"Sedang apa kamu di sini..Kasya?", tanya ayahnya.
Akasya yang masih kaget, mencoba tenang dan mengajak ayahnya untuk duduk. Karena sudah melihat foto itu, Akasya jadi mengurungkan niatnya untuk mengatakan tentang ibunya Norma. Perhatiannya menjadi teralihkan dengan adanya foto itu.
"Siapa wanita di foto ini yah ?", tanya Akasya sambil menyodorkan foto itu kepada ayahnya.
Ayahnya masih terdiam, dia tidak menyangka bahwa putrinya akan menemukan foto yang selama ini disembunyikannya.
"Siapa wanita ini ayah...Kasya mohon", dengan ekspresi heran karena melihat ayahnya yang tertegun melihat foto yang dipegang Akasya. Akasya merasa ada rahasia dibalik foto itu yang dia tidak tahu.Â
Ayahnya menjelaskan dengan detail siapa foto yang dipegang Akasya, bahwa dia adalah ibunya yang tidak pernah dikenalnya sama sekali. Ibunya berada di rumah sakit jiwa dan telah dirawat semenjak Akasya berumur 4 tahun. Ayahnya memilih menikah lagi karena saat itu Akasya masih kecil dan pasti membutuhkan belaian seorang ibu.
Ayahnya berlalu dari hadapannya dan meninggalkan Akasya sendirian di ruangan itu. Semakin hening suasana di dalam ruangan yang penuh dengan buku-buku dan hanya terdengar suara jam berdetak tok...tak...tok...tak....
Mendengar itu semua, membuat Akasya tak bisa berkata-kata, dia terdiam dan membayangkan pantaslah selama ini orang yang dianggap ibunya itu berbuat sedemikian jahatnya, karena dia bukanlah ibunya. Namun, akan lebih menyakitkan jika dia adalah ibu kandungnya. Dia tertawa...mengekspresikan kemenangannya, terjawab sudah teka teki hidupnya selama ini. Lalu menangis terisak, membayangkan nasib ibunya.
Di sebuah rumah sakit ditemani seorang perawat, Akasya menjenguk ibunya untuk pertama kalinya. Dia memanggil nama ibunya dengan penuh kelembutan. Ibunya, yang masih terlihat cantik, namun seperti tidak terawat dan agak kurus. Memandangnya, lalu Akasya memeluk dan menangis di pangkuan ibunya. Ibunya tampak sedikit bingung dan memastikan siapa yang memanggilnya ibu.Â
"Ibu..ini anak ibu..Akasya...sekarang Akasya ada di samping ibu, Akasya bakal tiap hari menjenguk ibu", dalam tangis haru Akasya tak henti-hentinya memegang tangan ibunya.
Ibunya hanya mengangguk tanda mengiyakan, dibelainya rambut Akasya penuh dengan kasih sayang, senyum simpul terukir di bibir manis gadis itu.