"Heh, siapa bilang enggak penting? Kamu dulu enggak pernah menyerah di lintasan lari, kenapa sekarang berbeda?" sahut Hani tegas.
Kata-kata itu sungguh menampar Anita hingga mereka kembali bekerja keras, menghabiskan malam-malam panjang untuk memperbaiki aplikasi. Anita mengunjungi komunitas disabilitas, menggali kebutuhan nyata, sementara Hani menghabiskan waktu menyempurnakan teknologi. Sedikit demi sedikit, aplikasi itu berkembang menjadi solusi yang sangat membantu banyak orang.
Setelah acara penghargaan usai, Hani menghampiri Anita di belakang panggung, membawa segelas jus jeruk. Dia menyerahkannya dengan senyum lega.
"Jadi, bagaimana rasanya jadi pemenang?" tanyanya ringan.
Anita itu tertawa kecil. "Rasanya lebih manis daripada jus ini."
Mereka tertawa bersama. Dynamite duo itu berbagi momen kemenangan yang penuh makna, merenungkan perjuangan panjang yang telah mereka lewati.
"Kamu tahu," ujar Anita. "Aku dulu merasa hidupku sudah berakhir."
"Ya, kan, kamu juga sudah pernah bilang itu sebelumnya." sahut Hani dengan santai. "Hmm ... tetapi bagiku kamu tidak pernah menyerah, Anita. Kamu hanya perlu menemukan cara baru untuk berlari."
Senyum hangat merekah di wajah keduanya. Anita pun tahu, hidup bukan soal kekuatan kaki atau kecerdasan teknologi, melainkan tekad, keberanian, dan sahabat sejati yang mengajarkan arti berlari dengan hati.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI