Mohon tunggu...
ratiya zurea
ratiya zurea Mohon Tunggu... -

I Am What I Am...

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Tanda Tanya (Part 2)

29 Maret 2012   14:10 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:18 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Aku nggak apa-apa," jawabku bohong. Jelas saja, gimana bisa aku mengatakan kondisiku yang sebenarnya di saat seperti itu? "Kamu sendiri gimana, nggak apa-apa?" lanjutku balik bertanya.

"Aku juga nggak apa-apa," jawab Sasa. Aku perhatikan tangan dan kakinya, tak ada yang lecet.

Kami terlindungi oleh celana jeans yang kami pakai serta jaket yang tebal, jadi kemungkinan untuk lecet memang sedikit. Kemudian aku dengar orang-orang berteriak dan meminggirkan motorku. Dengan dibantu Sasa, aku berusaha berdiri dan menepi agar tidak menyebabkan kemacetan di jalan. Kurasakan kakiku berat untuk berdiri tegak, seluruh badanku terasa sakit, dan aku lihat jari tanganku mengeluarkan darah. Sarung tangan yang aku pakai tak mampu melindungi kulitku. Terdapat sobekan di bagian jari tengah dan dari situlah darah mulai menetes. Setelah kami menepi, dengan segera aku mengecek motorku, motor kesayanganku. Kebanyakan kerusakan terdapat di pegangan jok belakang dan sekitar lampu depan. Ah ternyata motorku terbalik ketika kecelakaan itu terjadi. Tapi selebihnya, aku yakin motorku baik-baik saja.

"Mbaknya nggak apa-apa kan?" tanya seorang bapak-bapak. Ya, dia yang tadi tiba-tiba mendahuluiku lewat kiri dan kemudian berbelok ke kanan hingga akhirnya hal buruk itu terjadi. Aku perhatikan perawakannya. Usianya kira-kira masih 30an, masih muda. Badannya sedang, tidak gemuk dan tidak kurus. Selebihnya aku tidak tahu, tubuhku masih terlalu shock dan bergemetar untuk memperhatikan lebih rinci.

"Nggak apa-apa," jawabku singkat. Entah apa yang aku pikirkan saat itu. Aku tidak bisa marah dan memakinya karena sembarangan berbelok. Ku lihat ia berboncengan dengan istrinya yang menggendong seorang bayi. Untungnya, tidak ada apa-apa dengan mereka, terutama dengan bayinya. Dan kemudian kulihat bapak-bapak dan istrinya itu menaiki motor lagi, meninggalkanku yang masih shock tanpa berkata apapun.

Setelah aku merasa tubuhku kuat untuk melanjutkan perjalanan, aku berpamitan pada orang-orang di sekitar yang telah menolongku. Mereka melarangku untuk mengendarai motor lagi dan menunjuk Sasa untuk menggantikanku. Aku merasa tidak enak  meminta Sasa untuk melakukannya, mengingat ia juga menjadi korban. Selain itu, Sasa belum mengetahui jalur mana yang harus dilewati untuk menuju Jogja. Kulihat Sasa memandangku dengan sorot mata khawatir, entah khawatir akan kondisiku atau khawatir akan terjatuh lagi jika aku yang mengendarai. Tanpa ba-bi-bu lagi, kami melanjutkan perjalanan hingga akhirnya tiba di kos ku pukul 7 malam. Selepas membersihkan diri dan sebagainya, kami beristirahat. Dan sebelum berbaring itulah aku sadar bahwa tangan dan kakiku bengkak dan berwarna biru. Benar-benar sakit ketika disentuh. Setidaknya Sasa hanya memiliki sedikit bengkak pada kaki dan pinggangnya. Aku tidak berencana untuk memberitahu orang tuaku dirumah malam ini. Aku benar-benar masih terlalu tidak percaya dengan apa yang aku alami barusan. Apa yang akan terjadi esok, itulah yang akan menjadi tanda tanya. Yang jelas, saat ini aku hanya ingin tidur dan mencoba menenangkan diri...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun