibunya sudah bisa meninggalkan rumah sakit.

Sejak Akasya mengetahui keberadaan ibu kandungnya. Ayahnya merasa bersalah dan meminta maaf. Ternyata, Bi Inah menceritakan semua yang telah terjadi kepadanya. Dia merasa menyesal karena  selama ini istrinya telah berbuat buruk kepada putrinya itu, dan merasa buruk menjadi ayah. Selain itu, istrinya Norma diketahui selingkuh dan Rian memilih untuk bercerai. Ayahnya bercerita bahwa Nathan juga bukanlah adik kandungnya, dia adalah putra yang dibawa Norma saat menikah dengan ayahnya Rian.

Hari berganti hari, akhirnya Akasya meminta ayahnya untuk membawa ibunya pulang dan bersama lagi. Akasya tidak mau jauh  dan ingin berada disamping ibu kandungnya. Ayahnya menyetujui kemauan Akasya dan membawa istri yang hampir dilupakannya itu. 

Surga yang dinantikan Akasya akhirnya hadir di tengah kekosongan hati yang sudah dipenuhi luka. Kini perlahan luka itu sirna diganti dengan kebahagiaan yang akan selalu mengelilinginya, yaitu Ibunda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun