Kalimat seperti "Ngomong aja gampang!" sering kita dengar saat seseorang memberi saran untuk tetap percaya proses atau bangkit dari masa sulit. Ya, rasanya wajar, sih, karena ketika kita berada di posisi yang sulit, apa pun yang terdengar positif kadang terasa jauh dari kenyataan. Akan tetapi, mari kita bahas lebih dalam: gimana, sih, caranya supaya percaya bahwa proses itu benar-benar bisa dilakukan, bukan cuma jadi kata-kata manis?
1. Kenali Emosi Kita Dulu
Saat kita menghadapi masalah, wajar kalau kita merasa marah, sedih, atau kecewa. Jangan langsung memaksakan diri untuk "berpikir positif" kalau hati kita belum siap. Acknowledge emosi kita karena dengan menerima keadaan, kita justru lebih mudah mencari jalan keluar.
Contoh nyata: Jika kita kehilangan pekerjaan, biarkan diri kita merasa sedih sebentar. Akan tetapi, jangan terjebak di situ. Setelah itu, tanyakan pada diri sendiri, "Apa yang bisa aku lakukan sekarang dengan situasi ini?"Atau, bayangkan kita baru saja gagal dalam ujian sertifikasi yang sudah dipersiapkan berbulan-bulan. Wajar merasa kecewa, tapi akui perasaan itu dulu, lalu buat rencana belajar ulang untuk mencoba lagi.
2. Mulai dengan Langkah Kecil
Percaya proses bukan berarti harus mengambil langkah besar sekaligus. Justru, langkah kecil adalah kuncinya. Jika kita kehilangan arah, mulailah dari hal-hal sederhana.
Contoh nyata: Setelah putus dari tunangan yang dianggap paling cocok, langkah kecil bisa dimulai dengan merapikan barang-barang pribadi untuk menciptakan ruang baru. Ini sederhana, tetapi membantu secara mental. Atau, jika mengalami kesulitan keuangan, langkah kecil bisa berupa menyusun anggaran harian yang lebih ketat atau mencari pekerjaan tambahan sementara.
3. Jangan Lakukan Sendiri
Kadang, kita merasa harus kuat dan menyelesaikan semuanya sendiri. Padahal, minta bantuan itu enggak salah. Bicaralah dengan teman, keluarga, atau mentor. Mendengar sudut pandang dari orang lain bisa membantu kita menemukan solusi yang enggak kepikiran sebelumnya.
Contoh nyata: Ketika rumah tangga seorang teman hampir berantakan, dia akhirnya memberanikan diri berkonsultasi dengan konselor pernikahan. Hasilnya, mereka menemukan akar masalah dan membangun komunikasi yang lebih baik. Dalam kasus lain, seorang mahasiswa yang gagal skripsi mendapatkan dorongan besar setelah berbicara dengan dosennya. Solusi sederhana dari dosen membuka jalan untuk perbaikan yang efektif.
4. Belajar untuk Fleksibel
Masalah sering kali datang karena rencana enggak berjalan seperti yang kita harapkan. Di sinilah pentingnya fleksibilitas. Bukannya menyerah, tetapi belajar untuk beradaptasi.
Contoh nyata: Seorang atlet yang cedera dan harus berhenti dari kariernya memutuskan untuk menjadi pelatih, menggunakan pengalaman pribadinya untuk membantu orang lain. Atau, ketika pandemi mengubah banyak bisnis, ada pengusaha restoran yang mulai fokus pada layanan delivery atau katering untuk tetap bertahan.
5. Berhenti Membandingkan Diri dengan Orang Lain
Kadang, kita merasa gagal hanya karena melihat orang lain tampak sukses. Namun, ingat! Setiap orang punya perjalanan masing-masing. Fokuslah pada apa yang bisa kita kontrol.
Contoh nyata: Seorang lulusan baru merasa tertinggal karena teman-temannya sudah bekerja di perusahaan besar. Akan tetapi, ketika dia fokus meningkatkan keterampilan lewat pelatihan daring, peluang baru pun datang dengan sendirinya.
Jadi, ya, memang ngomong aja gampang. Akan tetapi, dengan langkah-langkah nyata, percaya pada proses bukan cuma kata-kata manis. Kita enggak harus langsung merasa kuat atau tahu semua jawaban. Yang penting adalah terus bergerak, sekecil apa pun langkah itu. Karena hidup memang enggak sempurna, tetapi everything will work out, dengan cara yang kita bangun sendiri. (RK)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI