Penulis : Ratna Sari Dewi
Rasulullah SAW, dilahirkan di tengah kabilah besar Bani Hasyim di kota Makkah pada hari Senin, tanggal 9 Rabi’ul Awal pada Tahun Gajah. Tahun Gajah adalah tahun dimana peristiwa besar terjadi menjelang kelahiran Nabi Muhammad SAW.
Peristiwa ini Allah abadikan dalam surah Al Fiil : 1-5.
Dalam surah ini, Allah mengingatkan betapa besarnya kekuasaan Allah. Peristiwa itu adalah penyerbuan tentara gajah yang dipimpin oleh Abrahah untuk menghancurkan Ka’bah disertai dengan pasukan bergajah. Namun Allah menghancurkannya sebelum mereka melancarkan maksud jahat mereka. Allah telah menggagalkan tipu daya mereka, dengan mengirimkan pasukan burung ababil yang melempari mereka dengan batu panas sehingga menjadikan mereka hancur.
Nabi SAW lahir dalam keyatiman, Nabi SAW pun diasuh dan disusui oleh Halimah, pada masa itu sangat lazim bayi yang disusui oleh para ibu di pedesaan. Tradisi ini dikarenakan faktor udara desa yang lebih menyehatkan dan masih alami berbeda dengan udara perkotaan dan juga agar bayi bayi mereka kuat, berotot kekar. Setelah dua tahun bersama Halimah Muhammad kecil kembali ke pelukan sang ibunda namun karena Halimah tidak tahan memendam kerinduan kepada Muhammad kecil akhirnya Halimah meminta ijin kepada Aminah untuk kembali merawat Nabi SAW. Akhirnya Aminah menyetujuinya sehingga Nabi SAW pun dibawa kembali oleh Halimah.
Selain itu, Nabi SAW juga bisa mempelajari bahasa Arab yang masih asli. Sampai suatu ketika terjadi peristiwa pembelahan dada Nabi SAW yang dilakukan oleh malaikat Jibril. Pembelahan dada itu tiada lain untuk menyucikan hati Nabi Muhammad SAW. Atas kekhawatiran Halimah, Nabi SAW kembali ke pangkuan ibundanya sampai usia 6 tahun.
Saat itu Aminah berziarah ke makam sang suami bersama anak tercinta hingga akhirnya Aminah meninggal dalam perjalanan pulang. Sepeninggalnya sang ibunda tercinta, pengasuhan dilanjut oleh sang kakek Abdul Muthalib kemudian dilanjutkan oleh sang paman. Bersama pamannya, Muhammad kecil menggembalakan kambing kambing milik para saudagar kaya di kota itu, ada hikmah yang Allah berikan bahwa semua Nabi harus menggembala kambing.
Ketika menggembala kambing harus mencari Padang gembalaan yang subur, lalu harus bisa menggiring ternak ke Padang gembalaan, kemudian harus mengawasi agar tidak terpisah dari kelompok dan kembali ke Padang gembalaan, melindungi hewan gembalaan dari pemangsa dan pencuri, dan dari semua itu ada perenungan bahwa alam, manusia, segala yang ada di muka bumi ini adalah hasil karya Tuhan Sang Pencipta.
Selain menggembala kambing, Nabi SAW juga ikut berdagang ke negri Syam hingga sampai di suatu tempat yang bernama Bushra mereka bertemu dengan seorang pendeta yang bernama Bukhairo dan menyebutkan tanda tanda kenabian serta menyuruh pamannya Abu Thalib untuk kembali ke Makkah dikarenakan kekhawatiran akan ditangkap oleh orang orang Romawi dan Yahudi.
Nabi SAW, begitu tegar dalam ujian,ada episode dimana cinta dan kematian terus terulang, kemandirian dengan segala kekurangan, empati dan menikmati jerih payah sendiri,tidak bergantung pada makhluk, semua tempaan hidup yang dialami beliau adalah membuktikan beliau calon pemimpin yang layak yang Allah pilih untuk seluruh umat manusia.
Ketika kejahiliyahan masih merajalela pada saat itu tidak serta Merta mempengaruhi Nabi SAW, Allah memberikan penjagaan yang luar biasa kepada Nabi SAW. Allah menutup pendengaran Nabi SAW dan Allah juga memberikan rasa kantuk yang amat kuat menyerang sehingga Nabi SAW tertidur dan tidak menyaksikan hiburan dikala itu. Manusia yang memiliki keistimewaan, yang tidak pernah sekalipun terbuka auratnya, yang tidak punya cela sedikitpun, mempunyai tabiat baik, akhlak yang mulia, dan sifat sifat yang terpuji. Nabi SAW merupakan orang yang paling utama dari sisi muru’ah, paling jujur bicaranya, tidak pernah sekalipun bersumpah dengan berhala, tidak pernah berbicara dengan dasar nafsu, senang berkhalwat, yang paling amanah sehingga beliau dijuluki dengan gelar Al Amin.
Ketika beliau berumur 20 tahun Nabi SAW sudah ikut berperang dan membantu pamannya menyediakan anak panah. Perang ini dinamakan perang Fijar (perang yang terjadi di bulan yang dilarang perang di dalamnya). Perang dimana Nabi SAW sudah mulai melibatkan diri di majlis orang dewasa. Peran pemuda yang penuh semangat dan mengarahkan mereka untuk selalu melakukan hal positif serta memberi peluang dan ruang untuk pemuda agar lebih terasah potensinya sehingga pemuda bis tegap berdiri menjadi pondasi bagi agama. Setelah pernah Fijar, terjadilah hilful fudhul (perjanjian kebulatan tekad), bahkan Rasulullah SAW menyebut bahwa perjanjian tersebut lebih beliau sukai dari unta merah yang mahal. Beliau Allah muliakan dengan risalah.
Beliau pun menikah dengan istri terbaik dari wanita terbaik yaitu Khadijah binti Khuwailid diusia 25 tahun. Dari pernikahan dengan ibunda Khadijah beliau memiliki 6 orang anak yang 3 orang diantaranya yaitu putra putra beliau meninggal dunia di masa kanak kanak. Pada usia 35 tahun Nabi SAW ikut berpartisipasi dalam pembangunan kembali ka’bah bersama kabilah Quraisy beliau merenovasi bangunan Ka’bah agar kokoh. Beliaupun memutuskan perkara dengan adil siapa yang akan meletakan Hajar Aswad dengan meminta agar setiap kepala kabilah memegangi setiap sudut selendang yang dipakai untuk membawa Hajar Aswad untuk disimpan ke tempat semula.
Ini tentu menjadi pembeda Nabi SAW dengan manusia biasa. Nabi SAW dengan menguasai Tarbawi dalam pasar dan dunia perniagaan. Dari kemampuan beliau dalam menggembala kambing dan berdagang beliau mengenal watak dan jenis karakter manusia, seni berdiplomasi dan strategi menarik simpati, mempunyai nilai kejujuran dan amanah dengan gelar Al Amin yang disematkan kepada beliau, juga Nabi SAW sukses tanpa kecurangan. Begitu Allah menjaga Nabi SAW dari segala keburukan dan tidak ada celah keburukan untuk masuk padanya.
Dalam kehidupan rumah tangga beliau, Khadijah adalah istri yang paling Nabi SAW cintai melebihi istri istri lainnya. Bahkan suatu ketika, Aisyah Ra berkata “ aku tidak pernah cemburu kepada istri istri Nabi SAW kecuali kepada Khadijah, padahal aku tidak sempat menemuinya.”
Rasulullah SAW ketika menyembelih kambing selalu ingat untuk memberikannya kepada teman teman Khadijah, saking besar kecintaannya kepada Khadijah. Pernah suatu ketika Aisyah Ra membuat Nabi SAW marah dengan berkata “Khadijah!!!” maka beliau bersabda :” aku diberikan anugrah untuk mencintainya”.—HR. Muslim ini adalah isyarat bahwa mencintai Khadijah adalah kemuliaan.
Bagaimana tidak, hanya Khadijah yang mendapat salam dari Raab Alamin dan dari Ruhul Amin.
Ketika itu,Jibril mendatangi Nabi SAW lalu berkata, “Ya Rasulullah, Khadijah telah datang membawa tempayan berisi kuah daging atau makanan atau minuman, maka jika ia tiba sampaikanlah kepadanya salam dari Robbnya dan dariku, serta kabarkanlah kepadanya dengan sebuah rumah di surga dari mutiara yang tidak ada suara keras (hiruk pikuk) di dalamnya dan juga tidak ada keletihan”.- HR. Al Bukhari dan Muslim.
Dari fase pembentukan pribadi terbaik ini, maka begitu indahnya alur kehidupan Nabi SAW.
*Masa kanak kanak Nabi SAW menjadi masa penyiapan dan pembekalan.
*Masa remaja Nabi SAW menjadi masa mengokohkan eksistensi.
*Masa usia 40 tahun Nabi SAW menjadi masa untuk berkiprah dan berkontribusi.
*Masa tua Nabi SAW menjadi masa untuk menuai prestasi, dikenang melalui kiprah dan perjuangannya.
Sumber: Ar-Rahiq al-Makhtum, Syaikh Syafiyyurrahman al-Mubarakfuri, 1421 H/2001 M (edisi revisi)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H