Mohon tunggu...
ratiya zurea
ratiya zurea Mohon Tunggu... -

I Am What I Am...

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Tanda Tanya (Part 2)

29 Maret 2012   14:10 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:18 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

dan ketika misteri itu perlahan muncul...

Minggu, 21 Agustus 2011

"Gimana persiapanmu, Nak? Apa aja yang belum ada? Bunda bantu ya?" Bunda mencoba menyumbangkan tenaganya untuk membantuku memasukkan barang-barang apa saja yang akan aku masukkan ke dalam tas.

"Nggak usah, Bun. Tiya kan cuma mau berlibur di Jogja aja, tempat dimana Tiya menuntut ilmu. Lagian Tiya kan udah biasa bolak-balik dari rumah ke Jogja. Ya cuma itu-itu aja kok yang dibawa," aku mencoba menolak.

Bunda tersenyum. "Iya Bunda tau, tapi kan nggak ada salahnya Bunda ikut membantu. Lagian, kamu ini aneh. Yang lain liburan dirumah, kok kamu malah pengen ke Jogja."

"Ya kan Tiya kesana juga ada temennya, sama Sasa. Dia pengen banget berlibur ke Jogja, nggak ada salahnya kan Tiya nganterin? Lagian Tiya udah pengalaman soal Jogja. Bunda tenang aja ya." Aku membujuk.

"Ya sudah, pokoknya selalu berdoa dan tetap hati-hati."

"Sip!"

Pada siang hari aku memulai perjalanan. Setelah menjemput Sasa, kami segera menuju kota yang terkenal dengan julukan kota pelajar dan kota budaya ini. Kami hanya naik motor berdua. Jarak rumah menuju Jogja lebih kurang 5 hingga 6 jam. Aku lebih memilih naik motor daripada harus naik bis atau transportasi umum lainnya. Menurutku, naik motor akan membuat kami lebih menikmati pemandangan. Namanya berlibur, tidak akan menyenangkan ketika kita bergantung pada transportasi umum. Sepanjang perjalanan kami tidak berhenti sejenak untuk beristirahat, kami pikir lebih cepat sampai Jogja akan lebih baik.

Tak terasa waktu berjalan cepat (entah hanya aku yang merasakan atau Sasa juga) hingga kami memasuki kota Solo pukul 5 sore. Aku yang dari rumah tadi memegang kemudi masih merasa nyaman untuk mengendarai. Hingga sebuah motor berusaha mendahuluiku lewat jalur kiri dan tiba-tiba berbelok ke kanan, menyeberang  jalan. Aku yang terkejut dengan kondisi itu langsung banting setir ke kanan dengan maksud agar tidak terjadi tubrukan di antara kami. Ah sayangnya motor kami terlalu berhimpitan sehingga aku terpental jauh dari motor. Sekilas aku mendengar Sasa menjerit hingga beberapa detik aku merasa segalanya gelap.

"Tiya, kamu nggak apa-apa? Tiya, Tiya? Kamu dengar aku?" Sasa terus memanggil namaku dan menggoyang-goyangkan tubuhku. Aku buka mataku. Aku tidak pingsan. Aku hanya merasa berat membuka mata selama beberapa detik.

"Aku nggak apa-apa," jawabku bohong. Jelas saja, gimana bisa aku mengatakan kondisiku yang sebenarnya di saat seperti itu? "Kamu sendiri gimana, nggak apa-apa?" lanjutku balik bertanya.

"Aku juga nggak apa-apa," jawab Sasa. Aku perhatikan tangan dan kakinya, tak ada yang lecet.

Kami terlindungi oleh celana jeans yang kami pakai serta jaket yang tebal, jadi kemungkinan untuk lecet memang sedikit. Kemudian aku dengar orang-orang berteriak dan meminggirkan motorku. Dengan dibantu Sasa, aku berusaha berdiri dan menepi agar tidak menyebabkan kemacetan di jalan. Kurasakan kakiku berat untuk berdiri tegak, seluruh badanku terasa sakit, dan aku lihat jari tanganku mengeluarkan darah. Sarung tangan yang aku pakai tak mampu melindungi kulitku. Terdapat sobekan di bagian jari tengah dan dari situlah darah mulai menetes. Setelah kami menepi, dengan segera aku mengecek motorku, motor kesayanganku. Kebanyakan kerusakan terdapat di pegangan jok belakang dan sekitar lampu depan. Ah ternyata motorku terbalik ketika kecelakaan itu terjadi. Tapi selebihnya, aku yakin motorku baik-baik saja.

"Mbaknya nggak apa-apa kan?" tanya seorang bapak-bapak. Ya, dia yang tadi tiba-tiba mendahuluiku lewat kiri dan kemudian berbelok ke kanan hingga akhirnya hal buruk itu terjadi. Aku perhatikan perawakannya. Usianya kira-kira masih 30an, masih muda. Badannya sedang, tidak gemuk dan tidak kurus. Selebihnya aku tidak tahu, tubuhku masih terlalu shock dan bergemetar untuk memperhatikan lebih rinci.

"Nggak apa-apa," jawabku singkat. Entah apa yang aku pikirkan saat itu. Aku tidak bisa marah dan memakinya karena sembarangan berbelok. Ku lihat ia berboncengan dengan istrinya yang menggendong seorang bayi. Untungnya, tidak ada apa-apa dengan mereka, terutama dengan bayinya. Dan kemudian kulihat bapak-bapak dan istrinya itu menaiki motor lagi, meninggalkanku yang masih shock tanpa berkata apapun.

Setelah aku merasa tubuhku kuat untuk melanjutkan perjalanan, aku berpamitan pada orang-orang di sekitar yang telah menolongku. Mereka melarangku untuk mengendarai motor lagi dan menunjuk Sasa untuk menggantikanku. Aku merasa tidak enak  meminta Sasa untuk melakukannya, mengingat ia juga menjadi korban. Selain itu, Sasa belum mengetahui jalur mana yang harus dilewati untuk menuju Jogja. Kulihat Sasa memandangku dengan sorot mata khawatir, entah khawatir akan kondisiku atau khawatir akan terjatuh lagi jika aku yang mengendarai. Tanpa ba-bi-bu lagi, kami melanjutkan perjalanan hingga akhirnya tiba di kos ku pukul 7 malam. Selepas membersihkan diri dan sebagainya, kami beristirahat. Dan sebelum berbaring itulah aku sadar bahwa tangan dan kakiku bengkak dan berwarna biru. Benar-benar sakit ketika disentuh. Setidaknya Sasa hanya memiliki sedikit bengkak pada kaki dan pinggangnya. Aku tidak berencana untuk memberitahu orang tuaku dirumah malam ini. Aku benar-benar masih terlalu tidak percaya dengan apa yang aku alami barusan. Apa yang akan terjadi esok, itulah yang akan menjadi tanda tanya. Yang jelas, saat ini aku hanya ingin tidur dan mencoba menenangkan diri...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun