Mohon tunggu...
Dwi Ratna Sari
Dwi Ratna Sari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Gadis dengan kelahiran 14 September, senang membaca buku fiksi dan mendengarkan musik

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Harapan dan Impian

23 Desember 2024   20:02 Diperbarui: 23 Desember 2024   20:02 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Digaji sih, royal banget, pengen berhenti kerja tapi gajinya banyak ya udah pasrah ikhlas aja jalaninnya, Nan."

Kinan tertawa mendengarnya, dilihatnya jam sudah menunjukkan pukul tiga sore sudah waktunya bagi dirinya untuk membuka pengumuman, "Nan, udah waktunya kan?" tanya Maira.

Perlahan tapi pasti Kinan membuka web pengumuman menggunakan handphone nya. Kinan menarik napasnya cemas, ia sudah gugup sedari tadi. Apapun hasilnya nanti lulus atau gagal ia akan berusaha untuk menerimanya,"Gimana hasilnya?" tanya Maira yang sudah tidak sabar.

Kinan menggelengkan kepalanya, di depan Maira ia berusaha kuat. "Merah, Mai. Aku gak lulus," gumam Kinan.

Tidak perlu hitungan detik dalam sekejap Maira langsung memeluk sahabatnya itu. Takut-takut Kinan akan menangis seperti halnya kemarin-kemarin pada saat pengumuman sebelumnya. Maira menepuk punggung Kinan seolah-olah sedang menenangkannya. "Kamu boleh nangis, Nan. Aku tau perjuangan kayak apa, nggak pernah berhenti buat belajar. Kalaupun kamu belum lulus bukan berarti perjuanganmu sia-sia. Seenggaknya kamu udah berusaha, Nan."

Sementara Kinan tidak tau harus merespon ucapan Maira seperti apa. Entah kenapa saat ini ia sedang tidak ingin menangis, air matanya sudah habis ketika beberapa jalur yang ia daftarkan hasil keseluruhan menunjukkan bahwa dirinya tidak ada yang berhasil. Dalam hati, ia merutuki dirinya sendiri apa ia sebodoh itu sampai-sampai tidak ada satupun Universitas Negeri yang mau menerimanya.

Sebenarnya ada beberapa opsi lain yang mengatakan bahwa tidak apa jika tidak lulus di kampus negeri karena masih ada kampus swasta yang dengan tulus hati akan menerimanya. Namun, tekad Kinan sungguh bulat. Ketika ia sudah memutuskan apa yang dia mau, ia tidak akan pernah mengubahnya. Jika dipikir-pikir untuk masuk kampus swasta tentu saja akan membutuhkan biaya yang sangat banyak. Sungguh itu menjadi persoalan bagi Kinan terlebih dia hanya tinggal bersama abangnya saja dan mereka hanyalah rakyat kecil biasa.

***

Setelah Kinan pulang ke rumah, ia berniat untuk mengunci diri di dalam kamarnya. Ia tidak ingin bertemu dengan siapapun termasuk Abangnya. Di antara pergantian sore ke malam, gadis itu menangis terisak di sudut ruangan. Seringkali Kinan bertanya-tanya perihal banyak pertanyaan yang teramat mengusik kepalanya. Seperti misal, mengapa manusia harus hidup selaras semesta jika ingin hidup baik? Mengapa manusia harus melewati fase-fase dewasa yang jauh dari kata cukup? Mengapa harus ada kegagalan dalam setiap perjalanan manusia? Maka ketika ia meratap disudut ruangan gelap, ia memangkas rambutnya seperti halnya membumikan harapannya. Semua hal yang direncanakan dirasa jauh dari kata sampai. Satu per satu angan yang ia bingkai serupa guguran daun yang berjatuhan.

Kemudian pada menit setelahnya Jinandra hadir dalam suasana paling tenang seperti halnya mengajak pada perapian hangat di suatu dinginnya malam. Abang Jinan, panggilnya. Laki-laki yang selalu menjadi tokoh favorit Kinan dalam segala hal, menganjakkan peran layaknya orang tua baginya. Satu-satunya keluarga Kinan, karena selepas orang tuanya meninggal hanya Jinan saja yang dapat ia andalkan.

Jinan membawa Kinan dalam dekapan paling hangat, sangat nyaman untuk dijadikan layaknya penghuni rumah yang merindukan tempat untuk berpulang. Dipeluknya Kinan dengan erat seraya mengelus rambutnya. "Kenapa rambutnya dipotong? Bukannya kamu suka rambut panjang?" celetuk Jinan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun